Anda di halaman 1dari 19

KEBAKARAN

HUTAN
KELOMPOK 2
BERANGGOTAKAN 6 ORANG :
• DAFFA ERSANGGA
• AULIA KHOIRUNISA
• M.NURFITRA
• RIFQI MAULANA
• RIZKI ANDANI
• ZACHRIFA FARIHATUNNISA
PENGERTIAN
KEBAKARAN
HUTAN
• Kebakaran hutan, kebakaran liar, atau kebakaran pedesaan adalah api yang tidak
terkendali di daerah memiliki vegetasi yang mudah terbakar dan terjadi di daerah pedesaan
.Bergantung pada jenis vegetasi yang ada, api liar juga dapat diklasifikasikan lebih spesifik
sebagai kebakaran semak (di Australia), kebakaran padang
pasir, kebakaran hutan, kebakaran rumput, kebakaran bukit, kebakaran gambut,
atau kebakaran vegetasi.Banyak organisasi menganggap kebakaran liar sebagai api yang
tidak direncanakan dan tidak diinginkan,sementara kebakaran hutan adalah istilah yang
lebih luas.Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan manusia, dan pembakaran.
• Kebakaran hutan adalah peristiwa dimana wilayah yang terdapat banyak pohon, semak,
paku-pakuan, dan rumput mengalami perubahan bentuk yang disebabkan pembakaran yang
besar-besaran. Kebakaran hutan menyebabkan hutan dilanda api sehingga membuat hutan
lenyap dimakan api. Dampak yang disebabkan kebakaran hutan dapat berupa positif dan
negatif tetapi dampak negatif melebihi dampak pofitif.
• Kebakaran hutan adalah suatu proses pembakaran yang menyebar secara bebas dan
mengkonsumsi bahan bakar hutan seperti serasah, rumput, humus, ranting ,kayu mati,
gulma, semak, dedaunan serta pohon-pohon besar untuk tingkat terbatas (Syaufina, 2008).
Menurut FAO (2007), kebakaran hutan adalah keadaan api yang tidak terkontrol di kawasan
hutan yang menyebabkan terbakarnya vegetasi hutan seperti pohon, gambut dan rumput.
GAMBARAN KEBAKARAN HUTAN
JENIS-JENIS
KEBAKARAN
HUTAN
Menurut Syaufina (2008), kebakaran hutan dapat dikelompokkan dalam beberapa
jenis, yaitu:
1. Kebakaran bawah (Ground Fire). 3. Kebakaran tajuk (Crown fire).
Kebakaran bawah yaitu situasi dimana api Kebakaran tajuk yaitu situasi dimana api
membakar bahan organik di bawah menjalar dari tajuk pohon satu ke tajuk
permukaan serasah. Penjalaran api yang pohon yang lain yang saling berdekatan.
perlahan dan tidak dipengaruhi oleh angin Kebakaran tajuk sangat dipengaruhi oleh
menyebabkan tipe kebakaran seperti ini kecepatan angin. Kebakaran tajuk sering
sulit untuk dideteksi dan dikontrol. terjadi di tegakan hutan konifer dan api
Kebakaran bawah adalah tipe kebakaran berasal dari kebakaran
yang umum terjadi di lahan gambut.  permukaan.kebakaran tajuk adalah
2. Kebakaran permukaan (Surface fire). kebakaran yang membakar seluruh tajuk
Kebakaran permukaan yaitu situasi dimana tanaman pokok terutama pada jenis-
api membakar serasah, tumbuhan bawah, jenis hutan yang daunnya mudah terbakar.
bekas limbah pembalakan dan bahan bakar Apabila tajuk hutan cukup rapat, maka api
lain yang terdapat di lantai hutan. yang terjadi cepat merambat dari satu tajuk
Kebakaran permukaan adalah tipe ke tajuk yang lain. Hal ini tidak terjadi
kebakaran yang umum terjadi di semua apabila tajuk-tajuk pohon penyusun tidak
tegakan hutan.  saling bersentuhan.
Kebakaran bawah (Ground Fire)
Kebakaran permukaan (Surface fire)
Kebakaran tajuk (Crown fire)
FAKTOR
PENYEBAB
KEBAKARAN
HUTAN
1. Illegal Logging
Illegal logging atau pembakaran liar menghasilkan lahan-lahan kritis dengan tingkat rawan tinggi. Api yang tidak
terkendali secara mudah merambat ke area hutan-hutan kritis tersebut.
Pembakaran liar sering meninggalkan sisa berupa daun, cabang, dan ranting kering yang semakin lama bertambah dan
menumpuk di Kawasan hutan. Pada musim kemarau akan mengering dan berpotensi menyebabkan kebakaran hutan baru.
2. BioFisik
Kebakaran hutan dan lahan yang disebabkan oleh faktor biofisik antara lain seperti petir, letusan gunung berapi, atau batu
bara yang terbakar. Di negara subtropis kebakaran hutan dan lahan yang disebabkan oleh faktor alam sering terjadi. Petir
merupakan penyebab kebakaran tertinggi di negara subtropis (Syaufina 2008).
Hutan di Indonesia merupakan hutan tropis yang sulit terbakar secara alami, tetapi dengan meningkatnya gangguan pada
hutan oleh manusia, kebakaran hutan akan sering terjadi. Kejadian petir yang sering terjadi di Indonesia tidak dapat
menimbulkan kebakaran karena datangnya petir di Indonesia selalu dibarengi dengan datangnya hujan. Sehingga percikan
api dari petir yang mengenai bahan bakar tidak dapat berkembang, menjalar lebih luas.
Daerah yang berdekatan dengan gunung berapi yang masih aktif, merupakan daerah yang masih mempunyai risiko
terhadap bahaya kebakaran karena udara yang dihasilkan dapat mengeringkan bahan bakar, sehingga kemampuan bahan
bakar untuk terbakar semakin tinggi.
Kejadian kebakaran hutan dan lahan juga dipengaruhi oleh tipe tanah, misalnya tanah gambut yang akan menjadi kering
akibat pemanfaatan dan pembukaan lahan gambut yang membuat tanah gambut menjadi cenderung padat. Kebakaran di
lahan gambut adalah kebakaran yang berbahaya karena tipe kebakaran di lahan gambut adalah kebakaran tipe kebakaran
bawah (ground fire). Bahan bakar utama pada lahan gambut adalah lapisan gambut yang berada di permukaan. Kebakaran
yang terjadi di permukaan gambut merambat ke dalam hingga membakar lapisan organik.
3. Aktifitas Manusia
Penyebab utama deforestasi hutan di berbagai negara adalah kebakaran hutan. Permasalahan ekonomi dan sosial
merupakan faktor utama pendorong terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Penyiapan lahan dengan cara membakar
masih dianggap cara yang paling murah dan praktis dengan alasan lebih ekonomis masih melakukan sistem ini
(Syaufina, 2008).
Lahan merupakan kesatuan berbagai sumber daya dataran yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem
struktural dan fungsional. Proses ini berinteraksi dengan penduduk setempat atau dengan orang-orang yang
menaruh perhatian terhadap daerah tersebut, terutama dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan mereka, aspirasi,
dan keinginannya pada masa mendatang (Hardjowigeno, 2003).
Salah satu alasan dari perubahan penggunaan suatu hutan menjadi non hutan adalah karena semakin terbatasnya
lahan yang ada dan didorong dengan pertumbuhan populasi manusia yang semakin tinggi. Salah satu permasalahan
dalam perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi non hutan adalah pembukaan hutan dengan cara dibakar
secara tidak terkendali dengan asumsi pembakaran hutan untuk pembukaan lahan lebih praktis dan efisien.
4. Suhu dan Kelembaban Udara 
Suhu udara merupakan faktor yang selalu berubah dan memengaruhi suhu bahan bakar serta kemudahanya untuk
terbakar. Suhu udara tergantung pada intensitas panas atau penyinaran matahari. Daerah dengan suhu tinggi akan
menyebabkan cepat terjadinya pengeringan bahan bakar dan memudahkan terjadinya kebakaran. Hal ini terutama
terjadi pada musim kemarau yang panjang (Wardhana, 2001).
Kelembaban udara berasal dari evaporasi badan-badan air, tanah serta tranpirasi tumbuh-tumbuhan. Kelembaban
udara di hutan akan sangat mempengaruhi mudah tidaknya bahan bakar mongering dan terbakar, hal ini terjadi
karena kelembaban udara dapat menentukan jumlah kandungan air dalam bahan bakar (Wardhana, 2001).
5. Emisi Karbondioksida
Efek dari kandungan karbondioksida yang meningkat secara global di atmosfer dan dianggap
sebagai masalah lingkungan, berbagai ekolog tertarik untuk menghitung jumlah karbon yang
tersimpan di hutan. Umumnya karbon menyusun 45-50 % bahan kering dari tanaman. Hutan
gambut merupakan salah satu hutan yang memiliki potensi dalam penyimpanan karbon. Salah
satu faktor yang dapat mengubah fungsi gambut tersebut adalah kebakaran gambut. Proses
kebakaran dapat meningkatkan emisi CO2 karena terbakarnya salah satu atau gabungan dari
biomasa tanaman, nekromasa dan lapisan gambut.
Karbondioksida terdapat pada atmosfer bumi dalam kepekatan 0,003%. Walaupun pada
kepekatan yang rendah, karbondioksida memainkan peranan yang penting dalam iklim bumi.
Radiasi sinar matahari yang masuk mengandung panjang gelombang yang berbeda-beda tetapi
pada saat mengenai permukaan bumi sebagian energi diubah menjadi radiasi inframerah.
Karbondioksida merupakan penyerap inframerah yang kuat dan sifat ini membantu mencegah
radiasi inframerah meninggalkan bumi. Dengan demikian CO2 memainkan peranan penting
dalam mengatur suhu permukaan bumi. Efek rumah kaca ini dipengaruhi oleh proporsi
karbondioksida dalam atmosfer bumi.
DAMPAK
KEBAKARAN
HUTAN
1. Dampak pada Keanekaragaman Hayati
Kebakaran dianggap sebagai ancaman potensial terhadap pembangunan berkelanjutan karena dampaknya
langsung pada ekosistem, kontribusinya terhadap emisi karbon, dan dampak pada keanekaragaman hayati,
oleh Tacconi, 2003.
Hutan yang terbakar akan sulit sipulihkan seperti sedia kala. Hilangnya tumbuh-tumbuhan menyebabkan
lahan terbuka, sehingga mudah erosi, dan tidak lagi kuat menahan banjir.
Pohon-pohon hutan hujan tropis membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bias panen dan komunitasnya
yang kompleks tidak mudah digantikan bila terlanjur rusak.
Luas hutan hujan tropis mengandung lebih dari 50 persen total jenis yang ada di seluruh dunia. Kenyataan
ini menunjukkan bahwa hutan hujan tropika merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati terpenting
di dunia.

2. Kerugian Besar
Kerugian besar yang diderita akibat kebakaran hutan di Indonesia mengakibatkan degradasi hutan dan
deforestasi menelan biaya sekitar 1.6 2.7 milyar US dollar dan biaya akibat pencemaran kabut sekitar
674.799 US dollar.
Kerugian akibat kebakaran tersebut kemungkinan jauh lebih besar lagi karena perkiraan dampak ekonomi
bagi kegiatan bisnis di Indonesia.
Tidak hanya dari segi uang, namun juga kerugian dari segi lain, seperti kesehatan, transportasi, kayu,
kematian pohon, bangunan, kebun, biaya pengendalian, dan sebagainya.
3. Hilangnya sejumlah spesies; selain membakar aneka flora, kebakaran hutan juga mengancam
kelangsungan hidup sejumlah binatang. Bebrabagai spesies endemik(tumbuhan maupun hewan) terancam
punah akibat kebakaran hutan.
4. Erosi; Hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai penahan erosi. Ketika tanaman musnah akibat
kebakaran hutan akan menyisakan lahan hutan yang mudah terkena erosi baik oleh air hujan bahkan angin
sekalipun.
5. Alih fungsi hutan; Kawasan hutan yang terbakar membutuhkan waktu yang lama untuk kembali
menjadi hutan. Bahkan sering kali hutan mengalami perubahan peruntukan menjadi perkebunan atau padang
ilalang.
6. Penurunan kualitas air; Salah satu fungsi ekologis hutan adalah dalam daur hidrologis. Terbakarnya
hutan memberikan dampak hilangnya kemampuan hutan menyerap dan menyimpan air hujan.
7. Pemanasan global; Kebakaran hutan menghasilkan asap dan gas CO2 dan gas lainnya. Selain itu,
dengan terbakarnya hutan akan menurunkan kemampuan hutan sebagai penyimpan karbon. Keduanya
berpengaruh besar pada perubahan iklim dan pemansan global.
8. Sendimentasi sungai; Debu dan sisa pembakaran yang terbawa erosi akan mengendap di sungai dan
menimbulkan pendangkalan.
9. Meningkatnya bencana alam; Terganggunya fungsi ekologi hutan akibat kebakaran hutan membuat
intensitas bencana alam (banjir, tanah longsor, dan kekeringan) meningkat
PENANGGULANGAN
KEBAKARAN HUTAN
Salah satu penanggulangan setelah kebakaran hutan
Kebakaran hutan dalam cakupan yang luas bisa berdampak buruk pada lingkungan dan juga kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya-upaya agar kebakaran hutan dapat ditanggulangi. Beberapa
cara yang cara yang dapat dilakukan untuk mencegah atau menanggulangi kebakaran hutan antara lain:
1. Memperhatikan wilayah hutan dengan titik api yang cukup tinggi yang dapat memicu terjadinya kebakaran
hutan. Wilayah titik api ini harus diperhatikan ketika kemarau panjang terjadi.
2. Tidak membuka lahan atau perkebunan dengan cara membakar hutan.
3. Tidak membuang puntung rokok secara sembarangan di hutan.
4. Tidak meninggalkan api unggun dalam hutan. Api unggun harus dipadamkan terlebih dahulu jika ingin
meninggalkan hutan.
5. Melakukan patroli hutan secara berkala untuk mengecek kondisi hutan.
6. Melakukan pemotretan citra secara berkala terutama di wilayah dengan titik api yang tinggi.
7. Menyediakan mobil pemadam kebakaran yang siap untuk digunakan.
8. Apabila terjadi kebakaran hutan berskala kecil, maka lakukan penyemprotan secara langsung ke daerah
yang terbakar.
9. Jika kebakaran terjadi dalam skala besar, maka lakukan penyemprotan air dari udara menggunakan
helikopter guna membuat hujan buatan

Anda mungkin juga menyukai