Anda di halaman 1dari 166

PENGANTAR : PANCASILA

PADA ORLA DAN ORBA


PENDAHULUA
N
Pengertian Pancasila
Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu
nama dari dasar negara kita, Negara Republik
Indonesia. Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman
Majapahit pada abad XIV yang terdapat dalam buku
Nagara Kertagama karangan Mpu Prapanca dan buku
Sutasoma karangan Mpu Tantular, dalam buku
Sutasoma ini, selain mempunyai arti “Berbatu sendi
yang lima” (dari bahasa Sansekerta) Pancasila juga
mempunyai arti “Pelaksanaan kesusilaan yang lima”
(Pancasila Krama), yaitu sebagai berikut:

1.Tidak boleh melakukan kekerasan


2.Tidak boleh mencuri
3. Tidak boleh berjiwa dengki
4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk minuman keras / obat-obatan
terlarang
Dasar-dasar
Penyelenggaraan Pendidikan
Pancasila
Pancasila mempunyai arti yang sangat dalam dan
 
luhur yaitu :
1. pancasila sebagai dasar filsafat negara.
2.pancasila sebagai dasar kerohanian
fisafat adalah mendekati usaha pemikiran untuk dan pandangan hidup bangsa
mencari kebenaran, sehingga mendekati kebenaran indonesia.
yang sesunguhnya.

Pancasila adalah suatu hasil usaha pemikiran


Artinya pola pikir bangsa/negara tidak
manusia Indonesia untuk mencari kebenaran, boleh dipenaruhi segala sesuatu
kemudian sampai mendekati kebenaran yang perbedaan seperti keagamaan, kesukuan,
sesungguhnya yang seirama dengan perkembanan kewarganegaraan, golongan dan
luang lingkup dan waktu. sebagainya dan juga perubahan yang
terjadi seperti :
Hasil usaha pemikiran manusia indonesia yang
sesungguh ini kemudian dituangankan dalam satu
perumusan yang mengandung satu pengertian yang
-        Perubahan keadaan
bulat untuk dijadikan dasar, pedoman dan norma -        Waktu
hidup dan kehidupan bersama dalam rangka -        Susunanan masyarakat.
perumusan negara indonesia merdeka yang diberi
nama pancasila.
Dasar-dasar
Penyelenggaraan Pendidikan
Pancasila
4. sebagai kepribadian bangsa
3.pancasila persatuan seluruh bangsa
indonesia Kepribadian artinya ciri-ciri tanda-tanda
seorang atau bangsa. Bila teliti sila-sila
Artinya pancasila sebagai satu rangkaian pancasila itu satu demi satu, maka
kesatuan pengertin yang bulat dan hasilnya dapatlah disimpulkan bahwa pancasila itu
masing-masing tidak mengenal batas-batas dapat isimpulkan bahwa pancasila itu
peredaan agama, kesukuan, golongan, merupakan kepribadian bangsa
aliran-aliran kekayaaan, politik, kedaeraan indonesia.
dasebagainya masyarkat bansa indonesia. Ciri-ciri kepribadian bangsa indonesia
(pancasila merupakan suatu ideologi tersebut antara lain :
universalisme, ideologi kesatuan dan
persatuan). 1.    Bangsa indonesia adlah bangs yang
bertuhan
2.    Bangsa indonesia bangs yang
berkemanusiaan yang adil dan beradap.
3.    Bangsa indonesia adalah bangsa yang
selalu suka rukun dan bersatu.
4.    Bangsa indonesia adalah bangsa yang
bersikap keadilan sosial.
Dasar-dasar Penyelenggaraan
Pendidikan Pancasila
 Dasar Hukum Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila

1.   UU No.2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


Berdasarkan ketentuan UU No.2 Tahun 1989 Pasal 39 dinyatakan bahwa :

1)Isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan
penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian
tujuan pendidikan nasional.

2)Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikah wajib memuat :
Pendidikan Pancasila;
Pendidikan agama; dan
Pendidikan kewarganegaraan

2.   PP No.60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi,


Berdasarkan ketentuan ini, khususnya pada Pasal 13 ayat (2) ditetapkan bahwa kurikulum
yang berlaku secara nasional  diatur oleh menteri pendidikan dan kebudayaan.

3.  Surat Keputusan Dirjen DIKTI Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
38 / DIKTI / Kep./2002 yang merupakan penyempurnaan lebih lanjut dari Keputusan
Dirjen DIKTI No. 265/ DIKTI/ Kep/ 2000 dan Surat Keputusan Dirjen DIKTI No. 356/
DIKTI/ Kep/ 1995
Dasar-dasar
Penyelenggaraan Pendidikan
Pancasila
 Tujuan Pendidikan Pancasila
Tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di
perguruan tinggi adalah agar mahasiswa mampu
:

1.   Memahami, menganalisis dan menjawab


masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat
bangsanya dan konsisten dengan cita-cita yang
digariskan dalam Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia 1945

2.   Menghayatii filsafat dan tata nilai filsafat


Pancasila, sehingga menjiwai tingkah lakunya
selaku warga negara Republik Indonesia.

3.   Menjadi warganegara yang memiliki


kesadaran kebangsaan yang tinggi dan sikap
tanggungjawab sebagai Warga Negara Indonesia.
Dasar-dasar
Penyelenggaraan Pendidikan
Pancasila
4. Membentuk watak bangsa yang kukuh, juga untuk
memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-
nilai dan norma-norma Pancasila

5. Agar mahasiswa memahami, menghayati dan


melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 dalam
kehidupan sehari-hari sebagai warga negara RI

6. Juga menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang


beragam masalah dasar kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang hendak diatasi dengan
pemikiran yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Sejarah Lahirnya Pancasila

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara


Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti
prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan
tercantum pada paragraf ke-4 Preambule
(Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Sejarah Perumusan
Dari beberapa sumber, setidaknya ada beberapa rumusan Pancasila yang telah atau
pernah muncul. Rumusan Pancasila yang satu dengan rumusan yang lain ada yang
berbeda namun ada pula yang sama. Secara berturut turut akan dikemukakan rumusan
dari Muh Yamin, Sukarno, Piagam Jakarta, Hasil BPUPKI, Hasil PPKI, Konstitusi RIS, UUD
Sementara, UUD 1945 (Dekrit Presiden 5 Juli 1959), Versi Berbeda, dan Versi populer
yang berkembang dimasyarakat.

Rumusan I: Muh. Yamin


Pada sesi pertama persidangan BPUPKI yang
dilaksanakan pada 29 Mei – 1 Juni 1945 beberapa
anggota BPUPKI diminta untuk menyampaikan
usulan mengenai bahan-bahan konstitusi dan
rancangan “blue print” Negara Republik Indonesia
yang akan didirikan. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr.
Muh. Yamin menyampaikan usul dasar negara
dihadapan sidang pleno BPUPKI baik dalam pidato
maupun secara tertulis yang disampaikan kepada
BPUPKI.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Selain usulan lisan Muh Yamin tercatat
menyampaikan usulan tertulis mengenai
rancangan dasar negara. Usulan tertulis
yang disampaikan kepada BPUPKI oleh
Muh Yamin berbeda dengan rumusan
kata-kata dan sistematikanya dengan
yang dipresentasikan secara lisan, yaitu:

1.Ketuhanan Yang Maha Esa


Rumusan Pidato
2.Kebangsaan Persatuan Indonesia
3.Rasa Kemanusiaan yang Adil dan
Baik dalam kerangka uraian
Beradab
pidato maupun dalam presentasi
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat
lisan Muh Yamin
kebijaksanaan dalam permusyawaratan
mengemukakan lima calon dasar
perwakilan
negara yaitu:
5.keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
1.Peri Kebangsaan
2.Peri Kemanusiaan
3.Peri ke-Tuhanan
4.Peri Kerakyatan
5.Kesejahteraan Rakyat
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan II: Ir. Soekarno
Selain Muh Yamin, beberapa anggota BPUPKI juga menyampaikan
usul dasar negara, diantaranya adalah Ir Sukarno Usul ini
disampaikan pada 1 Juni 1945 yang kemudian dikenal sebagai hari
lahir Pancasila.

Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya satu melainkan tiga buah


usulan calon dasar negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan
satu prinsip. Sukarno pula- lah yang mengemukakan dan
menggunakan istilah “Pancasila” (secara harfiah berarti lima
dasar) pada rumusannya ini atas saran seorang ahli bahasa (Muh
Yamin) yang duduk di sebelah Sukarno. Oleh karena itu rumusan
Sukarno di atas disebut dengan Pancasila, Trisila, dan Ekasila.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan Trisila
Rumusan Pancasila :
1.Socio-nationalisme
1.Kebangsaan Indonesia
2.Socio-demokratie
2.Internasionalisme,-atau
3.ke-Tuhanan
peri-kemanusiaan
3.Mufakat,-atau demokrasi
4.Kesejahteraan sosial
5.ke-Tuhanan yang
berkebudayaan

Rumusan Ekasila

1.Gotong-Royong
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan III: Piagam Jakarta
Usulan-usulan blue print Negara Indonesia telah dikemukakan anggota-anggota BPUPKI pada
sesi pertama yang berakhir tanggal 1 Juni 1945. Selama reses antara 2 Juni – 9 Juli 1945,
delapan orang anggota BPUPKI ditunjuk sebagai panitia kecil yang bertugas untuk menampung
dan menyelaraskan usul-usul anggota BPUPKI yang telah masuk.

Pada 22 Juni 1945 panitia kecil tersebut mengadakan pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI
dalam rapat informal. Rapat tersebut memutuskan membentuk suatu panitia kecil berbeda
(kemudian dikenal dengan sebutan “Panitia Sembilan”) yang bertugas untuk menyelaraskan
mengenai hubungan Negara dan Agama.

Dalam menentukan hubungan negara dan agama anggota BPUPKI terbelah antara golongan
Islam yang menghendaki bentuk teokrasi Islam dengan golongan Kebangsaan yang
menghendaki bentuk negara sekuler dimana negara sama sekali tidak diperbolehkan bergerak
di bidang agama. Persetujuan di antara dua golongan yang dilakukan oleh Panitia Sembilan
tercantum dalam sebuah dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Dokumen ini pula yang disebut Piagam
Jakarta (Jakarta Charter) oleh Mr. Muh Alternatif pembacaan
Yamin. Adapun rumusan rancangan dasar
negara terdapat di akhir paragraf keempat Alternatif pembacaan rumusan kalimat
dari dokumen “Rancangan Pembukaan rancangan dasar negara pada Piagam Jakarta
Hukum Dasar” (paragraf 1-3 berisi dimaksudkan untuk memperjelas
rancangan pernyataan persetujuan kedua golongan dalam BPUPKI
kemerdekaan/proklamasi/ declaration of sebagaimana terekam dalam dokumen itu
independence). dengan menjadikan anak kalimat terakhir
dalam paragraf keempat tersebut menjadi
Rumusan ini merupakan rumusan pertama sub-sub anak kalimat.
sebagai hasil kesepakatan para “Pendiri
Bangsa”. “… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan
Rumusan kalimat [A] dengan kewajiban menjalankan syari’at
Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dasar,
dengan kewajiban menjalankan syari’at [A.1] kemanusiaan yang adil dan beradab,
Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut [A.2] persatuan Indonesia, dan
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, [A.3] kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang kebijaksanaan dalam permusyawaratan
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam perwakilan[;] serta
permusyawaratan perwakilan serta dengan [B] dengan mewujudkan suatu keadilan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
seluruh rakyat Indonesia.”
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA

Rumusan dengan penomoran Rumusan populer


(utuh)
Versi populer rumusan rancangan
1.Ketuhanan dengan kewajiban Pancasila menurut Piagam Jakarta
menjalankan syariat Islam bagi yang beredar di masyarakat
pemeluk-pemeluknya. adalah:
2.Menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab. 1.Ketuhanan dengan kewajiban
3.Persatuan Indonesia. menjalankan syariat Islam bagi
4.Dan kerakyatan yang dipimpin pemeluk-pemeluknya
oleh hikmat kebijaksanaan dalam 2.Kemanusiaan yang adil dan
permusyawaratan perwakilan. beradab
5.Serta dengan mewujudkan 3.Persatuan Indonesia
keadilan sosial bagi seluruh rakyat 4.Kerakyatan yang dipimpin oleh
Indonesia hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5.Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan IV: BPUPKI

Pada sesi kedua persidangan BPUPKI yang berlangsung pada 10-17 Juli 1945, dokumen “Rancangan
Pembukaan Hukum Dasar” (baca Piagam Jakarta) dibahas kembali secara resmi dalam rapat pleno
tanggal 10 dan 14 Juli 1945.

Dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” tersebut dipecah dan diperluas menjadi dua buah
dokumen berbeda yaitu Declaration of Independence (berasal dari paragraf 1-3 yang diperluas
menjadi 12 paragraf) dan Pembukaan (berasal dari paragraf 4 tanpa perluasan sedikitpun).

Rumusan yang diterima oleh rapat pleno BPUPKI tanggal 14 Juli 1945 hanya sedikit berbeda dengan
rumusan Piagam Jakarta yaitu dengan menghilangkan kata “serta” dalam sub anak kalimat terakhir.
Rumusan rancangan dasar negara hasil sidang BPUPKI, yang merupakan rumusan resmi pertama,
jarang dikenal oleh masyarakat luas.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan kalimat

“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Rumusan dengan penomoran (utuh)

1.Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya


2.Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3.Persatuan Indonesia
4.Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5.Dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan V: PPKI
Menyerahnya Kekaisaran Jepang yang mendadak dan diikuti dengan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia yang diumumkan sendiri oleh Bangsa Indonesia (lebih awal dari kesepakatan semula
dengan Tentara Angkatan Darat XVI Jepang) menimbulkan situasi darurat yang harus segera
diselesaikan. Sore hari tanggal 17 Agustus 1945, wakil-wakil dari Indonesia daerah Kaigun (Papua,
Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan), diantaranya A. A. Maramis, Mr., menemui
Sukarno menyatakan keberatan dengan rumusan “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya” untuk ikut disahkan menjadi bagian dasar negara.

Untuk menjaga integrasi bangsa yang baru diproklamasikan, Sukarno segera menghubungi Hatta
dan berdua menemui wakil-wakil golongan Islam. Semula, wakil golongan Islam, diantaranya
Teuku Moh Hasan, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Ki Bagus Hadikusumo, keberatan dengan usul
penghapusan itu. Setelah diadakan konsultasi mendalam akhirnya mereka menyetujui
penggantian rumusan “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” dengan rumusan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sebuah “emergency exit”
yang hanya bersifat sementara dan demi keutuhan Indonesia.

Pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan rumusan “dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dikemukakan dalam rapat pleno PPKI.
Selain itu dalam rapat pleno terdapat usulan untuk menghilangkan frasa “menurut dasar” dari Ki
Bagus Hadikusumo.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan dasar negara yang terdapat dalam paragraf keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar ini
merupakan rumusan resmi kedua dan nantinya akan dipakai oleh bangsa Indonesia hingga kini. UUD
inilah yang nantinya dikenal dengan UUD 1945.

Rumusan kalimat

“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.”

Rumusan dengan penomoran (utuh)

1.ke-Tuhanan Yang Maha Esa


2.Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3.Persatuan Indonesia
4.Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5.Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan VI: Konstitusi RIS
Pendudukan wilayah Indonesia oleh NICA
menjadikan wilayah Republik Indonesia
semakin kecil dan terdesak. Akhirnya pada
akhir 1949 Republik Indonesia yang berpusat
di Yogyakarta (RI Yogyakarta) terpaksa
menerima bentuk negara federal yang
disodorkan pemerintah kolonial Belanda Rumusan kalimat
dengan nama Republik Indonesia Serikat
(RIS) dan hanya menjadi sebuah negara “…, berdasar pengakuan ke-Tuhanan Yang
bagian saja. Maha Esa, perikemanusiaan, kebangsaan,
kerakyatan dan keadilan sosial.”
Walaupun UUD yang disahkan oleh PPKI
pada 18 Agustus 1945 tetap berlaku bagi RI Rumusan dengan penomoran (utuh)
Yogyakarta, namun RIS sendiri mempunyai
sebuah Konstitusi Federal (Konstitusi RIS) 1.ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
sebagai hasil permufakatan seluruh negara 2.perikemanusiaan,
bagian dari RIS. Dalam Konstitusi RIS 3.kebangsaan,
rumusan dasar negara terdapat dalam 4.kerakyatan
Mukaddimah (pembukaan) paragraf ketiga. 5.dan keadilan sosial
Konstitusi RIS disetujui pada 14 Desember
1949 oleh enam belas negara bagian dan
satuan kenegaraan yang tergabung dalam RIS.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan VII: UUD Sementara
Segera setelah RIS berdiri, negara itu mulai
menempuh jalan kehancuran. Hanya dalam
hitungan bulan negara bagian RIS membubarkan
diri dan bergabung dengan negara bagian RI
Yogyakarta.

Pada Mei 1950 hanya ada tiga negara bagian yang Rumusan kalimat
tetap eksis yaitu RI Yogyakarta, NIT, dan NST.
Setelah melalui beberapa pertemuan yang intensif “…, berdasar pengakuan ke-Tuhanan
RI Yogyakarta dan RIS, sebagai kuasa dari NIT dan Yang Maha Esa, perikemanusiaan,
NST, menyetujui pembentukan negara kesatuan dan kebangsaan, kerakyatan dan keadilan
mengadakan perubahan Konstitusi RIS menjadi sosial, …”
UUD Sementara.
Rumusan dengan penomoran
Perubahan tersebut dilakukan dengan menerbitkan (utuh)
UU RIS No 7 Tahun 1950 tentang Perubahan
Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat 1.ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
menjadi Undang-Undang Dasar Sementara (LN RIS 2.perikemanusiaan,
Tahun 1950 No 56, TLN RIS No 37) yang disahkan 3.kebangsaan,
tanggal 15 Agustus 1950. Rumusan dasar negara 4.kerakyatan
kesatuan ini terdapat dalam paragraf keempat dari 5.dan keadilan sosial
Mukaddimah (pembukaan) UUD Sementara Tahun
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan VIII: UUD 1945
Kegagalan Konstituante untuk menyusun sebuah UUD yang akan menggantikan UUD Sementara
yang disahkan 15 Agustus 1950 menimbulkan bahaya bagi keutuhan negara. Untuk itulah pada 5
Juli 1959 Presiden Indonesia saat itu, Sukarno, mengambil langkah mengeluarkan Dekrit Kepala
Negara yang salah satu isinya menetapkan berlakunya kembali UUD yang disahkan oleh PPKI
pada 18 Agustus 1945 menjadi UUD Negara Indonesia menggantikan UUD Sementara.

Dengan pemberlakuan kembali UUD 1945 maka rumusan Pancasila yang terdapat dalam
Pembukaan UUD kembali menjadi rumusan resmi yang digunakan. Rumusan ini pula yang
diterima oleh MPR, yang pernah menjadi lembaga tertinggi negara sebagai penjelmaan
kedaulatan rakyat antara tahun 1960-2004, dalam berbagai produk ketetapannya,
diantaranya:

1.Tap MPR No XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan Majelis Permusyawaratan


Rakyat Republik Indonesia No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar
Negara, dan

2.Tap MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan kalimat Rumusan dengan penomoran
(utuh)
“… dengan berdasar kepada:
Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan 1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia,
beradab,
dan kerakyatan yang dipimpin 3. Persatuan Indonesia
oleh hikmat kebijaksanaan dalam 4. Dan kerakyatan yang dipimpin
permusyawaratan/perwakilan oleh hikmat kebijaksanaan
serta dengan mewujudkan suatu dalam
keadilan sosial bagi seluruh rakyat permusyawaratan/perwakilan
Indonesia.” 5. Serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan IX: Versi Berbeda
Selain mengutip secara utuh rumusan dalam UUD 1945, MPR pernah membuat rumusan yang
agak sedikit berbeda. Rumusan ini terdapat dalam lampiran Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR-GR mengenai Sumber Tertib Hukum Republik
Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia

Rumusan

1.Ketuhanan Yang Maha Esa,


2.Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3.Persatuan Indonesia
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5.Keadilan sosial.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Rumusan X: Versi Populer
Rumusan terakhir yang akan dikemukakan adalah rumusan yang beredar dan diterima
secara luas oleh masyarakat. Rumusan Pancasila versi populer inilah yang dikenal secara
umum dan diajarkan secara luas di dunia pendidikan sebagai rumusan dasar negara.
Rumusan ini pada dasarnya sama dengan rumusan dalam UUD 1945, hanya saja
menghilangkan kata “dan” serta frasa “serta dengan mewujudkan suatu” pada sub anak
kalimat terakhir.

Rumusan ini pula yang terdapat dalam lampiran Tap MPR No II/MPR/1978 tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa)
Rumusan

1.Ketuhanan Yang Maha Esa,


2.Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3.Persatuan Indonesia
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Hari Kesaktian Pancasila

Pada tanggal 30 September 1965, adalah awal dari Gerakan 30


September (G30SPKI). Pemberontakan ini merupakan wujud usaha
mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis. Hari itu, enam
Jendral dan berberapa orang lainnya dibunuh sebagai upaya kudeta.
Namun berkat kesadaran untuk mempertahankan Pancasila maka
upaya tersebut mengalami kegagalan. Maka 30 September diperingati
sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S-PKI dan
tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila,
memperingati bahwa dasar Indonesia, Pancasila, adalah sakti, tak
tergantikan.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Butir-butir pengamalan Pancasila
Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas
dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan
Pancasila.
36 BUTIR-BUTIR PANCASILA/EKA PRASETIA PANCA KARSA
A. SILA KETUHANAN YANG MAHA
ESA B. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL
1.Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang DAN BERADAB
Maha Esa sesuai dengan agama dan 1.Mengakui persamaan derajat persamaan hak
kepercayaan masing-masing menurut dan persamaan kewajiban antara sesama
dasar kemanusiaan yang adil dan manusia.
beradab. 2.Saling mencintai sesama manusia.
2.Hormat menghormati dan bekerjasama 3.Mengembangkan sikap tenggang rasa.
antar pemeluk agama dan penganut- 4.Tidak semena-mena terhadap orang lain.
penganut kepercayaan yang berbeda-beda 5.Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
sehingga terbina kerukunan hidup. 6.Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
3.Saling menghormati kebebasan 7.Berani membela kebenaran dan keadilan.
menjalankan ibadah sesuai dengan agama 8.Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai
dan kepercayaannya. bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
4.Tidak memaksakan suatu agama dan dikembangkan sikap hormat-menghormati dan
kepercayaan kepada orang lain. bekerjasama dengan bangsa lain.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
 C. SILA PERSATUAN INDONESIA D. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT
1.Menempatkan kesatuan, persatuan, KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN /
kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara PERWAKILAN
di atas kepentingan pribadi atau golongan. 1.Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2.Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan 2.Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
negara. 3.Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
3.Cinta Tanah Air dan Bangsa. untuk kepentingan bersama.
4.Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber- 4.Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat
Tanah Air Indonesia. kekeluargaan.
5.Memajukan pergaulan demi persatuan dan 5.Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. melaksanakan hasil musyawarah.
6.Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan
hati nurani yang luhur.
7.Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung
jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-
E. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYATnilai kebenaran dan keadilan.
INDONESIA
1.Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
gotong-royong.
2.Bersikap adil.
3.Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4.Menghormati hak-hak orang lain.
5.Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6.Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7.Tidak bersifat boros.
8.Tidak bergaya hidup mewah.
9.Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir
Pancasila. Tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-
benar diamalkan dalam keseharian warga Indonesia.

Sila pertama

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya


terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
Bintang antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa kepada orang lain.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Sila kedua
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
Rantai
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Sila ketiga

1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan


dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
Pohon Beringin. 3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Sila keempat
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
Kepala Banteng
sebagai hasil musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA
Sila kelima
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
Padi Dan Kapas. sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.
PERUBAHAN PANCASILA PADA
ERA REFORMASI
Latar Belakang Terjadinya Reformasi
Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi
Indonesia melemah dan semakin besarnya ketidak puasan
masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan
Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi
besar-besaran yang dilakukan berbagai organ aksi
mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia.

Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi


Trisakti pada 12 Mei 1998 yang kemudian memicu
Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa
pun meluas hampir diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan
yang besar dari dalam maupun luar negeri, Soeharto
akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Latar Belakang Terjadinya Reformasi
· Krisis politik
Pemerintah orde baru, meskipun mampu mengangkat
Indonesia dari keterpurukan ekonomi dan memberikan
kemajuan, gagal dalam membina kehidupan politik yang
demokratis, terbuka, adil, dan jujur. Pemerintah bersikap
otoriter, tertutup, dan personal. Masyarakat yang memberikan
kritik sangat mudah dituduh sebagai anti-pemerintah,
menghina kepala negara, anti-Pancasila, dan subversive.
Akibatnya, kehidupan berbangsa dan bernegara yang
demokratis tidak pernah terwujud dan Golkar yang menjadi
partai terbesar pada masa itu diperalat oleh pemerintah orde
baru untuk mengamankan kehendak penguasa.
Praktik KKN merebak di tubuh pemerintahan dan tidak
mampu dicegah karena banyak pejabat orba yang berada di
dalamnya. Dan anggota MPR/DPR tidak dapat menjalankan
fungsinya dengan baik dan benar karena keanggotaannya
ditentukan dan mendapat restu dari penguasa, sehingga banyak
anggota yang bersikap ABS daripada kritis.

Sikap yang otoriter, tertutup, tidak demokratis, serta


merebaknya KKN menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat.
Gejala ini terlihat pada pemilu 1992 ketika suara Golkar berkurang
cukup banyak. Sejak 1996, ketidakpuasan masyarakat terhadap
orba mulai terbuka. Muncul tokoh vokal Amien Rais serta
munculnya gerakan mahasiswa semakin memperbesar keberanian
masyarakat untuk melakukan kritik terhadap pemerintahan orba.
Masalah dwifungsi ABRI, KKN, praktik monopoli serta 5
paket UU politik adalah masalah yang menjadi sorotan tajam
para mahasiswa pada saat itu. Apalagi setelah Soeharto terpilih
lagi sebagai Presiden RI 1998-2003, suara menentangnya
makin meluas dimana-mana.

Puncak perjuangan para mahasiswa terjadi ketika berhasil


menduduki gedung MPR/DPR pada bulan Mei 1998. Karena
tekanan yang luar biasa dari para mahasiswa, tanggal 21 Mei
1998 Presiden menyatakan berhenti dan diganti oleh wakilnya
BJ Habibie.
Latar Belakang Terjadinya Reformasi
· Krisis ekonomi

Krisis moneter yang menimpa dunia dan Asia Tenggara


telah merembet ke Indonesia, sejak Juli 1997, Indonesia mulai
terkena krisis tersebut. Nilai rupiah terhadap dollar Amerika
terus menurun. Akibat krisis tersebut, banyak perusahaan
ditutup, sehingga banyak pengangguran dimana-mana, jumlah
kemiskinan bertambah. Selain itu, daya beli menjadi rendah
dan sulit mencari bahan-bahan kebutuhan pokok.
Sejalan dengan itu, pemerintah melikuidasi bank-bank yang
bermasalah serta mengeluarkan KLBI (Kredit Likuiditas Bank
Indonesia) untuk menyehatkan bank-bank yang ada di bawah
pembinaan BPPN. Dalam praktiknya, terjadi manipulasi besar-
besaran dalam KLBI sehingga pemerintah harus menanggung
beban keuangan yang semakin besar.

Selain itu, kepercayaan dunia internasional semakin


berkurang sejalan dengan banyaknya perusahaan swasta yang tak
mampu membayar utang luar negeri yang telah jatuh tempo.
Untuk mengatasinya, pemerintah membentuk tim ekonomi untuk
membicarakan utang-utang swasta yang telah jatuh tempo.
Sementara itu, beban kehidupan masyarakat makin berat ketika
pemerintah tanggal 12 Mei 1998 mengumumkan kenaikan BBM
dan ongkos angkutan. Dengan itu, barang kebutuhan ikut naik dan
masyarakat semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup.
Latar Belakang Terjadinya Reformasi
· Krisis sosial
Krisis politik dan ekonomi mendorong munculnya krisis dalam bidang
sosial. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah serta krisis
ekonomi yang ada mendorong munculnya perilaku yang negatif dalam
masyarakat. Misalnya: perkelahian antara pelajar, budaya menghujat,
narkoba, kerusuhan sosial di Kalimantan Barat, pembantaian dengan isu
dukun santet di Banyuwangi dan Boyolali serta kerusuhan 13-14 Mei 1998
yang terjadi di Jakarta dan Solo.
Akibat kerusuhan di Jakarta dan Solo tanggal 13, 14, dan 15 Mei 1998,
perekonomian kedua kota tersebut lumpuh untuk beberapa waktu karena
banyak swalayan, pertokoan, pabrik dibakar, dirusak dan dijarah massa. Hal
tersebut menyebabkan angka pengangguran membengkak. Beban
masyarakat semakin berat serta tidak ada kepastian tentang kapan
berakhirnya krisis tersebut sehingga menyebabkan masyarakat frustasi.
Kondisi tersebut membahayakan karena mudah diadu domba, mudah
marah, dan mudah dihasut untuk melakukan tindakan anarkis.
Dampak Reformasi bagi Rakyat Indonesia
- Pemerintahan orde baru jatuh dan muncul era reformasi. Namun reformasi
dan keterbukaan tidak diikuti dengan suasana tenang, aman, dan tentram
dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Konflik antar kelompok etnis
bermunculan di berbagai daerah seperti Kalimantan Barat. Konflik tersebut
dilatarbelakangi oleh masalah-masalah sosial, ekonomi dan agama.

- Rakyat sulit membedakan apakah sang pejabat bertindak sebagai eksekutif


atau pimpinan partai politik karena adanya perangkapan jabatan yang
membuat pejabat bersangkutan tidak dapat berkonsentrasi penuh pada
jabatan publik yang diembannya.
Dampak Reformasi bagi Rakyat Indonesia
- Banyak kasus muncul ke permukaan yang berkaitan dengan pemberian
batas yang tegas pada teritorial masing-masing wilayah, seperti penerapan
otonomi pengelolaan wilayah pengairan.

- Pemerintah tidak lagi otoriter dan terjadi demokratisasi di bidang politik


(misalnya: munculnya parpol-parpol baru), ekonomi (misalnya: munculnya
badan-badan umum milik swasta, tidak lagi melulu milik negara), dan
sosial (misalnya: rakyat berhak memberikan tanggapan dan kritik terhadap
pemerintah).

- Peranan militer di dalam bidang politik pemerintahan terus dikurangi (sejak


2004, wakil militer di MPR/DPR dihapus).
Era Reformasi di Indonesia
Setelah Orde Baru bisa dilumpuhkan dengan kekuatan mahasiswa,
seakan hawa segar arus demokrasi di Indonesia mulai membuka lembaran
baru. Tuntutan terhadap reformasi pemerintahan ini tentu saja dari
ketidakpuasan rakyat dengan pemerintah sebelumnya. Seperti terpasungnya
kebebasan pers dan berpendapat, tidak berjalannya sistem DPR-MPR
secara baik, adanya dominasi kekuatan militer, praktek KKN yang
merajalela dalam tubuh pemerintah, dan yang paling mendesak ketika itu
adalah tuntutan pemulihan perekonomian negara saat terjadinya krisis
moneter.
Tuntutan itu akhirnya dapat terwujud dengan pengunduran diri
Presiden Soeharto dari kursi pemerintahan pada tanggal 21 Mei 1998, yang
kemudian digantikan oleh BJ. Habibie. Meskipun sempat terjadi penolakan
dari sebagian mahasiswa dengan dipilihnya BJ. Habibie sebagai presiden
yang menggantikan Soeharto dengan dalih BJ. Habibie juga bagian dari
rezim Orde Baru, tapi pelantikan presiden BJ Habibie tetap dilaksanakan.
Era Reformasi di Indonesia
Wajah baru Indonesia telah terwujud. Kebebasan pers, berpendapat
maupun berpolitik layaknya air terjun yang mengalir deras. Sistem
Demokrasi Terpimpin yang diterapkan pada Orde Lama dan Demokrasi
Pancasila pada Orde Baru sudah tergantikan dengan sistem Demokrasi baru
yang bercermin kepada Barat. Hal ini tentu saja ditanggapi baik dan
didukung sekali oleh elemen-elemen Barat. Karena sitem Demokrasi yang
baru itu sudah terpengaruh dengan budaya pola hidup serta pola pikir Barat.

Negara Indonesia yang bisa dikatakan berumur sangat dini di tahun


1998, memang sangat berani melakukan reformasi sistem pemerintahan.
Perjuangan reformasi ini ternyata tidak sia-sia begitu saja. Di mana
sekarang rakyat Indonesia bisa merasakan kebebasan-kebebasan yang
sekian lama terkekang. Mungkin itu adalah salah satu catatan indah dalam
sejarah pemerintahan Indonesia.
Kondisi Bangsa dan Rakyat di Era Reformasi
Lebih dari 10 tahun sudah reformasi berjalan. Tentu ada kemajuan
yang dicapai, namun juga pastinya ada kekurangan-kekurangan yang perlu
diperbaiki. Ada sisi positif dari reformasi, juga ada sisi negatifnya. Tapi
yang perlu menjadi bahan evaluasi adalah kekurangan-kekurangan tersebut,
meskipun tidak mengesampingkan sisi positifnya.

Beberapa fakta yang tidak disenangi oleh masyarakat pasca reformasi


tersebut adalah: harga sembako mahal, tingkat korupsi masih tinggi,
meningkatnya angka kriminalitas, ekonomi tidak stabil, kerusuhan
meningkat, banyaknya demonstrasi, BBM langka dan mahal, sistem politik
semrawut, kebebasan yang tidak bertanggungjawab, serta jumlah
pengangguran yang bertambah.
Kondisi Bangsa dan Rakyat di Era Reformasi
Masalah kemiskinan, meskipun program Pemerintah untuk
menangani masalah ini sudah cukup banyak yang terealisasikan seperti
BLT (Bantuan Langsung Tunai) dan BOS (Bantuan Oprasional Sekolah),
namun ternyata itu masih belum mampu menurunkan angka kemiskinan
yang signifikan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, hasil survei pada Maret


2009, jumlah orang miskin di Indonesia sebanyak 32,53 juta jiwa atau
14,15 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Hasil ini memang
menunjukan penduduk miskin berkurang 2,43 juta jiwa dibandingkan
dengan (hasil survei) Maret 2008 yang mencapai 34,96 juta jiwa atau 15,42
persen (dari total populasi). Namun tetap saja 14,15 persen itu bukanlah
angka yang kecil buat Negara seperti Indonesia.
Kondisi Bangsa dan Rakyat di Era Reformasi
Berkenaan dengan pendidikan, Indonesia masih menyimpan sekitar
15,04 jiwa yang buta huruf. Berdasarkan laporan di tahun 2005, Indonesia
menempati nomor urut 111 dari 177 negara. Di kawasan Asia Tenggara
saja kita masih jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan negara Malaysia
yang menempati posisi 59, Thailand di posisi 76, Philipina peringkat 83,
dan Vietnam yang menempati posisi 109.

Isu yang tak kalah penting lainnya adalah isu ekonomi. Ternyata
sejak jatuhnya perekonomian di era Orde Baru, kita masih belum dapat
bangkit meski sudah di era reformasi. Bahkan kondisi tersebut kian
terancam memburuk saat terjadinya krisis finansial Amerika Serikat yang
berimbas kepada krisis finansial global. Dampak dari itu semua, banyak
pengusah-pengusaha yang bangkrut. Dan banyak juga terjadi PHK besar-
besaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan.
Masa Pemerintahan B.J Habibie
Kebijakan-kebijakan pada masa Habibie:

- Membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan Dibentuk tanggal 22 Mei


1998, dengan jumlah menteri 16 orang yang merupakan perwakilan dari
Golkar, PPP, dan PDI.
- Mengadakan reformasi dalam bidang politik
Habibie berusaha menciptakan politik yang transparan, mengadakan pemilu
yang bebas, rahasia, jujur, adil, membebaskan tahanan politik, dan
mencabut larangan berdirinya Serikat Buruh Independen.
Kebebasan menyampaikan pendapat.
Kebebasan menyampaikan pendapat diberikan asal tetap berpedoman pada
aturan yang ada yaitu UU No.9 tahun 1998 tentang kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum.
Masa Pemerintahan B.J Habibie
- Refomasi dalam bidang hukum
Target reformasinya yaitu subtansi hukum, aparatur penegak hukum yang
bersih dan berwibawa, dan instansi peradilan yang independen. Pada masa
orde baru, hukum hanya berlaku pada rakyat kecil saja dan penguasa kebal
hukum sehingga sulit bagi masyarakat kecil untuk mendapatkan keadilan
bila berhubungan dengan penguasa.
- Mengatasi masalah dwifungsi ABRI
Jendral TNI Wiranto mengatakan bahwa ABRI akan mengadakan reposisi
secara bertahap sesuai dengan tuntutan masyarakat, secara bertahap akan
mundur dari area politik dan akan memusatkan perhatian pada pertahanan
negara. Anggota yang masih menduduki jabatan birokrasi diperintahkan
untuk memilih kembali kesatuan ABRI atau pensiun dari militer untuk
berkarier di sipil. Dari hal tersebut, keanggotaan ABRI dalam DPR/MPR
makin berkurang dan akhirnya ditiadakan.
Masa Pemerintahan B.J Habibie
- Mengadakan sidang istimewa
Sidang tanggal 10-13 November 1998 yang diadakan MPR berhasil
menetapkan 12 ketetapan.
- Mengadakan pemilu tahun 1999
Pelaksanaan pemilu dilakukan dengan asas LUBER (langsung, bebas,
rahasia) dan JURDIL (jujur dan adil).

Masalah yang ada yaitu ditolaknya pertanggung jawaban Presiden Habibie


yang disampaikan pada sidang umum MPR tahun1999 sehingga beliau
merasa bahwa kesempatan untuk mencalonkan diri sebagai presiden lagi
sangat kecil dan kemudian dirinya tidak mencalonkan diri pada pemilu
yang dilaksanakan.
Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid
Kebijakan-kebijakan pada masa Gus Dur:
- Meneruskan kehidupan yang demokratis seperti pemerintahan sebelumnya (
memberikan kebebasan berpendapat di kalangan masyarakat minoritas,
kebebasan beragama, memperbolehkan kembali penyelenggaraan budaya
tiong hua ).
- Merestrukturisasi lembaga pemerintahan seperti menghapus departemen
yang dianggapnya tidak efesien (menghilangkan departemen penerangan
dan sosial untuk mengurangi pengeluaran anggaran, membentuk Dewan
Keamanan Ekonomi Nasional).
- Ingin memanfaatkan jabatannya sebagai Panglima Tertinggi dalam militer
dengan mencopot Kapolri yang tidak sejalan dengan keinginan Gus Dur.
Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid
Masalah yang ada :
- Gus Dur tidak mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan TNI-
Polri.
- Masalah dana non-budgeter Bulog dan Bruneigate yang dipermasalahkan
oleh anggota DPR.
- Dekrit Gus Dur tanggal 22 Juli 2001 yang berisikan pembaharuan DPR dan
MPR serta pembubaran Golkar. Hal tersebut tidak mendapat dukungan dari
TNI, Polri dan partai politik serta masyarakat sehingga dekrit tersebut
malah mempercepat kejatuhannya. Dan sidang istimewa 23 Juli 2001
menuntutnya diturunkan dari jabatan.
Kebijakan-kebijakan pada masa Megawati:
Masa Pemerintahan Megawati Soekarno Putri
- Memilih dan Menetapkan
Ditempuh dengan meningkatkan kerukunan antar elemen bangsa dan menjaga persatuan dan
kesatuan. Upaya ini terganggu karena peristiwa Bom Bali yang mengakibatkan kepercayaan
dunia internasional berkurang.
- Membangun tatanan politik yang baru
Diwujudkan dengan dikeluarkannya UU tentang pemilu, susunan dan kedudukan MPR/DPR, dan
pemilihan presiden dan wapres.
- Menjaga keutuhan NKRI
Setiap usaha yang mengancam keutuhan NKRI ditindak tegas seperti kasus Aceh, Ambon, Papua,
Poso. Hal tersebut diberikan perhatian khusus karena peristiwa lepasnya Timor Timur dari RI.
- Melanjutkan amandemen UUD 1945
Dilakukan agar lebih sesuai dengan dinamika dan perkembangan zaman.
- Meluruskan otonomi daerah
Keluarnya UU tentang otonomi daerah menimbulkan penafsiran yang berbeda tentang
pelaksanaan otonomi daerah. Karena itu, pelurusan dilakukan dengan pembinaan terhadap
daerah-daerah.
Kebijakan-kebijakan
Masa Pemerintahanpada masa SBY:
Susilo Bambang Yudhoyono
- Anggaran pendidikan ditingkatkan menjadi 20% dari keseluruhan APBN.
- Konversi minyak tanah ke gas.
- Memberikan BLT (Bantuan Langsung Tunai).
- Pembayaran utang secara bertahap kepada badan PBB.
- Buy back saham BUMN
- Pelayanan UKM (Usaha Kecil Menengah) bagi rakyat kecil.
- Subsidi BBM.
- Memudahkan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
- Meningkatkan sektor pariwisata dengan mencanangkan "Visit Indonesia
2008".
- Pemberian bibit unggul pada petani.
- Pemberantasan korupsi melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
SIMULASI PERUBAHAN
PENERAPAN PANCASILA PADA
ZAMAN ORBA HINGGA ZAMAN
REFORMASI
PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI
Pengertian Ideologi
Cita - Cita

Pengetahuan
atau ilmu
Makna Ideologi
Bagi Negara

Makna ideologi bagi suatu negara


adalah ideologi negara sebagai tujuan
atau cita-cita suatu bangsa dan
menjadi basis bagi suatu teori atau
sistem kenegaraan untuk seluruh
rakyat. Dan bangsa yang bersangkutan
serta menjadi pandangan kedepan
bagi suatu negara.
Perbandingan Ideologi
Pancasila dengan Ideologi Lain

Ideologi
Aspek
Liberalisme Komunisme Sosialisme Pancasila
- Demokrasi liberal - Demokrasi rakyat -Demokrasi untuk - Demokrasi Pancasila
- Hukum untuk - Berkuasa mutlak satu kolektivitas - Hukum untuk
Politik melindungi individu parpol - Diutamakan kebersamaan menjunjung tinggi
Hukum - Dalam politik - Hukum untuk - Masyarakat sama dengan keadilan dan
mementingkan individu melanggengkan komunis negara keberadaan individu
dan masyarakat

- Peran negara kecil - Peran negara dominan - Peran negara ada untuk - Peran negara ada
- Swasta mendominasi - Demi kolektivitas pemerataan untuk tidak terjadi
Ekonomi - Kapitalisme berarti demi negara - Keadilan distributif yang monopoli, dan lain-
- Monopolisme - Monopoli negara diutamakan lain yang merugikan
- Persaingan bebas rakyat
Ideologi
Aspek
Liberalisme Komunisme Sosialisme Pancasila
- Agama urusan pribadi - Agama candu - Agama harus mendorong - Bebas memilih salah
- Bebas beragama masyarakat berkembangnya satu agama
- Bebas memilih agama - Agama harus dijauhkan kebersamaan - Agama harus
- Bebas tidak beragama dari masyarakat - Diutamakan kebersamaan menjiwai dalam
Agama
- Atheis - Masyarakat sama dengan kehidupan
negara bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara

- Individual lebih - Individu tidak penting - Masyarakat lebih penting - Individu diakui
penting dari pada -Masyarakat tidak dari pada individu keberadaannya
masyarakat penting - Hubungan individu
- Masyarakat diabdikan - Kolektivitas yang dan masyarakat
Pandangan
bagi individu dibentuk negara lebih dilandasi 3 S ( selaras,
terhadap
penting serasi, seimbang )
individu dan
- Masyarakat ada
masyarakat
karena ada individu –
individu akan punya
arti apabila hidup
ditengah masayarakt
Ideologi
Aspek
Liberalisme Komunisme Sosialisme Pancasila
- Penghargaan atas - Atheisme - Kebersamaan - Bebas memilih salah
HAM - Dogmatis - Akomodasi satu agama
- Demokrasi - Otoriter - Jalan tengah - Agama harus
- Negara hukum - Ingkar HAM menjiawi dalam
Ciri Khas
- Menolak dogmatis - Reaksi terhadap kehidupan
- Reaksi terhadap liberalisme dan bermasyarakat,
absolutisme kapitalisme berbangsa dan
bernegara
Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat


berinteraksi dengan perkembangan zaman dan adanya
dinamika secara internal.
Ciri ideologi terbuka adalah bahwa nilai-nilai dan
cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali
dan diambil dari kekayaan rohani, moral, dan budaya
masyarakatnya sendiri.
Syarat Sebagai Ideologi Terbuka

Pancasila memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka, sebab :


1.Memiliki nilai dasar yang bersumber pada masyarakat atau realita
bangsa Indonesia  seperti Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan dan Keadilan.  Atau nilai-nilainya  tidak dipaksakan dari luar
atau bukan pemberian negara.
2.Memiliki nilai instrumental untuk melaksanakan nilai dasar, seperti
UUD 45, UU, Peraturan-peraturan, Ketetapan MPR, DPR, dll      
3.Memiliki nilai praksis yang merupakan penjabaran nilai instrumental.
NilaiPraksis terkandung dalam kenyataan sehari-hari yaitu bagaimana
cara kita melaksanakan nilai Pancasila dalam hidup sehari-hari, seperti
toleransi, gotong-royong, musyawarah, dll.
Faktor Pendorong Keterbukaan
Ideologi Pancasila

Faktor yang mendorong pemikiran mengenai keterbukaan ideologi pancasila, adalah sebagai
berikut:
a.Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat yang
berkembang secara tepat.
b.Kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup dan beku cenderung
meredupkan perkembangan dirinya.
c.Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau
d.Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila yang bersifat abadi
dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan
nasional.
ANALISA KASUS KASUS
PRESENTASI TUGAS
KELOMPOK : AKTUALISASI
PANCASILA DALAM
KEHIDUPAN BERBANGSA DAN
BERNEGARA
Aktualisasi pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan
bernegara
1. Krisis ideology
2. Demokratisasi
3. Kesenjangan
4. Kerusakan & krisis moral
5. Supremasi hukum & HAM
6. Kesadaran bela negara
AKTUALISASI PANCASILA
1. SECARA OBJEKTIF
Pelaksanaan dlm bentuk realisasi dlm setiap aspek
penyelenggaraan negara, baik legislatif, eksekutif
maupun yudikatir dan semua bidang kenegaraan &
terutama reaksinya dlm bentuk peraturan perundang-
undangan negara Indonesia.

2. SECARA SUBJEKTIF
Pelaksanaan dlm pribadi perseorangan, setiap warga negara,
setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa dan
setiap orang Indonesia
SIFAT PELAKSANAAN
PANCASILA
1. BERSIFAT BATINIAN
Pelaksanaan Pancasila pd diri pribadi manusia yg dpt
membentuk kepribadian orang

2. BERSIFAT LAHIRIAH
Pelaksanaan Pancasila melalui jalan perundang-
undangan dan penyelenggaraan negara
INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA
Dilakukan dgn pendidikan baik di sekolah, keluarga
maupun di dlm masyarakat shg akan menghasilkan :

- pengetahuan ttg Pancasila


- kesadaran utk melaksanakan Pancasila
- ketaatan pada Pancasila
- kemampuan & kebiasaan melaksanakan
Pancasila
- mentalitas, watak dan hati nurani Pancasila
KRISIS IDEOLOGI PANCASILA
MENURUT MUNIM DZ WASEKJEN PBNU
HILANGNYA JATI DIRI MASYARAKAT
1. LEBIH SENANG VOTING DARI PADA
MUSYAWARAH ( SILA 4)
2. ANAK MUDA TELAH MELUPAKAN KESENIAN
TRADISIONAL
3. MAHASISWA LEBIH SENANG ANALISIS MODERAN
DI BANDING DENGAN KEARIFAN LOKAL
KRISIS IDEOLOGI PANCASILA
UNTUK MENGUATKAN
1. ASPEK PENDIDIKAN KEPANCASILAAN YANG
KRITIS YANG MENGUATKAN KONSTRUKSI
IDEOLOGI
2. ASPEK LEGITIMASI KONSTITUSI YANG
MEMBERIKAN KEBIJAKAN KEBIJAKAN FILOSOFIS
KENEGARAAN
3. ASPEK KESADARAN BERSAMA DALAM
PEMBANGUNAN NEGARA
Demokratisasi
1. DEMOKRASI PARLEMENTER (1955 – 1959
)
2. DEMOKRASI TERPIMPIN ( 1959 – 1965 )
3. DEMOKRASI PANCASILA ( ORDE BARU )
4. PERIODE TRANSISI DAN KONSOLIDASI
DEMOKRASI ( 1998 SAMPAI SEKARANG )
DEMOKRATISASI
INTI DARI DEMOKRASI ADALAH MEWUJUDKAN
KEDAULATAN, KESETARAAN, KEADILAN DAN
KESEJAHTERAAN RAKYAT….

DIKALA INI BELUM TERWUJUD MAKA PERLU


DIKEMBANGKAN MODEL KELEMBAGAAN
DEMOKRASI BERBASIS KONDISI LOKAL MASING
MASING
Kesenjangan
1. KESENJANGAN EKONOMI DIMANA
KONGLOMERAT MENGUASAI EKOMONI
MASYARAKAT SUSAH
2. KESENJANGAN BERPIKIR ANTARA KAUM
INTELEKTUAL YANG JAUH DARI KESULITAN
MASYARAKAT
KESENJANGAN
PILAR BANGSA YANG HARUS WUJUDKAN
1. PANCASILA
2. BHINEKA TUNGGAL IKA
3. NKRI
4. UUD 1945
Kerusakan & krisis moral
MORAL BERSIFAT NATURALISTIK, MORALITAS
DIPANDANG SEBAGAI BAGIAN DARI DUNIA ALAMI DAN
UMAT MANUSIA BERPANDANGAN DENGAN MORAL
AKAN DICAPAI HIDUP YANG BAIK DI DUNIA MAUPUN
DI AKHIRAT

MORAL BERSIFAT RASIONALISTIK BAHWA AKAL BUDI


MERUPAKAN SATU SATUNYA SUMBER PENGETAHUAN
YANG BENAR

MORAL BERSIFAT OBJEKTIFITAS DGN MEYAKINI


ADANYA WUJUD KEBENARAN YANG OBJEKTIF
KERUSAKAN DAN KRISIS
MORAL
1. BIDANG EKONOMI KESALAHAN DALAM
MENGELOLA SUMBER ALAM AKAN
ENGAKIBATKAN KEMISKINAN
2. BIDANG POLITIK BERAKHIBAT PADA PENYALAH
GUNAAN KEKUASAAN
3. BIDANG HUKUM DAPAT DILIHAT DARI
PENEGAK HUKUM YANG TIDAK BERES DAN
ORANG JUJUR DI KECAM
KERUSAKAN DAN KRISIS
MORAL
MENGATASI DENGAN PENDIDIKAN MORAL

PENDIDIKAN MORAL SUATU PROSES PANJANG


DALAM RANGKA MENGANTARKAN MANUSIA
UNTUK MENJADI SEORANG YANG MEMILIKI
KEKUATAN INTELEKTUAL DAN SPRIRITUAL
SEHINGGA DAPAT MENINGKATKAN KUALITAS
HIDUPNYA DI SEGALA ASPEK DAN MENJALANI
KEHIDUPANNYA YANG BERCITA CITA DAN
BERTUJUAN PASTI
MENGATASI KERUSAKAN DAN
KRISIS MORAL
KERUSAKAN DAN KRISIS
MORAL
SOLUSI AKHIR SEBUAH KERUSAKAN MORAL DAN
KRISISNYA ADALAH

KETAULADANAN
COME BE EXAMPLE DON’T GIVE THE EXAMPLE
SUPERMASI HUKUM DAN HAM
SUPERMASI HUKUM BERMAKNA HUKUM MEMILIKI
KEKUASAAN TERTINGGI DALAM SUATU NEGARA

SUPERMASI HUKUM BUKAN HANYA SEKEDAR


TERSEDIANYA PERATURAN TAPI JUGA PERLUNYA
KEMAMPUAN UNTUK MENEGAKKAN KAIDAH /
PERATURAN / HUKUM
SUPERMASI HUKUM DAN HAM
PANCASILA SEBAGAI LANDASAN RIIL DALAM
PENEGAKAN HUKUM DIJALANKAN MENURUT CITA
CITA DAN NILAI YANG TERKANDUNG DALAM
PANCASILA, PRINSIP PRINSIP YANG MEMADUKAN
KEHIDUPAN BANGSA BAIK DALAM URUSAN
KEBANGSAAN, KENEGARAAN, KEMASYARAKATAN
SERTA BIDANG KEMANUSIAAN
SUPERMASI HUKUM DAN HAM
UNSUR SUPERMASI HUKUM
1. GOVERMENT IS UNDER THE LAW
2. KEBERADAAN KEKUASAAN KEHAKIMAN YANG
MERDEKA
3. ACCESS TO JUSTICE BAGI MEREKA YANG
MENJADI KORBAN PELANGGARAN HUKUM
4. HUKUM HARUS DITEGAKKAN SECARA NON
DISKRIMINATIF, ADIL DAN PASTI
Supermasi hukum & HAM
DASAR HUKUM HAM
1. TAP MPR NO XVII / 1998
2. UUD 1945 HASIL AMADEMEN
3. UU NO 39 TAHUN 1999 TTG HAK HAK ASASI
MANUSIA
4. UU NO 26 TAHUN 2000 TTG PERADILAN HAM
Kesadaran bela negara
HAKIKATNYA MERUPAKAN KESEDIAAN BERBAKTI
PADA NEGARA DAN BERKORBAN DEMI MEMBELA
NEGARA

BELA NEGARA DI SAMPING SEBAGAI KEWAJIBAN


JUGA MERUPAKAN KEHORMATAN BAGI WARGA
NEGARA UNTUK MELAKSANAKAN DGN PENUH
KESADARAN, TANGGUNG JAWAB DAN RELA
BERKORBAN DALAM PENGABDIAN KEPADA
BANGSA DAN NEGARA
KESADARAN BELA NEGARA
KEGIATAN BELA NEGARA BUKANNYA WAKTU
PERANG ATAU ANGKAT SENJATA TP DALAM
MENJAGA KEAMANAN, MEMBANTU KORBAN
BENCANA, MENJAGA KEBERSIHAN, MENCEGAH
BAHAYA NARKOBA, MENCEGAH PERKELAHIAN
MASSA, CINTA PRODUK DALAM NEGERI,
MELESTARIKAN BUDAYA, BELAJAR TEKUN
KESADARAN BELA NEGARA
Mengembangkan penyiapan dini memang perlu dilakukan
sejak usia sekolah, sehingga diharapkan para calon
pemimpin dan calon intelektual bangsa nantinya mampu
menganalisa dan mengambil keputusan yang
mengedepankan kepentingan bangsa dan negara. 

Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnyalah ikut


serta dalam bela negara, hal tersebut adalah sebagai bentuk
kecintaan kita kepada negara dan bangsa. Pertahanan
semesta tidak akan dapat dimobilisasi jika warga negara
yang menjadi sentral bergeraknya sistem tidak memiliki sifat
dan perilaku yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
KESADARAN BELA NEGARA
Seluruh warga negara dalam berbagai aspek kehidupan
bermasyarakat telah memiliki kesatuan paham tentang
arti pentingnya hak dan kewajiban dalam bela negara,
maka dengan kesadarannya tersebut dapat
diimplementasikan dalam bidang dan profesinya dan
siap untuk ditransformasikan ke dalam komponen
pertahanan negara sebagai unsur kekuatan bangsa
dalam menghadapi segala bentuk ancaman.
PENGANTAR : PENDIDIKAN
KEWIRAAN
Pengantar pendidikan kewiraan

1. Pengertian kewiraan
2. Ruang lingkup pendidikan kewiraan
3. Berpikir komprehensif &integral
4. Ancaman terhadap bangsa & negara
MASALAH INDONESIA
Untuk Indonesia, saat ini negara dan bangsa
dihadapkan pada tiga permasalahan pokok, yaitu
pertama, tantangan dan pusaran arus global­isasi;
kedua, masalah internal, seperti KKN, “destabil­isasi”,
separatisme, teror dan sebagainya,
ketiga, bagaimana menjaga agar “roh” reformasi tetap
berjalan pada relnya.
LANGKAH STRATEGIS
pertama, reformasi sistem yang menyangkut
perumusan kembali falsafah, kerangka dasar dan
perangkat legal sistem politik;
kedua, reformasi kelembagaan yang menyangkut
pengembangan dan pemberdayaan lembaga-lembaga
politik,
ketiga, pengembangan kultur atau budaya politik yang
lebih demokratis dan tertanamnya komitmen untuk
lebih baik
KEWIRAAN AMERIKA SERIKAT
1. Bagaimana menjadi warga yang produktif dan sadar
akan haknya sebagai warga Amerika dan warga
dunia;
2. Nilai-nilai dan prinsip demokrasi konstitusional;
3. Kemampuan mengambil keputusan selaku warga
masyarakat demokratis dan multikultural di tengah
dunia yang saling tergantung.
KEWIRAAN AUSTRALIA
1. Prinsip, proses dan nilai demo­krasi;
2. Proses pemerintahan;
3. Keahlian dan nilai partisipasi aktif di masyarakat.
KEWIRAAN DI ASIA
Jepang misalnya, materi pendidikan kewarganegaraan
ditekankan pada Japanese history, ethics dan philosophy.

Di Filipina materi difokuskan pada : Philipino, family


planning, taxation and landreform, Philiphine New
Constitution dan study of humanity (Kaelan, 2003:2).

Hongkong menekankan pada nilai-nilai Cina, keluarga,


harmoni sosial, tanggung jawab moral, mesin politik
Cina dan lain-lain.
KEWIRAAN DI ASIA
Taiwan menitikberatkan pada pengetahuan kewarga­
negaraan (disusun berdasar­kan psikologi, ilmu sosial,
ekonomi, sosiologi, hukum dan budaya); perilaku moral
(kohesi sosial, identitas nasional dan demokrasi); dan
menghargai budaya lain.
KEWIRAAN DI Thailand
1. Menyiapkan pemuda menjadi warga bangsa dan
warga dunia yang baik;
2. Menghormati orang lain dan ajaran Budha;
3. Menanamkan nilai-nilai demokrasi dengan raja
sebagai kepala negara. Beberapa negara yang lain
juga mengembangkan studi sejenis, yang dikenal
dengan nama Civic Education.
INTI KEWIRAAN
Pendidikan kewarganegaraan di negara-negara Asia
lebih menekankan pada aspek moral (karakter
individu), kepentingan komunal, identitas nasional dan
perspektif inter­nasional, sedangkan Amerika dan
Australia lebih difokuskan pada pentingnya hak dan
tanggungjawab individu, sistim dan proses demokrasi,
HAM dan ekonomi pasar (Sobirin, 2003:11-12).
PENDIDIKAN KEWIRAAN
PENGERTIAN
Kewiraan
 Wira = pahlawan
 Scr harafiah kewiraan diartikan kesadaran,
kecintaan, kesetiaan dan keberanian membela bangsa
& tanah air Indonesia

Pendidikan Kewiraan
 usaha sadar utk menyiapkan peserta didik dlm
mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian
utk berkorban membela bangsa & tanah air Indonesia
Pengantar Pendidikan
kewiraan/kewarganegaraan
Mengerti, memahami, mendalami dan menghayati
Pendidikan Kewarganegaraan serta Pendidikan
Pendahuluan Belanegara.
PENGERTIAN
1. Pendidikan Kewiraan/kewarganegaraan adalah suatu
pola pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan
para mahasiswa melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran/atau latihan bagi perannya dimasa yang akan
datang
2. Pendidikan Kewiraan/kewarganegaraan lebih
menitikberatkan kepada kemampuan penalaran ilmiah
yang bersifat konigtif dan afektif tentang bela negara 
dalam rangka ketahanan nasional.
3. Pendidikan Kewiraan/kewarganegaraan dilakukan
secara kritis, analitis melalui dialog interaktif dan
bersifat partisipatoris agar tumbuh kesadaran berbangsa
dan bernegara secara rasional dan untuk meyakini
kebenaran serta ketepatan konsepsi bela negara dalam
aplikasi pandangan hidup bangsa.
LANDASAN
1. Pancasila
HUKUM
2. UUD 1945
a. Pembukaan Alinea Kedua dan Keempat yang
memuat cita-cita dan aspirasi bangsa Indonesia
tentang kemerdekaan.
b. Pasal 27 (1) tentang Kesamaan Kedudukan dalam
Hukum
c. Pasal 30 (1) tentang Bela Negara
d. Pasal 31 (1) tentang Hak Mendapat Pengajaran
3. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-
garis Besar Haluan Negara
LANDASAN HUKUM
4. Undang-Undang No. 20/Tahun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan
Keamanan Negara Republik Indonesia (Jo. No. 1
Tahun 1988)
5. Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistim
Pendidikan Nasional.
6. Keputusan DIRJEN Pendidikan Tinggi No.
267/DIKTI/KEP/2000 tentang Penyempurnaan
Kurikulum Inti Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MKPK) Pendidikan Kewarga­negaraan
pada Perguruan Tinggi di Indonesia.
LANDASAN HUKUM
7. Keputusan Dirjen Dikti No. 38/Dikti/2002 tentang
Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi
8. Keputusan Dirjen Dikti No. 43/Dikti/2006 tentang
Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi
MAKSUD
1. Upaya untuk memberikan pengertian kepada
mahasiswa tentang pengetahuan dan kemampuan
dasar berkenaan dengan hubungan antara
warganegara dengan negara serta pendidikan
pendahuluan bela negara sebagai bekal agar
menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh
bangsa dan negara.
2. Meningkatkan wawasan berfikir mahasiswa sebagai
warganegara Indonesia, yang sadar akan dirinya
yang mengemban misi pejuang pemikir-pemikir
pejuang, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
dan keamanan nasional.
MAKSUD
3. Usaha menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara demi terwujudnya aspirasi perjuangan
nasional dengan tujuan untuk memupuk kesadaran
Bela Negara.
TUJUAN
1. Dapat memahami dan mampu melaksanakan hak
dan kewajiban secara santun [modesty], jujur
[honesty] dan demokratis serta ikhlas [sincerely]
sebagai warganegara terdidik dalah kehidupannya
selaku warganegara Republik Indonesia yang
bertanggung jawab.
2. Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang
beragam masalah dasar kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang hendak diatasi
dengan penerapan pemikiran yang berlandaskan
Pancasila, Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional secara kritis dan bertanggung jawab.
TUJUAN
3. Memupuk sikap dan perilaku cinta tanah air, rela
berkorban bagi nusa dan bangsa.
KOMPETENSI
Seperangkat tindakan cerdas[smart], penuh
tanggungjawab seorang  dari seorang warga negara 
dalam berhubungan dengan negara, dan memecahkan 
berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara dengan, menerapkan konsepsi Falsafah
bangsa, wawasan Nusantara, dan Ketahanan nasional.
KOMPETENSI
Sifat cerdas yang dimaksud tampak pada kemahiran,
ketepatan dan keberhasilan bertindak, sedangkan sifat
tanggung jawab diperlihatkan sebagai kebenaran
tindakan ditilik dari nilai ilmu pengetahuan dan
teknologi, etika ataupun kepatutan ajaran agama daan
budaya.
KOMPETENSI
1. Agar mahasiswa mampu menjadi warganegara yang
memiliki pilihan pandangan dan komitmen terhadap
nilai-nilai demokrasi dan HAM.
2. Agar mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya men­
cegah dan menghentikan berbagai tindak kekerasan
dengan cara cerdas dan damai.
3. Agar mahasiswa memiliki kepedulian dan mampu ber­
partisipasi dalam upaya menyelesaikan konflik di
masyarakat dengan dilandasi nilai-nilai moral, agama
dan nilai universal.
4. Agar mahasiswa mampu berpikir kritis dan obyektif
terhadap persoalan kenegaraan, HAM dan demokrasi.
5. Agar mahasiswa mampu memberikan kontribusi dan
solusi terhadap berbagai persoalan kebijakan publik.
6. Agar mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar
secara bijak (berkeadaban)
RUANG LINGKUP
1. Wawasan Nusantara
2. Ketahanan Nasional
3. Politik & Strategi Nasional
4. Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta
Wawasan Nusantara
Mengkaji cara pandang Bangsa Indonesia tentang diri
dan lingkungannya dalam rangka menentukan sikap
Bangsa Indonesia demi kelangsungan hidup, keutuhan
Bangsa dan Wilayahnya serta jati diri Bangsa, yang
disebut Wawasan Nusantara dengan tujuan memahami,
menghayati dan mampu menjelaskan pentingnya
wawasan nasional bangsa Indonesia dalam mencapai
cita-citanya.
Ketahanan Nasional
Mengkaji konsepsi Bangsa Indonesia tentang upaya
meningkatkan ketahanan bangsa yang meliputi seluruh
aspek kehidupan bangsa (ideology, politik, ekonomi,
sosial, budaya, hamkam negara) dalam menghadapi
ancaman, tantangan, hambatran dan gangguan demi
kelangsungan hidup Bangsa dan Negara, yang disebut
Ketahanan Nasional dengan tujuan agar dapat
memahami, menghayati, mampu menjelaskan arti
pentingnya Ketahanan Nasional, mampu
menaplikasikan serta mengembangkannya dalam
mencapai tujuan Nasional.
Politik Strategi Nasional
Mengkaji masalah Kebijakan MPR dan Rencana
Pelaksanaannya oleh Pemerintah dalam pengelolaan
Negara, yang disebut Politik dan Strategi Nasional
dengan tujuan agar dapat memahami dan menghayati
Polstranas, mengetahui proses penyusunan Polstranas
dan memahami pelaksanannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sistem Pertahanan Keamanan
Rakyat Semesta
Daya mampu seluruh rakyat yg disusun secara terpadu
& terpimpin dlm bentuk perlawanan bersenjata
maupun perlawanan lainnya
SIKAP MENTAL
1. Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
3. Bersikap professional yang dijiwai oleh kesadaran
bela negara.
4. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi
dan seni untuk kepentingan kemanusiaan bangsa
dan negara.
KOMPREHENSIF INTEGRAL
Berpikir komprehensif integral di kalangan mahasiswa
dalam rangka ketahanan Nasional dengan didasari :
1.Kecintaan kepada tanah air.
2.Kesadaran berbangsa dan bernegara.
3.Memupuk rasa persatuan dan kesatuan.
4.Keyakinan akan ketangguhan pancasila.
5.Rela berkorb an demi bangsa dan negara.
6.Kemampuan awal bela negara.
BELA NEGARA
Berdasarkan pasal 27 ayat 3 dalam perubahan ke 2 uud 1945,
bahwa usaha bela Negara merupakan hak-hak dan
kewajiban setiap warga. Hal ini menujukan adanya asas
demokrasi dalam pembelaan Negara yang mencakup 2 arti :
1.Bahwa setiap warga turut serta dalam menetukan
kebijakan dan pembelaan Negara melalui lembagalembaga
perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-
undangan yang berlaku.

2. Bahwa setiap Warga harus turut serta dalam setiap usaha


pembelaan Negara sesuai dengan kemampuan dan
profesinya masing-masing.
Motivasi untuk ikut serta
pembelaan bangsa
1. Pengalaman sejarah perjuangan RI
2. Kedudukan Negara Indonesia yang trategis
3. Keadaan penduduk yang bgtu besar
4. Kekayaan SDA
5. Perkembagan dan kemajuan IPTEK di bidang
persenjataan
6. Kemungkinan timbulnya bencana perang
Bentuk-bentuk Nasionalisme
1. Nasionalisme humanitarian: Suatu bentuk nasionalisme
yang toleran, didasarkan atas paham bahwa setiap
bangsa memberikan sumbangan bagi kemanusiaan
justru karena sifat-sifat karakteristiknya.
2. Nasionalisme Jacobin : Suatu nasionalisme yang
demokratis dalam semangatnya, tetapi doktriner dan
fanatik terhadap bangsa lain
3. Nasionalisme  tradisional : Nasionalisme yang
menekankan keunikan setiap bangsa dan perlunya
mempertahankan tradisi dan sejarahnya yang khusus
BENTUK BENTUK NASIONALIS
3. Nasionalisme liberal : Nasionalisme yang didasarkan
atas gagasan pemerintah demokratis, sedang
didunia diatur menurut asas hak setiap bangsa
untuk menentukan nasibnya  sendiri
4. Nasionalisme integralistik : Nasionalisme yang
menekankan pentingnya bangsa diatas individu dan
memperkuat negara sendiri dengan mengorbankan
negara lain.
DEMOKRASI
DAN
HAK ASASI MANUASIA
PENGERTIAN
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos
yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti
pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri
dalam bidang ilmu politik. Hal ini disebabkan karena
demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator
perkembangan politik suatu negara.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica
yang membagi ketiga kekuasaan politik negara
(eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan
dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas
(independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar
satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga
jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga
negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol
berdasarkan prinsip checks and balances.
Demokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu demokrasi
berdasarkan Pancasila. secara eksplisit ada 2 prinsip alam
penjelasan mengenai Sistem Pemerintahan Negara, yaitu:

1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum


(Rechstaat)
Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechstaat),
tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machstaat).
2. Sistem Konstitusionil
Pemerintahan berdasarkan atas Sistem Konstitusi (Hukum
Dasar), tidak bersifat Absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas).
Berdasarkan 2 istilah Rechstaat dan sistem konstitusi,
maka jelaslah bahwa demokrasi yang menjadi dasar dari
Undang-Undang Dasar 1945, ialah demokrasi
konstitusionil. Di samping itu corak khas demokrasi
Indonesia, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilana,
dimuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar.
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang
berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong yang
ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang
mengandung unsur-unsur berkesadaran religius,
berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti
luhur, berkepribadian Indonesia dan
berkesinambungan.

Pengertian lain dari Demokrasi Pancasila adalah sistem


pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat sendiri
atau dengan persetujuan rakyat
Ciri-ciri dari Demokrasi
Pancasila
1. Kedaulatan ada di tangan rakyat.
2. Selalu berdasarkan kekeluargaan dan gotong-
royong.
3. Cara pengambilan keputusan melalui
musyawarah untuk mencapai mufakat.
4. Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan
partai oposisi.
5. Diakui adanya keselarasan antara hak dan
kewajiban.
6. Menghargai hak asasi manusia.
7. Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan
pemerintah dinyatakan dan disalurkan melalui wakil-
wakil rakyat. Tidak menghendaki adanya demonstrasi
dan pemogokan karena merugikan semua pihak.
8. Tidak menganut sistem monopartai.
9. Pemilu dilaksanakan secara luber.
10. Mengandung sistem mengambang.
11. Tidak kenal adanya diktator mayoritas dan tirani
minoritas.
12. Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan
umum.
Sistem pemerintahan Demokrasi
Pancasila
1. Indonesia adalah negara berdasar hukum.
2. Indonesia menganut sistem konstitusional.
3. MPR sebagai pemegang kekuasaan negara tertinggi.
4. Presiden adalah penyelenggaraan pemerintah
tertinggi di bawah MPR.
5. Pengawasan DPR.
6. Menteri negara adalah pembantu presiden, dan
tidak bertanggung jawab terhadap DPR.
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak terbatas.
fungsi dari Demokrasi Pancasila
Menjamin adanya keikutsertaan rakyat dalam
kehidupan bernegara. Menjamin tetap tegaknya negara
RI. Menjamin tetap tegaknya negara kesatuan RI yang
mempergunakan sistem konstitusional. Menjamin tetap
tegaknya hukum yang bersumber pada Pancasila,
Menjamin adanya hubungan yang selaras, serasi dan
seimbang antara lembaga negara. Dan menjamin
adanya pemerintahan yang bertanggung jawab.
Di dalam Keluarga
Penerapan Budaya demokrasi di dalam keluarga dapat
diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut:
1) Kesediaan untuk menerima kehadiran sanak saudara.
2) Menghargai pendapat anggota keluarga lainya.
3) Senantiasa musyawarah untuk pembagian kerja.
4) Terbuka terhadap suatu masalah yang dihadapi
bersama.
Di dalam Masyarakat
Penerapan Budaya demokrasi di dalam masyarakat dapat
diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut:
1) Bersedia mengakui kesalahan yang telah dibuatnya.
2) Kesediaan hidup bersama dengan warga masyarakat
tanpa diskriminasi.
3)  Menghormati pendapat orang lain yang berbeda
dengannya.
4)  Menyelesaikan masalah dengan mengutamakan
kompromi.
5) Tidak terasa benar atau menang sendiri dalam berbicara
dengan warga lain.
Di dalam Sekolah
Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan sekolah dapat
diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut:
1) Bersedia bergaul dengan teman sekolah tanpa membeda-
bedakan.
2) Menerima teman-teman yang berbeda latar belakang
budaya, ras dan agama.
3) Menghargai pendapat teman meskipun pendapat itu
berbeda dengan kita.
4) Mengutamakan musyawarah, membuat kesepakatan
untuk menyelesaikan masalah.
5) Sikap anti kekerasan.
Di dalam Bernegara
Penerapan Budaya demokrasi didalam berkehidupan
bernegara dapat diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut:
1) Bersedia menerima kesalahan atau kekalahan secara dewasa
dan ikhlas.
2) Kesediaan para pemimpin untuk senantiasa mendengar &
menghargai pendapat warganya.
3) Memiliki kejujuran dan integritas.
4) Memiliki rasa malu dan bertanggung jawab kepada publik.
5) Menghargai hak-hak kaum minoritas.
6) Menghargai perbedaan yang ada pada rakyat.
7) Mengutamakan musyawarah untuk kesepakatan bersama
untuk menyelesaikan masalah kenegaraan.
DEMOKRASI YANG PERNAH ADA DI
INDONESIA
1. Demokrasi Kerakyatan Pada Masa Revolusi
2. Demokratisasi Dalam Demokrasi Parlementer
3. Demokratisasi Dalam Demokrasi Terpimpin
4. Demokratisasi Dalam Demokrasi Pancasila
5. Rekonstruksi Demokrasi Dalam Orde Reformasi
Demokrasi Kerakyatan Pada Masa Revolusi

Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan


merupakan kisah sentral sejarah indonesia. Semua usaha
untuk mencari identitas (jati) diri, semangat persatuan
guna menghadapi kekuasaamn kolonial, dan untuk
membangun sebuah tatanan sosial yang adil akhirnya
membuahkan hasil dengan diproklamasikannya

Pada masa revolusi 1945 – 1950 banyak kendala yang


dihadapi bangsa indonesia, misalnya perbedaan-perbedaan
antara kekuatan-kekuatan perjuangan bersenjata dengan
kekuatan diplomasi, antara mereka yang mendukung
revolusi sosial dan mereka yang menentangnya dan antara
kekuatan islam dalam kekutan sekuler.
Demokratisasi Dalam Demokrasi
Parlementer
Demokrasi berdasarkan sistem parlementer di hadapi
pemerintah indonesia pada kurun waktu 1950-1959
Demokratisasi Dalam Demokrasi
Terpimpin
TERJADI PADA TAHUN 1959 S/D 1965

Melalui demokrasi terpimpin Soekarno berusaha menjaga


keseimbangn politik yang mherupakan kompromi
antara kepentingan-kepentingan yang tidak dapat
dirujukan kembali dan memuaskan semua pihak.

Meskipun Soekarno memiliki pandangan tentang masa


depan bangsanya, tetapi ia tidak mampu merumuskan
sehingga bisa diterima oleh pimpinan nasional lainnya.
Janji dari demokrasi terpimpin pada akhirnya tidak
dapat terealisasi.
Demokratisasi Dalam Demokrasi Pancasila
TERJADI DARI TAHUN 1966 – 1998

Pada awal pemerintahan orde hampir seluruh kekuatan


demokrasi mendukungnya karena Orde Baru diharapkan
melenyapkan rezim lama. Soeharto kemudian melakukan
eksperimen dengan menerapkan demokrasi Pancasila.

Inti demokrasi pancasila adalah menegakkan kembali azas


negara hukum dirasakan oleh segenap warga negara, hak
azasi manusia baik dalam aspek kolektif maupun aspek
perseorangan dijamin dan penyalahgunaan kekuasaan
dapat dihindarkan secara institusional. Dalam rangka
mencapai hal tersebut, lembaga-lembaga dan tata kerja
orde baru dilepaskan dari ikatan-ikatan pribadi
Rekonstruksi Demokrasi Dalam
Orde Reformasi
DARI TAHUN 1998 SD SEKARANG

PREDIDEN
1. BJ HABIBIE
2. ABDURRAHMAN WAHID
3. MEGAWATI SOEKARNO PUTRI
4. SUSILO BAMBANG Yudhoyono
5. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
ANALISA KASUS : KEBERADAAN
PT FREEPORT DI INDONESIA
HAK ASASI MANUSIA
Hak-hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta (hak-hak
yang bersifat kodrati).

Pada hakikatnya “Hak Asasi Manusia” terdiri atas dua


hak dasar yang paling fundamental, ialah hak
persamaan dan hak kebebasan
SEJARAH HAK ASASI MANUSIA
INTERNASIONAL
Pakar Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM dimulai
dengan lahirnya Magna Charta pada tahun 1215 di
Inggris.

Magna Charta antara lain mencanangkan bahwa raja


yang tadinya memiliki kekuasaan absolut (raja yang
menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat pada
hukum), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai
dapat dimintai pertanggungjawaban di muka umum.
Lahirnya Magna Charta ini kemudian diikuti oleh
perkembangan yang lebih konkret, dengan lahirnya
“Bill of Rights” di Inggris pada tahun 1689.

Pada masa itu mulai timbul adagium yang intinya


adalah bahwa manusia sama di muka hukum (equality
before the law). Adagium ini memperkuat dorongan
timbulnya negara hukum dan demokrasi. Bill of rights
melahirkan asas persamaan
AMERIKA
Perkembangan HAM ditandai dengan munculnya The
American Declaration of Independence yang lahir dari
paham Roesseau dan Montesqueu.

Jadi, walaupun di Perancis sendiri belum dirinci apa


HAM itu, tetapi di Amerika Serikat lebih dahulu
mencanangkan secara lebih rinci. Mulailah dipertegas
bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam oerut
ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir, ia
harus dibelenggu.
PRANCIS
Pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration,
dimana hak-hak yang lebih rinci lagi melahirkan dasar
The Rule of Law.

Antara lain dinyatakah tidak boleh ada penangkapan


dan penahanan yang semena-mena, termasuk
ditangkap tanpa alasan yang sah dan ditahan tanpa
surat perintah yang dikeluarkan oleh pejabat yang sah.
Dinyatakan pula presumption of innocence, artinya
orang-orany yang ditangkap kemudian ditahan dan
dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah sampai ada
keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
yang menyatakan ia bersalah.

Dipertegas juga dengan freedom of expression (bebas


mengelaurkan pendapat),

freedom of religion (bebas menganut keyakinan/agama


yang dikehendaki),

The right of property (perlindungan terhadap hak


milik) dan hak-hak dasar lainnya.
Deklarasi HAM yang dicetuskan di Perserikatan
Bangsa-Bangsa pada tanggal 10 Desember 1948, tidak
berlebihan jika dikatakan sebagai puncak peradaban
umat manusia setelah dunia mengalami malapetaka
akibat kekejaman dan keaiban yang dilakukan negara-
negara Fasis dan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
HAM DI INDONESIA
Dalam Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Undang-Undang
Dasar 1945 terdapat dua pasal yang saling berkaitan erat,
yaitu Pasal 28I dan Pasal 28J.

Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud


dengan pelanggaran hak asasi manusia setiap perbuatan
seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara,
baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan
atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyeselesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.
JENIS PELANGGARAN HAM
a. Kasus pelanggaran HAM
yang bersifat berat, b. Kasus pelanggaran
meliputi :
·   Pembunuhan masal
HAM yang biasa,
(genisida) meliputi :
·   Pembunuhan sewenang ·    Pemukulan
wenang atau di luar putusan
pengadilan ·    Penganiayaan
·   Penyiksaan ·    Pencemaran nama baik
·   Penghilangan orang secara
paksa ·    Menghalangi orang
·   Perbudakan atau untuk mengekspresikan
diskriminasi yang dilakukan pendapatnya
secara sistematis
·    Menghilangkan nyawa
orang lain
Lembaga-Lembaga Perlindungan HAM di
Indonesia
Di Indonesia Pelaksanaan upaya pelindungan HAM dilakukan oleh lembaga
milik pemerintah dan lembaga milik swasta lain yang berwenang, antara lain :

1. Kepolisian
Tugas kepolisian adalah melakukan pengamanan dan penyelidikan terhadap
setiap berkas perkara pelanggaran HAM yang masuk.
2. Kejaksaan
Tugas utama jaksa adalah melakukan penuntutan suatu perkara pelanggara
HAM yang telah dilaporkan. Kejaksaan diatur dalam UUD No. 16 Tahun 2004.
3. Komnas HAM
Tujuan Komnas HAM adala memberikan perlindungan sekaligus penegakan hak
asasi manusia di Indonesia.
4. Pengadilan HAM di Indonesia
Pengadilan HAM khusus diprntukan dalam menangani
pelanggaran hak asasi manusia yang berat yaitu kejaksaan
genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Proses
pemeriksaan perkara dalam Pengadilan HAM tidak jauh
berbeda dengan prosedur-prosedur pemeriksaan di
Pengadilan sipil.

5. Lembaga Bantuan HukumLBH bersifat membela


kepentingan masyarakat tanpa memandang latar belakang
suku, keturunan, warna kulit, ideologi, keyakinan politik,
harta kekayaan, agama dan kelompok.

6. YLBHI ( Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia)


YLBHI sebagai upaya pnegakan dan perlindungan HAM
pada masyarakat menengah kebawah.
7. Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum Perguruan
Tinggi

Menangani masalah-masalah pengabdian kepada


masyarakat, seperti perselisihan warisan, uang ganti
pembebasan tanah.

8. Komnas Anak
Tugas utama menyelenggarakan perlindungan trhadap
hak-hak anak.
ANALISA PERMASALAHAN
KEBUDAYAAN DI INDONESIA
ANALISA MASALAH TOLERANSI
BERAGAMA DI INDONESIA
KUIS

Anda mungkin juga menyukai