Anda di halaman 1dari 80

HUKUM PERBANKAN

DAN
LEMBAGA KEUANGAN

Oleh: ARIEF SURYONO.


LEMBAGA KEUANGAN
• Adalah lembaga yang menghubungkan antarpelaku
ekonomi sektor rumah tangga dan perusahaan dalam
melakukan interaksi ekonomi.
• Sektor rumah tangga melakukan hubungan dengan
lembaga keuangan karena kebutuhan sektor rumah
tangga untuk mengalokasikan sebagian pendapatan
untuk ditabung di lembaga keuangan.
• Sektor perusahaan melakukan hubungan dengan
lembaga keuangan karena sektor perusahaan
membutuhkan dana dari lembaga keuangan untuk
membiayai kegiatan investasi perusahaan.
FUNGSI LEMBAGA KEUANGAN
1. Melancarkan pertukaran produk (barang dan jasa)
dengan menggunakan uang dan instumen kredit.
2. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
tabungan dan menyalurkan kepada sektor perusahaan
dlam bentuk pinjaman, atau lembaga keuangan
menghimpun dari pihak yang kelebihan dana dan
menyalurkan kepada pihak yang membutuhkan dana.
3. Memberikan analisis dan informasi ekonomi, yaitu:
a. Melaksanakan tugas sebagai pihak yang ahli dalam
analisis ekonomi dan kredit untuk kepentingan
lembaga keuangan dan kepentingan pihak lain
(nasabah).
b. Berkewajiban menyebarkan informasi dan kegiatan
yang berguna dan menguntungkan bagi
nasabahnya.
4. Memberikan jaminan.
5. Menciptakan dan memberikan likuiditas.
LEMBAGA KEUANGAN
• Lembaga Keuangan Bank
Bank Sentral
Bank Umum
BPR
• Lembaga Keuangan Bukan Bank
Asuransi
Leasing
Pegadaian dll
ASURANSI
PENGATURAN:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD)
2. Diluar KUHD:
a. UU No. 33/1964 (DKPU)
b. UU No. 34/1964 (DKLLJ)
c. UU No. 40/2004 (SJSN)
d. UU No. 24/2011 (BPJS)
e. Perpres No. 28/2016 (JK)
f. UU No. 40/2014 (Perasuransian)
PENGATURAN ASURANSI
DALAM KUHD
• Buku I Titel 9:
Mengatur Pertanggungan Kerugian pada umumnya.
• Buku I Titel 10:
Mengatur Pertanggungan terhadap bahaya kebakaran,
terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian di
awah dan tentang Pertanggungan Jiwa.
• Terdiri dari beberapa bagian:
Pertama : Mengatur Pertanggungan terhadap bahaya
kebakaran.
Kedua : Mengatur Pertanggungan terhadap bahaya-
bahaya yang mengancam hasil-hasil pertaian
di sawah.
Ketiga : Mengatur Pertanggungan Jiwa.
• Buku II Titel 9:
Mengatur Pertanggungan terhadap bahaya-bahaya Laut dan
bahaya-bahaya perbudakan.
• Terdiri dari beberapa bagian:
Pertama : Mengatur tentang bentuk dan isi
pertanggungan.
Kedua : Mengatur tentang anggaran dari bahaya-bahaya
yang dipertanggungkan.
Ketiga : Mengatur tentang awal dan akhir bahaya.
Keempat : Mengatur tentang hak dan kewajiban-kewajiban
penanggung dan tertanggung.
Kelima : Mengatur tentang Abandonemen
Keenam : Mengatur tentang kewajiban-kewajiban dan hak-
hak Makelar di dalam Pertanggungan Laut.
• Buku II Titel 10:
Mengatur tentang pengangkutan di darat dan sungai-sungai
serta perairan pedalaman
PENGERTIAN ASURANSI
1. Menurut Pasal 246 KUHD
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu
perjanjian, di mana penanggung dengan
menikmati suatu premi mengikat dirinya
terhadap tertanggung untuk membebaskannya
dari kerugian karena kehilangan, kerugian, atau
ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang
akan dapat diderita olehnya karena suatu
kejadian yang tidak pasti.
2. Menurut Pasal 1 (1) UU No. 20/2014
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu
perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang
menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh
perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau
pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya
yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis
karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti;
atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada
meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang
didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan
manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
3. Menurut Pasal 1 (2) UU No. 40/2014
Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas
perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang
polis dan perjanjian di antara para pemegang polis, dalam
rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah
guna saling menolong dan melindungi dengan cara:
a. Memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
peserta atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
peserta dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
UNSUR-UNSUR ASURANSI
1. Adanya tertanggung dan penanggung
2. Adanya peralihan risiko dari tertanggung
kepada penanggung
3. Adanya premi yang harus dibayar tertanggung
kepada penanggung
4. Adanya peristiwa tidak tentu yang
dipertanggungkan
4. Adanya pemberian ganti rugi/santunan dari
penanggung kepada tertanggung didasarkan
pada peristiwa tidak tentu
5. Kepentingan
UU NO. 40/2014
• Pasal 1 UU No. 40/2014
4. Usaha Perasuransian adalah segala usaha
menyangkut jasa pertanggungan atau
pengelolaan risiko, pertanggungan ulang risiko,
pemasaran dan distribusi produk asuransi atau
produk asuransi syariah, konsultasi dan
keperantaraan asuransi, asuransi syariah,
reasuransi, atau reasuransi syariah, atau
penilaian kerugian asuransi atau asuransi
syariah.
5. Usaha Asuransi Umum adalah usaha jasa
pertanggungan risiko yang memberikan penggantian
kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian,
kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya
suatu peristiwa yang tidak pasti.
6. Usaha Asuransi Jiwa adalah usaha yang
menyelenggarakan jasa penanggulangan risiko yang
memberikan pembayaran kepada pemegang polis,
tertanggung, atau pihak lain yang berhak dalam hal
tertanggung meninggal dunia atau tetap hidup, atau
pembayaran lain kepada pemegang polis, tertanggung atau
pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur
dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
7. Usaha Reasuransi adalah usaha jasa
pertanggungan ulang terhadap risiko yang
dihadapi oleh perusahaan asuransi, perusahaan
penjaminan, atau perusahaan reasuransi lainnya.
8. Usaha Asuransi Umum Syariah adalah usaha
pengelolaan risiko berdasarkan prinsip Syariah
guna saling menolong dan melindungi dengan
memberikan penggantian kepada peserta atau
pemegang polis karena kerugian, kerusakan,
biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin diderita peserta atau pemegang polis
karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.
9. Usaha Asuransi Jiwa Syariah adalah usaha
pengelolaan risiko berdasarkan Prinsip Syariah guna
saling menolong dan melindungi dengan
memberikan pembayaran yang didasarkan pada
meninggal atau hidupnya peserta, atau
pembayaran lain kepada peserta atau pihak lain yang
berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam
perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan
dana.
10. Usaha Reasuransi Syariah adalah usaha
pengelolaan risiko berdasarkan Prinsip Syariah atas
risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi
syariah, perusahaan penjaminan syariah, atau
perusahaan reasuransi syariah lainnya.
USAHA PERASURANSIAN
• Menurut Pasal 2 UU No. 40/2014:
1. Perusahaan asuransi umum hanya dapat
menyelenggarakan:
a. Usaha Asuransi Umum, termasuk lini usaha asuransi
kesehatan dan lini usaha asuransi kecelakaan diri; dan
b. Usaha Reasuransi untuk risiko Perusahaan Asuransi
Umum lain.
2. Perusahaan asuransi jiwa hanya dapat
menyelenggarakan Usaha Asuransi Jiwa termasuk lini
usaha anuitas, lini usaha asuransi kesehatan, dan lini
usaha asuransi kecelakaan diri.
3. Perusahaan Reasuransi hanya dapat menyelenggarakan
Usaha Reasuransi.
• Menurut Pasal 3 UU No. 40/2014:
1. Perusahaan Asuransi Umum Syariah hanya dapat
menyelenggarakan:
a. Usaha Asuransi Umum Syariah, termasuk lini
usaha asuransi kesehatan berdasarkan Prinsip Syariah dan lini
usaha asuransi kecelakaan diri berdasarkan Prinsip Syariah;
dan
b. Usaha Reasuransi Syariah untuk risiko
Perusahaan Asuransi Umum Syariah.
2. Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah hanya dapat
menyelenggarakan Usaha Asuransi Jiwa Syariah termasuk lini
usaha anuitas berdasarkan Prinsip Syariah, lini usaha asuransi
kesehatan berdasarkan Prinsip Syariah, dan lini usaha asuransi
kecelakaan diri berdasarkan Prinsip Syariah.
3. Perusahaan Reasuransi Syariah hanya dapat
menyelenggarakan Usaha Reasuransi Syariah.
PENGGOLONGAN ASURANSI
1. Berdasarkan Obyek
A. Asuransi Jiwa/Manusia
B. Asuransi Benda/Barang
2. Secara Yuridis
A. Asuransi Kerugian
B. Asuransi Jiwa
3. Berdasarkan Kehendak Para Pihak
A. Asuransi Sukarela
B. Asuransi Wajib
4. Berdasarkan Tujuan
A. Asuransi Komersial
B. Asuransi Sosial
PERBEDAAN ASURANSI
KERUGIAN DENGAN JIWA
1. Mengenai Para Pihak
a. Asuransi Kerugian
Ada 2 pihak yaitu pihak penanggung dan tertanggung
b. Asuransi Jiwa
Selain pihak penanggung, pihak tertanggung dapat
memecah diri menjadi:
1) Penutup Asuransi
2) Badan Tertanggung
3) Penikmat
2. Mengenai Yang Dipertanggungkan
a. Asuransi Kerugian
Yang dipertanggungkan adalah benda/barang
b. Asuransi Jiwa
Yang dipertanggungkan adalah jiwa/manusia
3. Mengenai Prestasi Penanggung
a. Asuransi Kerugian
Prestasi penanggung adalah mengganti kerugian
yang benar-benar diderita oleh tertanggung.
b. Asuransi Jiwa
Prestasi penanggung adalah membayar sejumlah
uang tertentu yang besarnya telah ditetapkan pada
saat penutupan asuransi.
4. Mengenai Kepentingan
a. Asuransi Kerugian
Kepentingannya adalah bersifat materiil berupa hak
subyektif.
b. Asuransi Jiwa
Kepentingannya adalah bersifat immateriil.
5. Mengenai Evenemen
a. Asuransi Kerugian
Evenemen adalah terjadinya peristiwa yang
menimbulkan kerugian tertanggung.
b. Asuransi Jiwa
Evenemen adalah meninggalnya badan tertanggung
atau lampaunya waktu tanpa meninggalnya badan
tertanggung.
6. Azas Indemnitas
a. Asuransi Kerugian
Berlaku azas indemnitas
b. Asuransi Jiwa
Tidak berlaku azas indemnitas.
ASURANSI SEBAGAI PERJANJIAN

SUMBER PERIKATAN
1. Perjanjian
= Bersifat khusus bagi para pihak yang
membuatnya.
2. Undang-Undang
= Bersifat umum bagi subyek hukum.
PERJANJIAN
• MENURUT PASAL 1313 KUHPer.
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
(atau saling mengikatkan dirinya) terhadap satu
orang lain atau lebih.
SYARAT-SYARAT
SAHNYA PERJANJIAN
1. Sepakat mereka yang mengikatkan
dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu
perjanjian
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
JENIS-JENIS PERJANJIAN
1. Perjanjian Sepihak
2. Perjanjian Dua Pihak (Timbal Balik)
3. Perjanjian Bersyarat
4. Perjanjian Untung-untungan
AZAS-AZAS PERJANJIAN
1. Konsensualisme
2. Kebebasan Berkontrak
3. Mengikatnya Perjanjian
4. Good Faith
ASURANSI

RISIKO
TERTANGGUNG PENANGGUNG

Risiko adalah ketidakpastian yang dapat


menyebabkan kerugian
RISIKO ASURANSI
• Adalah kemungkinan kerugian yang akan
dialami, yang diakibatkan oleh bahaya
yang mungkin akan terjadi, tetapi tidak
diketahui lebih dahulu kapan akan terjadi.
PENGGOLONGAN RISIKO
1. Risiko Murni (Pure Risk)
Adalah risiko yang menimbulkan kerugian.
2. Risiko Spekulatif (Speculative Risk)
Adalah risiko yang bersifat spekulatif, bisa
menimbulkan keuntungan/kerugian.
UNSUR-UNSUR RISIKO
1. Ketidakpastian antara harapan dan
kenyataan
2. Identik (pada umumnya) dengan kerugian;
dimana kerugian ini mungkin dapat terjadi
pada masa yang akan datang, dan
kerugian ini terjadinya tidak bisa
dipastikan sebelumnya
3. Erat hubungannya dengan asuransi (risiko
merupakan bagian pokok dalam asuransi)
CARA MENGATASI RISIKO
1. Menghindari (Avoidance)
2. Mencegah (Prevention)
3. Memperalihkan (Transfer)
4. Menerima (Assumption or Retention)
PENYEBAB RISIKO
1. Peril
Adalah suatu bahaya yang dapat menjadi
sebab terjadinya kerugian, baik terhadap
barang (property) maupun terhadap orang
(personal)
2. Hazard
Adalah suatu keadaan yang dapat
memperbesar bahaya (peril)
HAZARD
1. Physical Hazard
Adalah hazard yang dapat menyebabkan
bertambah besarnya kemungkinan
kerugian karena sifat pisik dari benda
tersebut
2. Moral Hazard
Adalah hazard yang dapat menyebabkan
bertambah besarnya kemungkinan
kerugian karena sifat pribadi dari
tertanggung
PREMI
Adalah prestasi dari tertanggung kepada penanggung,
yang merupakan:
1. Imbalan jasa atas jaminan yang diberikan oleh
penanggung kepada tertanggung untuk mengganti
kerugian yang mungkin diderita oleh tertanggung
(Asuransi Kerugian)
2. Imbalan jasa atas jaminan perlindungan yang
diberikan oleh penanggung kepada tertanggung
dengan menyediakan sejumlah uang terhadap risiko
jiwa (Asuransi Jiwa)
POLIS
Merupakan dokumen sebagai alat bukti tidak
hanya bagi para pihak saja, tetapi juga bagi pihak
ketiga yang mempunyai hubungan langsung atau
tidak langsung dengan perjanjian yang
bersangkutan
• Pasal 255 KUHD
Pertanggungan harus diadakan secara tertulis dengan
sepucuk akta, yang bernama polis

• Pasal 257 (1) KUHD


Perjanjian pertanggungan ada segera setelah
diadakan; hak-hak dan kewajiban-kewajiban timbal-
balik dari penanggung dan tertanggung mulai sejak
saat itu, bahkan sebelum polis ditandatangani

• Pasal 258 (1) KUHD


Untuk membuktikan diadakannya perjanjian itu
diharuskan pembuktian dengan surat; akan tetapi
semua upaya-upaya pembuktian akan diperkenankan
bilamana ada permulaan pembuktian dengan surat
FUNGSI POLIS
1. Sebagai perjanjian asuransi/pertanggungan
2. Sebagai bukti jaminan dari penanggung
kepada tertanggung untuk mengganti kerugian/
santunan yang mungkin dialami tertanggung terhadap
risiko yang diasuransikan
3. Sebagai bukti pembayaran premi asuransi dari
tertanggung kepada penanggung
FUNGSI POLIS
BAGI TERTANGGUNG
1. Sebagai bukti tertulis atas jaminan
penanggung untuk mengganti kerugian/
santunan kepada tertanggung
2. Sebagai bukti (kwitansi) pembayaran premi
kepada penanggung
3. Sebagai bukti otentik untuk menuntut
penanggung apabila wanprestasi/melakukan
perbuatan melanggar hukum
FUNGSI POLIS
BAGI PENANGGUNG
1. Sebagai bukti (tanda terima) premi asuransi
dari tertanggung
2. Sebagai bukti tertulis atas jaminan yang
diberikannya kepada tertanggung untuk
membayar ganti rugi yang mungkin diderita
oleh tertanggung
3. Sebagai bukti otentik untuk menolak tuntutan
ganti rugi (klaim) apabila tidak sesuai Polis
PRINSIP-PRINSIP ASURANSI
1. Kepentingan.
2. Itikat Baik (Good Faith).
3. Indemnitas.
4. Subrogasi.
5. Reasuransi.
1. KEPENTINGAN
• Menurut Pasal 250 KUHD menghendaki
bahwa dalam setiap perjanjian asuransi
diharuskan adanya suatu kepentingan
(Insurable Interest).
• Adalah hak subyektif yang mungkin akan
lenyap atau berkurang karena adanya peristiwa
yang tidak pasti
SYARAT-SYARAT
KEPENTINGAN
1. Dapat dinilai dengan uang
2. Diancam bahaya
3. Tidak dilarang undang-undang
CARA MEMPEROLEH
KEPENTINGAN
1. Pemilik
2. Penagih atau kedudukan sebagai penagih
3. Kepentingan yang timbul dari perjanjian
4. Kepentingan yang timbul dari pertanggung
jawaban hukum
5. Perwakilan dari pemilik
6. Hubungan keluarga
2. GOOD FAITH
• Itikat baik pada dasarnya merupakan suatu
asas pada setiap perjanjian pada umumnya,
sehingga para pihak yang membuat perjanjian
harus dengan kesadarannya sendiri
melaksanakan itikat baik.
GOOD FAITH
MENURUT PASAL 251 KUHD
• Semua pemberitaan yang salah atau tidak benar atau
semua penyembunyian keadaan-keadaan yang diketahui
oleh si-tertanggung, betapapun juga jujurnya itu terjadi
pada pihaknya, yang bersifat sedemikian rupa sehingga
perjanjian tidak akan diadakan atau tidak akan diadakan
berdasarkan syarat-syarat yang sama, bilamana
penanggung mengetahui keadaan yang sesungguhnya
dari benda itu, menyebabkan pertanggungan itu batal.
YANG WAJIB DIBERITAHUKAN
TERTANGGUNG
1. Segala fakta yang diketahui oleh tertanggung, atau
dianggap wajib diketahuinya dalam usahanya sehari-
hari;
2. Segala keadaan dan keterangan-keterangan yang
dapat mempengaruhi pertimbangan penanggung
dalam menetapkan premi atau menentukan apakah ia
mau menutup pertanggungan itu atau tidak; dan
3. Hal-hal yang menurut dugaannya akan terjadi atau
keyakinannya atas sesuatu hal yang mungkin
mempengaruhi penanggung dalam melakukan
penutupan.
ASAS PASAL 251 KUHD
• Asas Uberima Fides atau Uberrimae Fidei: Itikat baik
yang sempurna dapat diartikan bahwa masing-masing
pihak dalam suatu perjanjian yang akan dapat disepakati,
menurut hukum mempunyai kewajiban untuk
memberikan keterangan atau informasi yang selengkap-
lengkapnya, yang akan dapat mempengaruhi keputusan
pihak yang lain untuk memasuki perjanjian atau tidak,
baik keterangan yang demikian itu diminta atau tidak.
3. INDEMNITAS
• Perjanjian asuransi secara umum dapat
dikatakan mempunyai tujuan utama adalah
untuk memberi ganti rugi (santunan), sehingga
perjanjian asuransi dapat diartikan sebagai
perjanjian ganti rugi (santunan) atau perjanjian
Indemnitas.
ONRECHTMATIGE VERRIJKING
• Adalah larangan memperkaya diri secara
melawan hukum, atau memperkaya diri tanpa
hak.
Atau Asas Nemo Plus
• Adalah tidak menerima melebihi apa yang
menjadi haknya, dan tidak memberi melebihi
apa yang menjadi kewajibannya.
DIATUR PASAL 252 & 253 (1) KUHD
1. Pasal 252 KUHD
Kecuali hal-hal yang dirumuskan dalam ketentuan-ketentuan
undang-undang, tidak boleh diadakan pertanggungan yang kedua
untuk waktu yang sama dan terhadap bahaya yang sama atas
benda-benda yang sudah dipertanggungkan untuk harganya penuh,
dengan ancaman batalnya pertanggungan kedua.

2. Pasal 253 (1) KUHD


Pertanggungan yang melebihi harga atau kepentingan yang
sesungguhnya, hanya sah untuk sejumlah harganya.
TUJUAN INDEMNITAS
• Adalah tertanggung dilarang dengan adanya
asuransi ingin memperkaya diri.

Indemnitas hanya berlaku bagi Asuransi


Kerugian, tidak berlaku bagi Asuransi Jiwa
4. SUBROGASI
• Pasal 284 KUHD
Penanggung yang membayar kerugian dari
suatu benda yang dipertanggungkan
mendapat semua hak-hak yang ada pada si-
tertanggung terhadap orang-orang ketiga
mengenai kerugian itu; dan tertanggung
bertanggung-jawab untuk setiap perbuatan
yang mungkin dapat merugikan hak dari
penanggung terhadap orang-orang ketiga itu.
SYARAT SUBROGASI
1. Tertanggung mempunyai hak terhadap
penanggung dan terhadap pihak ketiga; dan
2. Adanya hak tersebut karena timbul kerugian
sebagai akibat perbuatan pihak ketiga.
TUJUAN SUBROGASI
1. Untuk mencegah tertanggung memperoleh
ganti kerugian melebihi hak yang
sesungguhnya; dan
2. Untuk mencegah pihak ketiga membebaskan
diri dari kewajibannya membayar ganti
kerugian.
SUBROGASI BERLAKU BAGI
ASURANSI KERUGIAN
Karena:
1. Untuk mencegah tertanggung mendapat ganti
rugi dari penanggung dan dari pihak ketiga
mengenai kerugian yang sama; dan
2. Untuk mengatur pembarengan (samenloop)
dari kewajiban-kewajiban mengganti
kerugian pada suatu kerugian yang sama.
5. REASURANSI
• Pasal 271 KUHD
Penanggung selalu dapat menyuruh
mempertanggungkan lagi apa yang ditanggung
olehnya
• Pasal 279 (3) KUHD
Bilamana ia mempertanggungkan lagi untuk
dirinya, maka penanggung-penanggung baru
bertindak dalam urutan yang sama di
tempatnya
ASURANSI SOSIAL
• Adalah asuransi yang pada dasarnya memberikan
perlindungan kepada masyarakat luas, terhadap
semua kemungkinan kerugian yang diderita di luar
kemampuan orang-orang pribadi, sehingga asuransi
sosial menyangkut kepentingan masyarakat, yang
ditanggung oleh penanggung berupa risiko kolektif
dari masyarakat atau sebagian anggota masyarakat
tertentu.
UNSUR-UNSUR ASURANSI SOSIAL
1. Penyelenggaraannya berdasarkan peraturan perundang-undangan;
2. Perikatan yang terjadi karena peraturan perundang-undangan;
3. Bersifat wajib
4. Penanggungnya adalah pemerintah;
5. Perlindungan lebih diutamakan kepada risiko sosial daripada
individual;
6. Ditujukan untuk memberikan jaminan sosial kepada masyarakat atau
sekelompok masyarakat tertentu, dan tidak bertujuan mencari
untung;
7. Perbandingan antara premi dengan santunan ditentukan secara
progresif;
8. Besarnya premi dan santunan ditetapkan oleh pemerintah dengan
peraturan perundang-undangan; dan
9. Tidak ada pilihan antara masalah kepentingan dan peristiwa.
PENYIMPANGAN ASURANSI SOSIAL
TERHADAP ASURANSI KOMERSIAL
1. Kepesertaan dalam asuransi sukarela diubah menjadi bersifat wajib
2. Perikatan dalam asuransi sukarela bersumber perjanjian, perikatan
asuransi sosial bersumber peraturan perundang-undangan
3. Penutupan perjanjian asuransi komersial bersifat individual, dalam
asuransi sosial bersifat kolektif
4. Dalam asuransi komersial masalah risiko dan evenement merupakan
hak tertanggung untuk memilihnya, dalam asuransi sosial masalah
risiko dan evenement ditentukan peraturan perundang-undangan
5. Dalam asuransi komersial diadakan perimbangan antara premi dengan
gantirugi/santunan berdasarkan keadilan individu, dalam asuransi
sosial berdasarkan sistem progresif
6. Ditutupnya asuransi komersial berdasarkan seleksi risiko yang
dihadapi, dalam asuransi sosial risiko berdasarkan peraturan
perundang-undangan
ASURANSI KESEHATAN
• Adalah suatu sistem pembiayaan kesehatan
yang berjalan berdasarkan konsep risiko.
• Dalam sistem asuransi kesehatan, risiko
sakit secara bersama-sama di tanggung
oleh peserta dengan membayar premi yang
dikelola penanggung
FUNGSI
ASURANSI KESEHATAN
1. Mentransfer risiko dari satu individu ke suatu
kelompok.
2. Membagi bersama jumlah kerugian
dengan proporsi yang adil oleh seluruh
anggota kelompok melalui penanggung.
UNSUR-UNSUR
ASURANSI KESEHATAN
1. Tertanggung (Pasien).
2. Penanggung (Perusahaan Asuransi)
3. Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK).
JENIS-JENIS
ASURANSI KESEHATAN
1. Asuransi Kesehatan Sosial
(Social Health Insurance)
2. Asuransi Kesehatan Komersial
(Private Voluntary Health Insurance)
3. Asuransi Kesehatan Swasta Dengan
Regulasi
(Regulated Private Voluntary Health
Insurance)
1. PRINSIP-PRINSIP
ASURANSI KESEHATAN SOSIAL
1. Kepesertaan bersifat wajib.
2. Premi/iuran berdasar prosentasi pendapatan/gaji.
3. Premi/iuran ditanggung bersama oleh tempat
bekerja/perusahaan dan tenaga kerja.
4. Peserta/tenaga kerja dan keluarganya memperoleh
jaminan pemeliharaan kesehatan.
5. Peserta/tenaga kerja memperoleh kompensasi selama
sakit.
6. Peranan Pemerintah besar.
2. PRINSIP-PRINSIP
ASURANSI KESEHATAN KOMERSIAL
1. Kepesertaan bersifat sukarela.
2. Premi/iuran berdasar angka absolut, sesuai
dengan perjanjian/kontrak.
3. Peserta/tenaga kerja dan keluarganya
memperoleh santunan biaya pelayanan
kesehatan sesuai perjanjian/kontrak (tidak
komprehensif).
4. Peranan Pemerintah relatif kecil.
3. PRINSIP-PRINSIP
ASURANSI KESEHATAN SWASTA
DENGAN REGULASI
1. Kepesertaan bersifat sukarela.
2. Premi/iuran berdasar angka absolut (nilai
nominal).
3. Peserta memperoleh jaminan pemeliharaan
kesehatan sesuai perjanjian/kontrak.
4. Peranan Pemerintah relatif besar dalam bentuk
Regulasi.
PROGRAM ASURANSI
KESEHATAN
A. Asuransi Kesehatan Ganti Rugi Tradisional
1. Penanggung memberikan pengggantian
(reimbursement) secara tunai terhadap
biaya yang dikeluarkan oleh peserta untuk
perawatannya;
2. PPK (health care providers) hanya
memberikan pelayanan kuratif;
3. Biaya kepada PPK dilakukan langsung dari
peserta setelah PPK memberikan pelayanan;
4. Peserta bebas memilih PPK
B. Asuransi Kesehatan Terkendali
1. Memberikan jasa pelayanan kesehatan (services
benefits), dan bukan kemanfaatan tunai (non-cash
benefits);
2. Pelayanan kesehatan berupa kuratif, promotif,
preventif dan rehabilitatif (komprehensif);
3. Imbalan kepada PPK berupa iuran per-Kapita yang
dibayarkan didepan; dan
4. Peserta memilih PPK yang telah dikontrak oleh
Penanggung (member health providers).

Dengan demikian peserta memperoleh pelayanan


kesehatan yang komprehensif. Tetapi terbatas
pilihannya atas PPK dalam meperoleh pelayanan.
PENENTUAN BESARNYA
SANTUNAN KESEHATAN
A. Metode Sejumlah Uang
1. Penanggung akan memberikan santunan uang kepada
tertanggung sebagai santunan kesehatan untuk setiap kali
tertanggung diserang penyakit tanpa mengindahkan besar
kecilnya biaya pengobatan/perawatan yang digunakan
oleh tertanggung.
2. Penanggung menyediakan dana yang akan digunakan
oleh tertanggung untuk berkali-kali tertanggung diserang
penyakit, namun jumlah total yang boleh digunakan
maksimal sebesar dana yang tersedia.
B. Metode Dana Sakit
Santunan kesehatan yang akan diberikan oleh
penanggung kepada tertanggung yang menderita sakit
disesuaikan dengan besar kecilnya biaya pengobatan.
DEDUCTABLE & CO
INSURANCE
• Deductable
Artinya tertanggung bertanggung jawab terlebih
dahulu sampai batas kerugian tertentu, baru kemudian
sisanya menjadi tanggung jawab penanggung.
• Co Insurance
Artinya tertanggung bertanggung jawab terlebih
dahulu sekian % dari kerugian, baru sisanya menjadi
tanggung jawab penanggung
KONSTRUKSI HUBUNGAN HUKUM
ASURANSI KESEHATAN

Tertanggung Penanggung

Penyedia Pelayanan Kesehatan


POLA HUBUNGAN ASURANSI
KESEHATAN
1. Pola Hubungan Bipartit
Premi
Peserta Penyelenggara Askes
Ganti Rugi/Pelayanan
2. Pola Hubungan Tripartit
Premi
Peserta Penyelenggara Askes
Pelayanan Biaya Pelayanan

Provider (PPK)
ASURANSI
• Risiko perorangan Kelompok
The Law of Large Number
The Law of Average
• Ketidak-pastian Pasti

Prinsip:
1. Membayar premi Benefit/santunan
kecil dalam
jumlah besar
2. Melindungi tertanggung dari risiko ekonomi
BPJS KESEHATAN
• Menurut Pasal 1 (1) UU No. 24/2011
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya
disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial.
• Menurut Pasal 1 (2) Perpres No. 28/2016
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang
selanjutnya disingkat BPJS Kesehatan adalah badan hukum
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan
Kesehatan.
• Menurut Pasal 6 (1) UU No. 24/2011
BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(2) huruf a menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
PESERTA BPJS KESEHATAN
• Menurut Pasal 1 (4) UU No. 24/2011
Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia yang telah
membayar iuran.
• Menurut Pasal 1 (6) UU No. 24/2011
Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh
peserta, pemberi kerja, dan/atau Pemerintah.
• Menurut Pasal 1 (1) Perpres No. 28/2016
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan
kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
• Menurut Pasal 1 (13) Perpres No. 28/2016
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang
dibayarkan secara teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja
dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan
Kesehatan
• Menurut Pasal 2 Perpres No. 28/2016
Peserta Jaminan Kesehatan meliputi:
a. PBI Jaminan Kesehatan; dan
b. Bukan PBI Jaminan Kesehatan.
FASKES
• Menurut Pasal 1 (14) Perpres No. 28/2016
Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat.
• Menurut Pasal 1 (4) Permenkes No. 59/2014
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya
disingkat FKTP adalah fasilitas kesehatan yang melakukan
pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik
untuk keperluan observasi, promotif, preventif, diagnosis,
perawatan, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.
• Menurut Pasal 1 (5) Permenkes No. 59/2014
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
yang selanjutnya disingkat FKRTL adalah
fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan
kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik
atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan
tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan
dan rawat inap di ruang perawatan khusus.
BPJS KESEHATAN
Asuransi Sosial
Peserta BPJS Kesehatan

Pelayanan Tarif
Kesehatan (Biaya)

Faskes

Anda mungkin juga menyukai