K13 Non Trauma Emergency2015
K13 Non Trauma Emergency2015
Oksigen; semua pasien dengan saturasi < 90%, dapat diberikan selama 6 jam pada pasien
tanpa komplikasi
Nitrogliserin; sublingual 0,4mg dan dapat ulang 3 dosis dengan interval 5 menit.
Aspirin; bukkal 160 – 325 mg di IGD, selanjutnya oral dengan dosis 75 – 162 mg
Morphin; sangat efektif menghilangkan nyeri dada dan pilihan utama pada STEMI, 2-4
mg diulang interval 5-15 menit maksimal 29 mg
Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah jantung sistemik pada
keadaan volume intravaskular yang cukup, dan dapat mengakibattkan hipoksia jaringan.
Hipotensi sistemik umumnya menjadi dasar diagnosis.
Syok kardiogenik didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik < 90mmHg selama > 1 jam dimana:
tidak responsif dengan pemberian cairan saja
sekunder terhadap disfungsi jantung atau
berkaitan dengan tanda-tanda hipoperfusi atau indeks kardiak <2,2 l/menit m2 dan tekanan baji kapiler
paru > 18 mmHg (kongesti pulmonum)
Termasuk dipertimbangkan dalam definisi ini adalah:
pasien dengan tekanan darah sistolik meningkat > 90 mmHg dalam 1 jam setelah pemberian obat
inotropik dan
pasien meninggal dalam 1 jam hipotensi, tetapi memenuhi kriteria lain syok kardiogenik.
Kondisi syok kardiogenik dapat timbul setelah gangguan pada pembuluh darah koroner
sebagai komplikasi mekanik akibat infark miokard akut.
Dapat pula timbul sebagai manifestasi akhir dari disfungsi miokard yang progresif
(kardiomiopati, iskemia miokard, hipertensi).
Keluhan pasien biasanya berkaitan dengan etiologi terjadinya syok kardiogenik.
Pasien dengan infark miokard akan datang dengan keluhan nyeri dada tipikal dan kemungkinan
sudah mempunyai riwayat penyakit jantung koroner sebelumnya.
Pasien dengan gangguan irama jatung pasien dapat datang dengan keluhan palpitasi, presinkop,
sinkop atau merasakan irama jantung yang berhenti sejenak.
Pemeriksaan fisik
EKG dapat menunjukkan apakah syok kardiogenik timbul setelah kejadian infark miokard
akut dengan adanya gambaran peningkatan segmen ST atau adanya gangguan irama.
Foto roentgen dada kardiomegali dan tanda-tanda kongestif paru pada gagal ventrikel
kiri yang berat.
Bila komplikasi defek septal ventrikel atau regurgitasi mitral akibat infark miokard akut
akan tampak gambatan kongesti paru yang tidak disertai kardiomegali.
Ekokardiografi sangat membantu memberikan gambaran fungsi dari bagian-bagian
jatung.
Langkah penatalaksanaan syok kardiogenik
Pemberian Pemberian
- Furosemid iv 0,5-1 mg/kg - Cairan Bradikardia Takikardia
- Morfin iv 2-4 mg - Transfusi darah
- Oksigen bila perlu - Intervensi spesifik
- Nitrogliserin SL kemudian 10-20 mcg/mnt - Vasopresor
Lihat guideline ACC/AHA
bila TDS>100 mmHg
- tentang infark miokard
Dopamin 5-15 mcg/kg/menit iv bila TDS
Periksa tekanan darah dengan elevasi ST
70-100 mmHg dan gejala syok (+)
- Dobutamin 2-20 mcg/kg/menit IV vila
TDS 70-100 mmHg dan gejala syok (+)
TDS 70-100 mmHg dan TDS 70-100 mmHg dan TDS < 70 mmHg dan
TDS > 100 mmHg
tanda/ gejala syok (-) tanda/ gejala syok (+) tanda/ gejala syok (+)
Periksa tekanan darah
Tekanan darah sistolik > 100 mmHg dan tidak kurang Nitrogliserin 10- Dobutamin 2-20 Dopamin 5-15 Norepinefrin 0,5-30
dari 30 mmHg dibawah TDS sebelumnya 20 mcg/menit IV mcg/kg/menit IV mcg/kg/menit IV mcg/menit IV
Sesak hebat,
Ronki seluruh lapangan paru dan orthopnoe.
Pada EPA akibat sebab kardiak maka kelainan jantung yang mendasari akan ditemukan,
dapat berupa tanda-tanda gagal jantung kanan atau kiri.
Pemeriksaan yang wajib dilakukan pada semua EPA adalah foto toraks.
Foto toraks dapat menunjukkan tanda-tanda EPA dan menilai kondisi jantung.
Gambaran EPA kardiak dan non kardiak
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap EPA harus segera dimulai setelah diagnosis ditegakkan meski pemeriksaan untuk
melengkapi anamnesis, pemeriksaan fisik masih berlangsung.
Pengobatan pada dasarnya ditujukan kepada penyebab timbulnya EPA baik kardiak maupun non kardiak.
Antibiotik harus segera diberikan pada EPA non kardiak oleh infeksi.
EPA dengan penyebab kardiak maka tujuan utama yang harus dilakukan pada pasien adalah:
mengurangi venous return dari paru (diuretik Furosemid iv 0,5-1 mg/kg)
mengurangi tahanan perifer (Morfin iv 2-4 mg)
pemberian inotropik pada beberapa kasus
Hemoptisis
Hemoptisis atau batuk darah adalah mendahakkan darah yang berasal dari bronkus atau paru.
Hemoptisis dapat banyak, atau bisa pula sedikit sehingga hanya berupa garis merah cerah di dahak.
Hemoptisis juga dapat berupa bekuan darah hitam bila darah sudah terdapat berhari-hari sebelum
dapat didahakkan.
Perdarahan lain dapat keliru diangga sebagai hemoptisis misal perdarahan hidung, rongga mulut,
faring, lidah atau bahkan perdarahan yang berasal dari saluran cerna. Sumber perdarahan selain
bronkus dan paru disebut sebagai pseudohemoptysis.
Hemoptisis merupakan pengalaman yang menakutkan bagi pasien oleh karena itu gejala
ini merupakan gejala yang paling sering mendorong penderita untuk meminta
pertolongan.
Umumnya hemoptisis berbusa karena bercampur dahak dan udara, warna biasanya merah
terang, pH darah alkalis, mengandung makrofag alveolar yang memuat hemosiderin.
Dapat menyebabkan kematian
Secara umum sering kali hemoptisis dikelompokkan berdasarkan jumlah darah yang
keluar; masif dan tidak masif.
Akan tetapi sangat perlu menjadi perhatian adalah meski angka kejadian hemoptisis masif
hanya 5 % dari seluruh kasus, angka kematian sangat tinggi hingga 80%.
Sehingga meski beberapa kriteria dikeluarkan untuk menyatakan suatu hemoptisis dapat
dianggap masif atau tidak masif maka apabila jumlah berapapun yang bermakna secara
hemodinamik atau mengancam ventilasi dapat didefinisikan sebagai hemoptisis masif.
Batasan lain yang dapat dijadikan rujukan
adalah:
Tujuan penatalaksanaan pneumotorak yaitu untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
dan menurunkan kecenderungann untuk kambuh lagi.
Prinsip-prinsip penanganan pneumotorak adalah observasi dan pemberian tambahan
oksigen, aspirasi sederhana dengan jarum dan pemsangan tube torakostomi dengan atau
tanpa pleurodesis, torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya bleb
atau bula, dan torakotomi.
Terapi oksigen
Observasi dan terapi oksigen dilakukan bila luas pneumotorak < 15% dari hemitoraks.
Apabila fistula alveoli-pleura menutup maka udara akan diresorbsi dengan laju 1,25%
dari sisi pneumotoraks perhari dan akan meningkat bila diberikan tambahan oksigen.
Aspirasi sederhana
Aspirasi sederhana dilakukan seawal mungkin bila pneumothorak ≥ 15%, dengan tujuan untuk
mengeluarkan udara dari rongga thoraks atau dekompresi. Yaitu dengan cara menusukkan jarum
melalui dinding dada sampai masuk rongga pleura sehingga tekanan udara positif akan keluar.
Pleurodesis
Suatu tindakan obliterasi artifisial terhadap rongga pleura, tujuannya untuk melengketkan pleura
sehingga mengeliminasi besarnya rongga pleura dan menghindari terjadinya reakumulasi udara
pada rongga pleura yang berlebihan.
Terapi wsd
Merupakan sistem drainasi yang kedap air (water sealed) untuk mengalirkan udara dan atau
cairan dari rongga pleura.
TERIMA KASIH