Talud
DIVISI IV
PEKERJAAN
PASAL 1. BETON
BAJA TULANGAN
B. STANDAR/RUJUKAN
1. Standar Nasional Indonesia (SNI):
● SNI 07-2052-2002 - Baja Tulangan Beton.
● SNI 03-2847-2002 - Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.
● SNI 07-2529-1991 – Metode Pengujian Kuat Tarik Baja
D. PROSEDUR PEKERJAAN
1. PROSEDUR PELAKSANAAN PEKERJAAN
1.1. Kait dan Pembengkokkan.
Penulangan harus dilengkapi dengan kait/bengkokan minimal sesuai ketentuan SNI 03-2847-2002, atau sesuai petunjuk
Manajer Proyek dan/atau Gambar Kerja.
1.2. Pemotongan.
Panjang tulangan beton yang melebihi ketentuan Gambar Kerja (kecuali lewatan) harus dipotong dengan alat pemotong
besi atau alat pemotong yang disetujui Manajer Proyek.
Pada bagian yang membutuhkan bukaan untuk dudukan mesin, peralatan dan alat utilitas lainnya, tulangan beton harus
dipotong sesuai dengan besar atau ukuran bukaan.
1.3. Penempatan dan Pengencangan.
Sebelum pemasangan, tulangan beton harus bebas dari debu, karat, kerak lepas, oli, cat dan bahan asing lainnya.
Semua tulangan beton harus dipasang dengan baik, sesuai dengan mutu, dimensi dan lokasi seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja. Penahan jarak dengan bentuk balok persegi atau gelang-gelang harus dipasang pada setiap m²
atau sesuai petunjuk Manajer Proyek. Batu bata atau kayu tidak diijinkan digunakan sebagai penahan jarak atau
sisipan. Semua penahan jarak atau sisipan harus diikat dengan kawat no. AWG 16 (1,62 mm) atau yang setara. Las
titik dapat dilakukan pada baja lunak pada tempat-tempat yang disetujui Manajer Proyek.
1.4. Pengecoran Beton.
Pengecoran beton harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis Pasal 2 BAB II.
PASAL 1.
BAJA TULANGAN
3.2. Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diizinkan dalam pekerjaan :
● Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi pembuatan yang disyaratkan dalam SNI 03-
6816-2002;
● Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada Gambar atau Gambar Kerja Akhir (Final Shop Drawing);
● Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih atau oleh sebab lain.
3.3. Bilamana terj adi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan, batang tulangan tidak boleh dibengkokkan
kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Pengawas Pekerjaan atau yang sedemikian sehingga akan merusak atau
melemahkan bahan. Pembengkokan kembali dari batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali
disetujui lain oleh Pengawas Pekerjaan. Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokkan kembali lebih dari
satu kali pada tempat yang sama tidak diizinkan digunakan pada Pekerjaan. Kesalahan yang tidak dapat diperbaiki oleh
pembengkokan kembali, atau bilamana pembengkokan kembali tidak disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, harus
diperbaiki dengan mengganti seluruh batang tersebut dengan batang baru yang dibengkokkan dengan benar dan sesuai
dengan bentuk dan dimensi yang disyaratkan.
3.4. Penyedia Jasa harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk pemotongan dan pembengkokan tulangan, baik jika
melakukan pemesanan tulangan yang telah dibengkokan maupun tidak, dan harus menyediakan persediaan (stok) batang
lurus yang cukup di tempat, untuk pembengkokan sebagaimana yang diperlukan dalam memperbaiki kesalahan atau
kelalaian.
PASAL 1.
BAJA TULANGAN
3. Air.
Air untuk campuran, perawatan atau aplikasi lainnya harus bersih dan bebas dari unsur-unsur
yang merusak seperti alkali, asam, garam dan bahan anorganik lainnya. Air dari kualitas yang
dikenal dan untuk konsumsi manusia tidak perlu diuji. Bagaimanapun, bila hal ini terjadi,
semua air kecuali yang telah disebutkan di atas, harus diuji dan memenuhi ketentuan AASHTO
T26 dan/atau disetujui Manajer Proyek.
4. Agregat Halus.
4.1. Agregat halus untuk beton harus terdiri dari pasir keras dan harus disetujui Manajer
Proyek. Agregat halus harus memenuhi ketentuan berikut.
PASAL 2.
BETON BERTULANG.
4.2. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan anorganik, asam, alkali dan
bahan lain yang merusak.
Agregat halus harus merata digradasi dan harus memenuhi ketentuan gradasi berikut :
5. Agregat Kasar.
5.1. Agregat kasar untuk konstruksi harus terdiri dari batu butiran, batu pecah atau bahan
lainnya yang disetujui yang memiliki karakteristik serupa yang keras, tahan lama dan
bebas dari bahan-bahan yang tidak diinginkan.
Bahan-bahan lain yang merusak harus tidak lebih dari batas persentase yang ditentukan
dalam Spesifikasi Teknis ini dan/atau disetujui Manajer Proyek.
PASAL 2.
BETON BERTULANG.
5.2. Ketentuan gradasi batuan kasar harus memenuhi ketentuan ASTM A 33:
5.3. Agregat kasar dari ukuran yang berbeda harus digabung dengan ukuran lain dengan
perbandingan berat atau volume untuk menghasilkan batuan yang memenuhi
persyaratan gradasi yang ditentukan.
6. Bahan Perawatan.
Bahan untuk perawatan harus memenuhi ketentuan berikut:
7. Bahan Tambahan.
7.1. Bahan tambahan untuk menahan gelembung udara untuk semua beton ekspos harus
memenuhi ketentuan ASTM C 260.
7.2. Bahan tambahan untuk mengurangi air dan memperlambat pengerasan beton, bila
dibutuhkan, harus memenuhi ketentuan ASTM C 494 tipe B dan D.
7.3. Bahan tambahan untuk mempercepat pengerasan beton, bila diperlukan, harus
memenuhi ketentuan ASTM C 494 tipe C.
7.4. Bahan tambahan untuk meningkatkan kekedapan air pada beton, jika dibutuhkan
dan diinstruksikan oleh Manajer Proyek, harus memenuhi BS 1881: Part 122 untuk
penyerapan air atau ASTM C 494 tipe A, seperti Everdure Caltite buatan Cementaid,
Plastocrete-N buatan Sika atau yang setara.
7.5. Superplasticiser harus dari tipe-tipe berikut :
- Tipe non-retarding harus sesuai ASTM C494 tipe F,
- Tipe slump-retaining harus sesuai ASTM C494 tipe G,
- Tipe retarding harus sesuai ASTM C494 tipe G, dari BASF, Cementaid, Fosroc atau Sika.
Tipe superplasticiser yang akan digunakan harus sesuai dengan rekomendasi pabrik
pembuat bahan tambahan dan disetujui Manajer Proyek.
PASAL 2.
BETON BERTULANG.
D. PROSEDUR PEKERJAAN
1. PROSEDUR PELAKSANAAN PEKERJAAN
1.1. Perancah dan Acuan.
1.1.1. Perancah harus dibuat di atas pondasi dengan kekuatan yang memadai untuk
menerima beban tanpa penurunan.
1.1.2. Perancah yang berdiri di atas tanah lembek harus didukung dan diperkuat dengan
perancah tambahan yang sesuai. Sebelum menempatkan perancah, gambar
rancangan pemasangan/penempatan perancah harus diserahkan kepada Manajer
Proyek untuk disetujui.
1.1.3. Acuan harus memenuhi ketentuan berikut :
- Semua acuan harus dilengkapi dengan lubang pembersihan yang memadai
untuk pemeriksaan dan pembersihan setelah pemasangan baja tulangan.
- Bahan acuan harus dari papan kayu tebal minimal 20mm, kayu lapis tebal minimal
12mm, baja pelat lembaran tebal minimal 0,6 mm, atau bahan lain yang
disetujui.
Permukaan beton yang menghendaki penyelesaian halus dan di-ekspos harus
menggunakan acuan kayu lapis.
- Desain dan konstruksi acuan, penopang dan penguat menjadi tanggung- jawab
Kontraktor.
- Acuan harus rapat dan kaku agar tidak terjadi distorsi yang diakibatkan oleh
tekanan alat penggetar dan beban beton atau lainnya.
- Acuan harus dibuat dengan teliti dan diperiksa kemampuan konstruksinya sebelum
pengecoran.
PASAL 2.
BETON BERTULANG.
1.3.3. Pipa drainase, harus dari bahan pipa PVC yang mempunyai tekanan kerja
8kg/cm² yang memenuhi ketentuan SNI 06-0084-2002, seperti Wavinsafe buatan
Wavin, Vinilon, Pralon. Diameter pipa PVC harus sesuai ketentuan Gambar Kerja.
1.4. Papan Polystyrene dan Premolded Joint Filler.
Lembaran polystyrene mengembang dan premolded joint filler harus digunakan untuk membentuk
celah kosong antara bidang pengecoran.
1.5. Toleransi.
Kontraktor harus menjaga dan menyetel acuan untuk memastikan, setelah pembongkaran acuan
dan sebelum pekerjaan akhir, bahwa tidak ada bagian beton yang melebihi toleransi yang
diijinkan dalam Gambar Kerja. Variasi ketinggian lantai harus diukur sebelum pembongkaran
pelindung dan penumpu.
Toleransi harus memenuhi ketentuan ACI 347 dan/atau disetujui Manajer Proyek.
1.6. Perbandingan dan Campuran Beton.
1.6.1. Perbandingan bahan ditentukan dengan penimbangan atau dengan metoda yang
disetujui Manajer Proyek.
Perbandingan volume tidak diijinkan tanpa persetujuan Manajer Proyek.
1.6.2. Semua beton harus dicampur dengan mesin. Waktu pencampuran harus sesuai
dengan petunjuk kapasitas alat pencampur.
1.6.3. Slump yang diijinkan minimal 65 mm dan maksimal 75mm. Pencampuran beton
tidak boleh dimulai tanpa memastikan persediaan bahan yang memadai,
dalam batas yang aman, agar pengecoran beton dapat dilaksanakan.
1.6.4. Bila pengecoran tidak dapat dihentikan, Kontraktor harus menyediakan
peralatan tambahan yang memadai yang disetujui Manajer Proyek.
1.6.5. Beton ready-mixed harus dicampur dan didatangkan sesuai ketentuan ASTM C 685.
PASAL 2.
BETON BERTULANG.
1.8.2. Beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 1500 mm kecuali melalui
corong tertutup atau pipa. Setelah ikatan awal beton, acuan tidak boleh
digetarkan dan tekanan tidak boleh dilakukan pada ujung pelindung tulangan. Beton
harus diangkat dari mesin pengaduk dan diangkut dalam waktu 1 jam ke lokasi akhir
yang disetujui Manajer Proyek.
Hal ini untuk memastikan bahwa beton sesuai dengan mutu yang disyaratkan pada
waktu penempatan dan Kontraktor harus menjaga pengangkutan beton yang
menerus/tidak terputus-putus.
1.8.3. Semua peralatan, mesin dan alat-alat yang digunakan untuk pekerjaan ini harus
bersih, dan bekerja dengan baik. Bila memungkinkan, sebuah unit pengganti atau suku
cadang harus disediakan di lokasi.
1.8.4. Bila digunakan, jalur pompa harus diletakkan sedemikian rupa sehingga aliran beton
tidak terganggu. Benda-benda tajam harus disingkirkan.
1.8.5. Kadar air dan ukuran partikel batuan harus diawasi dengan teliti ketika beton dipompa
untuk mencegah pemampatan.
Kemiringan saluran untuk mengalirkan beton segar harus dipilih dengan tepat sehingga
beton dengan kadar air rendah dapat mengalir dalam aliran seragam tanpa pemisahan
semen dan batuan.
1.8.6. Bila beton ditempatkan langsung di atas tanah, alas atau dasar harus bersih dan
padat, dan bebas dari air atau aliran air.
PASAL 2.
BETON BERTULANG.
Permukaan lantai kerja yang akan diberi beton harus benar-benar bersih dari lumpur,
batu lepas, kotoran dan bahan lapisan lain yang mengganggu. Untuk mencegah
perembesan air ke beton, tempatkan lapisan kedap air berupa bahan lembaran
plastik polyethylene warna hitam tebal minimal 0,5 mm pada permukaan lantai
kerja, kecuali bila ditentukan dalam Gambar Kerja harus menggunakan lapisan kedap
air yang harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis.
Prosedur ini harus diketahui dan disetujui Manajer Proyek.
1.9. Sambungan Konstruksi.
Sambungan konstruksi harus ditempatkan pada tempat-tempat sesuai Gambar Kerja atau sesuai
petunjuk Manajer Proyek. Sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap garis utama tekanan
dan umumnya ditempatkan pada titik-titik minimal gaya geser pada sambungan konstruksi
horisontal. Batang pasak, alat penyalur beban dan alat pengikat yang diperlukan harus
ditempatkan pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
1.10. Sambungan Terbuka.
Sambungan terbuka harus dibuat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dengan menyisipkan
dan kemudian mencabut kepingan kayu, pelat metal atau bahan lain yang disetujui.
Penyisipan dan pencabutan cetakan harus dilakukan tanpa merusak pinggiran atau sudut beton.
Penulangan tidak boleh melewati sambungan terbuka kecuali bila ditentukan lain.
1.11. Pengisi Sambungan.
1.11.1. Sambungan muai yang diisi harus dibuat serupa dengan sambungan terbuka. Bila
ditentukan pembentukan ulang sambungan muai, ketebalan pengisi yang dipasang
sesuai dengan ketentuan Gambar Kerja. Pengisi sambungan harus dipotong dengan
bentuk dan ukuran yang sama dengan permukaan yang akan disambung.
PASAL 2.
BETON BERTULANG.
1.11.2. Pengisi harus dipasang dengan kuat terhadap permukaan beton yang telah
ditempatkan dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak bergeser bila
disampingnya ditempatkan beton.
1.11.3. Bila diperlukan penggunaan lebih dari 1 lembar pengisi untuk mengisi sambungan,
lembaran harus ditempatkan secara rapat dan celah di antaranya diisi dengan aspal
kelas 18kg, dan salah satu sisinya harus ditutup dengan aspal panas agar tersimpan
dengan baik.
1.11.4. Segera setelah pembongkaran acuan, sambungan muai harus diperiksa dengan
teliti.
1.11.5. Beton atau adukan yang menutup sambungan harus dipotong dengan rapih dan
dibuang. Bila, selama pelaksanaan, bukaan sebesar 3 mm atau lebih muncul
pada sambungan yang akan dilalui lalu lintas, bukaan tersebut harus ditutup dengan
ter panas atau aspal sesuai petunjuk Manajer Proyek.
1.12. Sambungan Besi dan Waterstop.
Sambungan besi dan waterstop harus ditempatkan pada semua sambungan konstruksi
yang berhubungan langsung dengan tanah atau air bawah tanah dan tempat-tempat lain
sesuai Gambar Kerja dan/atau sesuai petunjuk Manajer Proyek. Waterstop harus ditempatkan
secara menerus dan teliti, dan harus ditumpu dengan aman untuk mencegah perubahan posisi.
Sambungan harus dilakukan sesuai rekomendasi dari pabrik pembuatnya.
5.13. Pembongkaran Acuan.
Acuan dan perancah tidak boleh dibongkar tanpa persetujuan Manajer Proyek. Persetujuan
Manajer Proyek tidak membebaskan Kontraktor dari keamanan pekerjaan tersebut. Jadwal
pembongkaran harus ditentukan oleh Manajer Proyek.
PASAL 2.
BETON BERTULANG.
- Hilangkan asam. Lindungi bahan metal atau lainnya yang dapat rusak
karena asam.
- Tambalan kapur.
- Mengikir dan menggerinda.
1.15. Penyelesaian Beton.
Kecuali ditentukan lain, permukaan beton harus segera diselesaikan setelah pembongkaran dan
harus diselesaikan sesuai tingkat dan dimensi seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
1.16. Pengurukan.
Bahan urukan ditempatkan lapis demi lapis setebal maksimal 20 cm dan dipadatkan secara
menerus segera setelah uji beton menunjukkan kekuatan 28 hari. Semua bahan urukan harus
disetujui Manajer Proyek sebelum memulai pekerjaan pengurukan, seperti ditentukan dalam
Spesifikasi Teknis ini.
1.17. Perawatan dan Perlindungan.
Ketentuan-ketentuan berikut harus diperhatikan untuk melindungi beton segar yang baru dicor
terhadap matahari, angin dan hujan sampai beton mengeras dengan baik, dan untuk mencegah
pengeringan yang terlalu cepat:
- Semua acuan yang berisi beton harus dijaga tetap lembab sampai saat
pembongkaran. selama 14 hari selelah pengecoran.
Perhalian khusus harus diberikan pada permukaan lanlai alap yang akan dilulup dengan
karung lembab alau dilindungi lerhadap kekeringan dengan bahan lain yang sesuai.
Tidak diijinkan menyimpan bahan-bahan di alas belon alau melinlas di alas
konslruksi, yang menurut pendapat Manajer Proyek, belum cukup mengeras.
PASAL 2.
BETON BERTULANG.
3.3. Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser yang diakibatkan oleh
kelalaian penyedia Jasa merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa dan harus
dilakukan dengan biay a sendiri. Penyedia Jasa tidak bertanggung jawab atas
kerusakan yang timbul berasal dari bencana alam yang tidak dapat dihindarkan,
asalkan pekerjaan yang rusak tersebut telah diterima dan dinyatakan oleh
Pengawas Pekerjaan secara tertulis telah selesai.
Perbaik an atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana yang
disyaratkan pada Pasal 7.1.6.3).i) dan Pasal 7.1.6.3).j) dapat mencakup pembongkaran dan penggantian
seluruh beton.
E. SATUAN PENGUKURAN DAN PROSEDUR PENGUKURAN
1. Cara Pengukuran
1.1. Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik terpasang dan diterima sesuai dengan yang ditunjukkan pada
Gambar oleh Pengawas Pekerjaan. Tidak ada pengurangan yang akan dilakukan untuk volume yang ditempati oleh pipa dengan
luasan total secara melintang struktur yang ditinjau dan setara dengan diameter kurang dari 200 mm atau oleh benda lainnya
yang tertanam seperti "water stop", baja tulangan, selongsong pipa (conduit) atau lubang sulingan (weephole).
1.2. Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan untuk acuan, perancah untuk balok
dan lantai pemompaan, penyelesaian akhir permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya
untuk penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah dianggap termasuk dalam harga
penawaran untuk pekerjaan beton.
13. Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja tulangan dan mata pembayaran lainnya yang
berhubungan dengan struktur yang telah selesai dan diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan
pada Seksi lain dalam spesifikasi ini.
PASAL 2.
BETON BERTULANG.
1.4. Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton struktur atau beton tidak bertulang. Beton
struktur harus beton yang disyaratkan atau disetujui oleh Pengawas Pekerjaan sebagai fc’= 20 MPa atau lebih tinggi dan
beton tak bertulang harus beton yang disyaratkan atau disetujui untuk fc’=15 MPa ataufc’=10 MPa. Apabila beton dengan
mutu (kekuatan) yang lebih tinggi diperkenankan untuk digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan) beton yang lebih
rendah, maka volumenya harus diukur sebagai beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.
1.5. Apabila kekuatan beton sudah mencapai seperti yang disyaratkan sebelum beton umur 28 hari dengan menggunakan bahan
tambah sesuai dengan Pasal 7.1.2.5), maka struktur beton tersebut dapat dianggap memenuhi sudah kriteria penerimaan
mutu, dan volumenya diukur sebagai beton dengan mutu sesuai dengan mutu yang disyaratkan
2. Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki dan Dapat Diterima
2.1. Apabila pekerjaan telah diperbaiki menurut Pasal 7.1.6.3).j) di atas, kuantitas yang akan diukur untuk pembayaran harus
sejumlah yang harus dibayar jika pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan.
2.2. Pekerjaan beton yang diperbaiki dapat diterima dengan pengurangan pembayaran sebesar 1,5% dari harga satuan untuk
setiap pengurangan kekuatan sebesar 1% dari nilai kekuatan karakteristik rencana. Penyesuaian Harga Satuan ini akan
diterapkan pada penerimaan pada Pasal 7.1.6.3).i) dan j), dan tidak ada pengukuran penerimaan untuk mutu beton struktur
yang lebih rendah dari fc’ 20 MPa.
2.3. Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan kadar semen atau setiap bahan tambah, juga tidak
untuk tiap pengujian atau pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk mencapai mutu yang
disyaratkan untuk pekerjaan beton.
.
.
PASAL 3.
UJI BETON
2. STANDAR/RUJUKAN
2.1. Standar Nasional Indonesia (SNI):
- SNI 03-1972-2008 - Metode Pengujian Slump.
- SNI 03-1974-1990 - Metode pengujian kuat tekan beton
- SNI 03-2458-2008 - Tata cara pengambilan contoh uji beton segar.
- SNI 03-2492-2002 - Metode pengambilan dan pengujian beton inti
- SNI 03-2493-1991- Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di
laboratorium.
- SNI 03-3403-1994 - Metode pengujian kuat tekan beton inti pemboran
- SNI 03-4810-1998 - Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di lapangan.
PASAL 3.
UJI BETON
3.3. Sebanyak minimal 3 (tiga) buah benda uji, atau 1 (satu) benda uji untuk setiap mutu beton
untuk setiap volume 5 m3
beton harus dibuat selama penggunaan setiap kelompok
pencampuran kecuali pada awal dan akhir pencampuran, dan menempatkannya pada sebuah
tempat metal seperti kereta dorong. Tingkat penggunaan kelompok pencampuran ditentukan oleh
tingkat kecepatan alat pencampur dan bukan oleh ukuran bukaan pintu. Pengambilan contoh
dilakukan dengan menempatkan wadah atau menuangkan campuran beton ke dalam kereta
dorong. Harus diperhatikan agar aliran campuran beton tidak menyebabkan terpisahnya bahanbahan
beton.
3.4. Contoh harus diaduk menyeluruh dengan sekop untuk memperoleh
4.0 BAHAN-BAHAN.
Lihat butir 5.0. Pelaksanaan Pekerjaan dari Spesifikasi Teknis ini.
5.0 PELAKSANAAN PEKERJAAN.
5.1. Uji Slump.
Uji slump harus dilakukan setiap kali pembuatan contoh uji beton. Metode harus memenuhi standar
SNI 03-1972-2008, ASTM C 143 atau dengan cara sebagai berikut:
- Kerucut slump harus dibersihkan dengan baik dan dibasahi.
- Isi kerucut dengan adukan beton dengan ketebalan setiap lapis 1/3 dari ketinggian kerucut.
- Sebelum ditambah dengan lapisan berikutnya, terlebih dahulu lapisan yang pertama
dipadatkan dengan cara menusuk-nusukan batang besi dengan hati-hati dan merata
sebanyak 25 (dua puluh lima) kali.
PASAL 3.
UJI BETON
- Ratakan puncak kerucut dengan perlahan sehingga kerucut slump terisi penuh.
- Bersihkan adukan beton yang berserakan di sekitar alas kerucut.
- Angkat kerucut slump dari adukan beton dan biarkan selama 5 (lima) detik, dan kerucut
harus diangkat hanya ke arah vertikal.
- Pengukuran nilai slump harus dilakukan segera. Nilai slump adalah perbedaan antara
tinggi kerucut slump dengan tinggi contoh adukan beton.
Nilai slump harus sesuai dengan persyaratan yang tersebut dalam SNI 03-1972-2008 dan/atau
ASTM C143.
5.2. Pembuatan Benda Uji Beton
Benda uji beton dapat berupa silinder atau kubus sesuai ASTM C31 atau SNI 03-4810- 1998. Contoh
diusahakan tidak berubah pada saat pengangkutan. Bila bahan akan diangkut ke tempat yang
jauh dari tempat pengambilan contoh, beton harus diaduk dengan sekop sebelum dimasukkan
ke dalam cetakan.
Caranya sebagai berikut :
- Letakkan cetakan di atas pelat dasar yang rata, bersih dan kuat, disarankan dibuat dari pelat
besi.
- Isi cetakan dengan adukan beton sebanyak 3 (tiga) lapis.
- Tiap lapis adukan ini harus dipadatkan dengan menggunakan batang besi Φ 16 mm yang
ditusuk-tusukkan pada adukan tersebut dengan merata dan berhati-hati sebanyak 25 (dua
puluh lima) kali.
- Ratakan permukaan dengan perlahan dan tutup dengan kacabatang besi dengan hati-hati dan merata
sebanyak 25 (dua puluh lima) kali.
- Ratakan permukaan dengan perlahan dan tutup dengan kaca atau pelat metal agar
tidak terjadi penguapan air. Jangan sekali-sekali menggunakan kayu.
PASAL 3.
UJI BETON
5.5.6. Pengujian dan pemeriksaan lapangan harus mencakup ketentuan minimal sebagai
berikut:
- Memeriksa nomor truk dan/atau bukti pengiriman dari tempat pembuat campuran beton.
- Memeriksa jumlah air yang ditambahkan ke dalam campuran beton, jika diijinkan, di lapangan.
- Membuat uji slump sesuai ASTM C143.
- Membuat contoh benda uji untuk uji kuat tekan di laboratorium.
- Mencatat temperatur beton saat dicampur, saat disimpan, dan pada saat perawatan beton.
- Mencatat temperatur selama penempatan dan perawatan beton.
- Memeriksa prosedur penempatan dan perawatan beton.
Pengujian lapangan harus dilakukan untuk setiap 30m3atau setiap kedatangan truk.
5.5.7. Pengujian laboratorium dan pemeriksaan harus termasuk ketentuan minimal sebagai
berikut:
- Pengujian kuat tekan sesuai ASTM C39:
· 3 (tiga) buah benda uji yang dirawat di laboratorium untuk kekuatan umur 7
(tujuh) hari.
· 3 (tiga) buah benda uji yang dirawat di laboratorium untuk kekuatan umur 28
(duapuluh delapan) hari.
· 3 (tiga) buah benda uji yang dirawat di lokasi untuk kekuatan umur 7 (tujuh)
hari.
· 3 (tiga) buah benda uji yang dirawat di lokasi untuk kekuatan umur 28
(duapuluh delapan) hari.
· Uji kuat tekan lainnya sesuai kebutuhan.
· 3 (tiga) buah benda uji yang dirawat di laboratorium dan lapangan untuk
kekuatan 3 (tiga) hari dan kekuatan pada hari yang ditentukan di mana kuat
tekan telah mencapai kekuatan yang ditentukan, bila menggunakan bahan
tambahan percepatan pengerasan.
- Penimbangan semua contoh benda uji.
PASAL 3.
UJI BETON
5.5.8. Pengujian inti pada beton yang telah keras harus dilakukan sebagai berikut:
- Pengujian inti beton harus dilakukan bila uji kuat beton laboratorium tidak
memuaskan atau bila diketahui adanya kesalahan pengecoran beton.
- Manajer Proyek berhak meminta/menentukan bahwa contoh diambil dari bagian
pekerjaan untuk tujuan pemeriksaan dan pengujian. Peralatan pemotong dan
metode pengambilan inti harus disetujui Manajer Proyek. Contoh inti beton harus
diambil dan diuji sesuai ketentuan ASTM C42. Pengambilan inti beton dari suatu
pekerjaan harus dibuat dengan baik dan disetuji Manajer Proyek.
- Biaya pengujian inti beton yang dibutuhkan karena kesalahan pengujian benda
uji, atau karena kegagalan pengujian inti beton, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
5.5.9. Bila pengujian dan laporan mengindikasikan bahwa beton yang dibuat tidak sesuai kuat
tekannya, Manajer Proyek akan memberi peringatan tertulis kepada Kontraktor.
Manajer Proyek boleh meminta perawatan tambahan dan modifikasi campuran desain
beton untuk sisa pekerjaan beton yang belum terlaksana; atau meminta pembuangan
dan penggantian beton; dan semua biaya yang ditimbulkannya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
Pengecoran beton tidak boleh dilakukan selama hujan atau ketika diperkirakan akan hujan
kecuali bila pekerjaan dapat dilindungi dari hujan dan/atau aliran air permukaan.
“This is a quote. Words full of wisdom
that someone important said and can
make the reader get inspired.”
— SOMEONE FAMOUS
Now
Venus is the second planet from the
Sun. It’s hot and its atmosphere is very
poisonous
Future
Mercury it’s only a bit larger than the
Moon, and its name has nothing to do
with the liquid metal
Awesome
Words
Major
02 Requirements
This is the subtitle that makes it
comprehensible
Major
Requirements
Venus Jupiter
Venus is the second planet It’s the biggest planet in
from the Sun the Solar System
Mars Mercury
Despite being red, Mars is Mercury is the smallest
actually a cold place one in the Solar System
Project
Goals
Goal 1 Goal 2
Venus is the second planet from It’s a cold place, not hot. It’s full
the Sun. It’s terribly hot, even of iron oxide dust, which gives
hotter than Mercury the planet its color
Project Goals
$4,600,000
Big numbers catch your audience’s attention
Budget
30 %
90%
Venus 75%
Mars
Jupiter 25%
Saturn
50%
If you want to modify this graph, click on it, follow the link,
change the data and replace it
A Picture Is
Worth a
Thousand
Words
Predicted
Results
Mercury is the closest It’s terribly hot, even Mercury is the smallest
Venus
planet to the Sun hotter than Mercury one in the Solar System
Predicted
Results
+12,000
50
40
30
20
75% 30%
10
Stage 3
Mercury is the closest
planet to the Sun
Stage 2
Venus is the second
planet from the Sun
Stage 1
Despite being red, Mars
is a cold place
Timeline
02 04
Mars Saturn
Despite being red, Mars Saturn is the ringed
is a cold place one. It’s a gas giant
01 03
Venus Mercury
Venus is the second Mercury is the closest
planet from the Sun planet to the Sun
Strategy
Mars
Despite being red, Mars
is a cold place
Saturn
Saturn is the ringed
one. It’s a gas giant
Mercury
Mercury is the closest
planet to the Sun
Venus
Venus is the second
planet from the Sun
Venus
Our Locations
Mars
It’s a cold place. It’s full of iron
oxide dust, which gives the planet
its reddish color
Our
Partners
Partner 1 Partner 3
Mercury is the closest Despite being red, Mars
planet to the Sun is a cold place
Partner 2 Partner 4
Venus is hot, even hotter Saturn is the ringed one.
than Mercury It’s a gas giant
Our
Team
Jim Johnson
VECTOR
● Pastel colored shapes memphis style
● Colorful shapes memphis style
● Abstract shapes memphis style
Instructions for use (free users)
In order to use this template, you must credit Slidesgo by keeping the Thanks slide.
For more information about editing slides, please read our FAQs or visit Slidesgo School:
https://slidesgo.com/faqs and https://slidesgo.com/slidesgo-school
Instructions for use (premium users)
In order to use this template, you must be a Premium user on Slidesgo.
For more information about editing slides, please read our FAQs or visit Slidesgo School:
https://slidesgo.com/faqs and https://slidesgo.com/slidesgo-school
Fonts & colors used
This presentation has been made using the following fonts:
Nunito
(https://fonts.google.com/specimen/Nunito)
Abril Fatface
(https://fonts.google.com/specimen/Abril+Fatface)
PHASE 1
Task 1
Task 2
PHASE 2
Task 1
Task 2
PHASE
1
Task 1
Task 2
...and our sets of editable icons
You can resize these icons without losing quality.
You can change the stroke and fill color; just select the icon and click on the paint bucket/pen.
In Google Slides, you can also use Flaticon’s extension, allowing you to customize and add even more icons.
Educational Icons Medical Icons
Business Icons Teamwork Icons
Help & Support Icons Avatar Icons
Creative process Icons Performing Arts Icons
Nature Icons
SEO & Marketing Icons