Rimayanti Sahidun
NIM: 1708044057
Latar Belakang
• Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia, dengan belajar manusia
melakukan perubahan-perubahan individu sehingga tingkah lakunya berkembang.
• Kemampuan mental masing-masing anak dalam menyerap stimulus yang masuk sebagai
proses belajar berbeda antara satu anak dengan anak yang lain. Kemampuan mental yang
berbeda pada masing-masing individu disebabkan oleh perbedaan operasi dari sel-sel otak,
alat-alat indera serta bagian-bagian lain dari sisitem syaraf otak (dalyono, 2001).
• Diagnosis kesulitan belajar adalah upaya untuk memahami jenis dan karakteristik
serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan
mempergunakan berbagai data informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga
memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari
alternative kemungkinan pemecahannya.
Langkah-langkah Diagnosis Kesulitan Belajar
Beberapa gejala sebagai indicator adanya kesulitan belajar pada peserta didik:
Menujukkan prestasi yang rendah dibawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusha dengan
keras tetapi nilainya selalu rendah.
Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura dusta dan
lain-lain.
• Mulyadi memberikan cakupan yang lebih luas mengenai disleksia, yaitu merupakan
kesulitan membaca, mengeja, menulis, dan kesulitan dalam mengartikan atau
mengenali struktur kata-kata yang memberikan efek tetrhadap proses belajar atau
gangguan belajar (Mulyadi, 2010).
Tanda-tanda Disleksia
Berikut ini adalah tanda disleksia di
usia sekolah dasar:
Lambat dalam menulis
Sulit membaca dan mengeja
Sulit konsentrasi
Sering tertukar huruf dengan angka
Susah membedakan kanan dan kiri,
Sulit mengingat alphabet atau atau urutan hari dalam sepekan
mempelajari table
Percaya diri yang rendah
Sulit mengerti tulisan yang ia baca
Masih tetap kesulitan dalam
berpakaian
Jenis-jenis Disleksia
Disleksia Visual: Para penderita disleksia visual tidak memiliki masalah pada
fungsi kebahasaan, hanya saja lemahnya kemampuan mata dalam membaca
serta lemahnya kemampuan otak dalam menerjemahkan huruf-huruf
menyebabkan penderitanya kesulitan dalam memahami tulisan.
Faktor Luar: faktor diluar genetik dan faktor diluar masalah pada diri anak jjuga
turut mengambil peran pada kasus disleksia. Faktor lingkungan mislanya, seperti
bagaimana cara orang tua berkomunikasi, turut membuat seorang anak kesulitan
dalam memperoleh bahasa khususnya pada hal membaca.
Mengatasi Kesulitan Belajar Anak Disleksia
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak
disleksia.
Menggunakan media belajar: Cara mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia yang
pertama adalah dengan menggunakan media belajar. Seperti yang telah disebutkan, anak
disleksia cenderung lebih mudah memahami sesuatu dengan gambar. Untuk itu bisa
menggunakan media belajar berupa gambar untuk membantu memudahkan dalam
mengenalkan huruf, membedakan huruf hingga akhirnya anak disleksia mampu membaca
dan menulis dengan lancar.
Tingkatkan motivasi belajar pada anak: Meningkatkan motivasi belajar bisa dilakukan
dengan membacakan sebuah cerita atau dongeng, kemudian memberitahukan segala
manfaat dan keuntungan yang bisa diperoleh dengan membaca dan menulis. Dengan
demikian anak akan termotivasi dan terdorong untuk bisa membaca dan menulis.
Tingkatkan rasa percaya diri anak: Dengan mengembalikan dan meningkatkan rasa percaya
diri anak, membuat anak disleksia memiliki semangat belajar yang lebih tinggi untuk
mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya.
Lanjutan . . .
Sebaiknya jangan meminta anak untuk membaca keras di kelas. Hal ini akan membuat
anak disleksia menjadi takut dan cemas yang bisa mengakibatkan hilangnya harga diri,
dan bahkan juga rasa penolakan di kelas.
Anak disleksia sebaiknya diminta untuk duduk paling depan sehingga pandangannya ke
arah papan tulis dan tidak terhalang sama sekali.
Pekerjaan rumah sebaiknya ditulis secara jelas sebelum pelajaran berakhir karena anak
disleksia butuh waktu banyak untuk memahami tulisan. Jika PR diberikan di tengah
pelajaran, bisa jadi anak disleksia belum menangkap hal ini dan orang tua tidak bisa
membantunya. Akibat selanjutnya anak menjadi cemas ke sekolah karena takut
dihukum oleh gurunya karena tidak mengerjakan PR.
lanjutan . . .
Kreatif: hubungkan huruf-huruf dengan kehidupan nyata. Hal-hal ini akan
membentuk anak disleksia memvisualisasikan setiap lambang huruf dengan
mudah. Mislanya “O” seperti donat, “S” seperti ulat yang sedang berjalan.