Anda di halaman 1dari 17

Gabungan Tindak Pidana

(Samenloop-Concursus)

Bidang Studi Hukum Pidana


FHUI
Tujuan adanya ketentuan
Gabungan Tindak Pidana

 Untuk memberikan pedoman bagi Hakim dalam


menjatuhkan hukuman, jika terjadi perkara yang
terdiri dari beberapa tindak pidana;
 Jangan sampai terjadi kesewenang-wenangan hakim
dalam menjatuhkan putusan dengan kumulasi yang
tidak terbatas
 Bukan gabungan tindak pidana bila beberapa tindak
pidana terjadi namun tindak pidana2 tersebut telah
diatur dalam satu pasal. Mis Ps. 339; 363; 365 KUHP.
Pengertian
• Beberapa tindak pidana, yang dilakukan
baik dengan 1 atau lebih dari 1 perbuatan
 Gabungan tindak pidana dapat
dilakukan lebih dari 1 orang
• Di antara beberapa tindak pidana itu
belum ada putusan Hakim
• Beberapa tindak pidana tsb akan diadili
sekaligus
• Delik tertinggal sebagai pengecualian
Pengaturan dalam KUHP

1. Concursus Idealis (eendaadsche samenloop), Psl 63:


• Perbarengan tindakan tunggal
• gabungan tindak pidana dengan 1 perbuatan
2. Voortgezette Handeling, Psl. 64:
• Perbarengan tindakan berlanjut
• Gabungan tindak pidana sebagai perbuatan berlanjut
• Perbuatan berlanjut
3. Concursus Realis (meerdaadsche samenloop), Psl. 65-71:
• Perbarengan tindakan jamak
• Gabungan tindak pidana dengan beberapa perbuatan
Ruang Lingkup

1. Concursus Idealis/
Eendaadsche Samenloop.
Menurut R. Sianturi terdapat pembagian atas CI, sbb:
a. Concursus Idealis Homogenius, dengan 1
perbuatan melanggar satu peraturan pidana yang
sama beberapa kali, co: satu tembakan mengenai
2 orang sekaligus, 2x melanggar Ps. 338 KUHP
b. Concursus Idealis Heterogenius, dengan 1
perbuatan melanggar beberapa peraturan pidana
yang berbeda, co: memperkosa wanita di taman;
melanggar Ps. 285 dan Ps. 281 sekaligus dengan 1
perbuatan.
Stelsel Pemidanaan
1. Untuk Concursus Idealis :
Absorpsi Murni, dijatuhkan 1 jenis pidana
saja yakni yang terberat
(Ps. 63 ayat 1);
2. Ps. 63 ayat (2) : lex specialis derogat legi
generali, co: seorang Ibu yang membunuh
anak krn takut ketahuan telah melahirkan,
tidak dikenai Ps. 338 tapi Ps. 341 KUHP.
Perbuatan Berlanjut
(Pasal 64 KUHP)

• SSO melakukan beberapa perbuatan


• Perbuatan tsb. masing-masing
merupakan kejahatan atau pelanggaran
• Antara perbuatan2 itu ada hubungan
sedemikian rupa shg harus dipandang
sbg satu perbuatan berlanjut.
Ruang Lingkup

2. Perbarengan Tindakan Berlanjut (Voortgezette


Handeling), Ps. 64 KUHP :
Suatu tindak pidana yang terdiri dari beberapa perbuatan,
di mana perbuatan tsb terdapat hubungan sedemikian rupa
sehingga dipandang sebagai perbuatan berlanjut.
(Absorbsi murni)
Menurut MvT ada 3 syarat :
– Tindakan2 tsb harus timbul dari suatu kehendak jahat
– Masing2 tindakan itu haruslah sejenis
– Tenggang waktu antara masing2 tindak pidana tidak
terlalu lama.
Makna:
“ ada hubungan sedemikian rupa sehingga harus
dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut”
Menurut MvT harus dipenuhi 3 syarat:

1. Harus ada 1 keputusan kehendak


2. Masing-masing perbuatan harus sejenis
3. Tenggang waktu antara perbuatan-
perbuatan itu tidak terlalu lama
Pemidanaan Perbuatan Berlanjut

• Pasal 64 (1): prinsipnya sistem absorpsi


• Pasal 64 (2): ketentuan khusus untuk pemalsuan
dan perusakan mata uang
• Pasal 64 (3): ketentuan khusus untuk kejahatan
ringan
co. 3X penipuan ringan sbg perbuatan berlanjut;
tidak diancam pidana 3 bln penjara (psl. 379), ttp.
4 th penjara (psl 378)
Ruang Lingkup

3, Concursus Realis/Meerdaadsche Samenloop


a. Concursus Realis Homogenus, melakukan
beberapa perbuatan dan dengan perbuatan2 tsb
melanggar suatu ketentuan pidana beberapa kali,
co: dalam 1 bulan membunuh 3x, jd 3x
melanggar Ps. 338.
b. Concursus Realis Heterogenus, beberapa
perbuatan melanggar beberapa peraturan pidana
yang berbeda, co: hari ini mencuri, besok
menganiaya, minggu depan memperkosa, dst,
melanggar Ps. 362, 351, dan 285.
Pemidanaan Meerdaadsche Samenloop

1. Ps. 65 ayat (1): kejahatan dgn ancaman pidana


pokok sejenis: kumulasi terbatas, seluruh pidana yg
diancamkan secara kumulasi tp tidak boleh
melebihi pidana terberat + 1/3.
2. Ps. 66 ayat (1) : concursus realis berupa kejahatan
dgn ancaman pidana pokok yg tdk sejenis :
kumulasi terbatas;
3. Ps. 66 ayat (2); jo ps. 30 KUHP
Stelsel Pemidanaan
4. Ps. 67 : jika salah satu tindak pidana dijatuhkan
hukuman mati atau penjara seumur hidup, maka tidak
boleh dijatuhkan pidana lainnya kecuali pencabutan
hak-hak tertentu
5. Ps. 69: pidana mati, penjara SU, penjara sementara
waktu (ps. 340)  pidana mati
6. Ps. 70 : kejahatan dgn pelanggaran atau pelanggaran
dgn pelanggaran : kumulasi murni.
Pasal 70 bis KUHP

• Concursus realis
• Kejahatan-kejahatan ringan: psl 302 (1),
psl 352, psl 364, psl 373, psl 379, psl 482
• Dianggap sebagai pelanggaran
• Tetapi: jika dijatuhkan pidana penjara
maksimal 8 bulan
Pasal 71 KUHP
(Delik yang tertinggal)

• Contoh:
A melakukan TP :
- Pencurian (Psl. 362) pada tgl. 1 Mei ’98
- Penganiayaan (Psl. 351 (2)) pd tgl. 6 Juni ’98
- Penipuan (psl. 378) pd tgl. 4 Juli ‘98
Tertangkap pada bln Agustus ’98, diadili pd bln
Desember ’98 dan dijatuhi pidana penjara 6
tahun
Lanjutan …

• Kemudian diketahui bahwa pada tgl. 15 Juni


1998, A bersama B melakukan pembunuhan
(psl. 338) thd. X
• Berapa pidana maksimal untuk A atas
pembunuhan thd. X
• Rumus:
Pidana maks utk TP yang diketahui belakangan
(P2) = Pidana maks jika diadili sekaligus (Ps) –
Pidana yang telah dijatuhkan (P1)

Anda mungkin juga menyukai