Anda di halaman 1dari 17

KAEDAH

KESHAHIHAN
SANAD DAN MATAN
HADIS
KONSEP MAP
WAHYU
Terdiri dari ALLAH terdiri dari

AL-QUR’AN AL-HADIS

Dikaji secara dikaji secara terdiri dari


terdiri dari
INSTRINS EKSTRINSI ILMU ILMU
IK K RIWAYAH DIRAYAH

Bicara tentang bicara tentang bicara tentang


bicara tentang
PENGENALAN HADIS,
NUZUL AL-QUR’AN,
SEJARAH KODIFIKASI
KODIFIKASINYA,
NYA,
PENAFSIRANNYA
STUDI TENTANG SANAD
PENGENALAN AL-
QUR’AN, KRITIK SANAD,
KADUNGANNYA, KRITIK MATAN,
KEMU’JIZATANNYA PEMAHAMAN HADIS
KAEDAH KESHAHIHAN SANAD
 Ulama sudah menetapkan bahwa ada 5
kaedah yang harus dipenuhi, yaitu:
1. MUTTASIL.
Yang dimaksud dengan muttasil adalah
kebersambungan sanad hadis dari perawi
yang pertama sampai yang terakhir.
Untuk mengetahui kebersambungan itu, yang
harus dilakukan adalah:
a. Mencatat seluruh nama perawi yang ada
dalam rangkaian sanadnya.
b. Mempelajari sejarah biografinya dengan tujuan untuk
mengetahui tentang hubungannya dengan perawi yang
di atas dan di bawah. Hal ini bisa dilihat dari masa
hidupnya (tahun kelahiran dan kematian) dan
kemungkinan bertemunya (melihat tempat atau tempat
belajar).
Jadi yang dimaksud dengan hadis muttasil yakni :
A. Seluruh perawi dalam sanad tersebut betul-betul siqah
(adil dan dabit)
B. Antara masing-masing perawi dalam sanad telah
terjadi hubungan periwayatan secara sah.
2. KEDUA BERSIFAT ‘ADIL
Adil yang dimaksud disini bukan adil dalam pengertian
membagi sama rata atau sama besar.
 Tetapi adil yang dimaksud disini adalah berkaitan
dengan kepribadian perawi, seperti jujur, istiqamah,
tidak pernah melakukan dosa besar, jarang sekali
melakukan dosa kecil, dll.
 Karena itu, istilah yang sering digunakan untuk
menyebut perawi yang adil adalah Tsiqah (terpercaya).
 Cara menetapkannya yakni :
 A. Popularitas keutamaan perawi dikalangan ulama
hadis.
 B. Penilaian dari para kritikus perawi hadis
 C. Penerapan kaedah jarh wa ta’dil

KETIGA DHABIT
Secara bahasa dhabit berarti kokoh, kuat, mantap.
Dhabit yang dimaksudkan disini adalah berkaitan
dengan kekuatan hafalan perawi.
 Ada tiga hal yang perlu diketahui dalam hal dhabit nya
seorang perawi:
1. Memahami dengan baik hadis yang diterima.
2. Hafal dengan baik hadis yang diterima.
3. Dapat menyampaikan dengan baik hadis itu kepada
orang lain, kapanpun.
Kaedahnya :
a. Berdasarkan kesaksian ulama
b. Kesesuaian riwayatnya dengan perawi yang lain.
c. Jarang melakukan kesalahan
KEEMPAT TERHINDAR DARI SYADZ
Syadz berarti kejanggalan. Jadi syadz yang dimaksudkan
disini adalah kejanggalan yang terdapat dalam sebuah
hadis.
 Kejanggalan tersebut bisa terjadi apabila
seorang perawi meriwayatkan sebuah hadis
yang kontradiksi dengan hadis yang lain.
 Contoh: Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu
Uyainah dan Hammad bin Zaid, tentang
warisan. Menurut ulama hadis Hammad lebih
adil dan dhabit dari Uyainah.
KELIMA TERHINDAR DARI ILLAT
Illat berarti sebab. Illat yang dimaksud disini
adalah suatu sebab yang membuat sebuah
hadis menjadi rusak /turun kualitasnya.
 Di antara illat yang sering terjadi dalam
periwayatan hadis adalah:
1. Terjadinya kesalahan dalam penyebutan
nama perawi.
2. Terjadinya pencampuran antara satu hadis
dengan hadis yang lain.
3. Status hadis tidak sampai kepada Nabi
SAW.
MODEL-MODEL PERIWAYATAN
HADITS
Ada dua model yang digunakan para sahabat (rawi) dalam meriwayatkan hadits dari
nabi, yakni :
1. Periwayatan bil-lafzi
yaitu periwayatan hadits yang redaksi atau matannya persis sama dengan apa yang
diucapkan oleh nabi.
2. Periwayatan bil makna
 yaitu periwayatan hadits yang redaksi atau matannya tidak persis sama dengan
apa yang di ucapkan Nabi, namun maknanya sama dengan yang dimaksudkan oleh
Nabi. Istilah dalam periwayatan yang sering digunakan oleh para mudawwin
hadits berbeda-beda diantaranya :
 *Akhrajahu Syaikhani
 artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
 *Akhrajahu Tsalatsah
 artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi, dan An Nasa’i.
 *Akhrajahu Arba’ah
 artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi, An Nasa’i,
dan Ibnu Majjah.
 *Akhrajahu Khamsah
 artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi, An Nasa’i,
Ibnu Majjah, dan Imam Ahmad.
 *Akhrajahu Sittah
 artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Daud,
Tirmidzi, An Nasa’i, dan Ibnu Majjah.
 *Akhrajahu Sab’ah
 artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Daud,
Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majjah, dan Imam Ahmad.
 *Akhrajahu Jama’ah
 artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh banyak ulama Hadits.
KAEDAH KESHAHIHAN MATAN
 Para ulama sudah menetapkan bahwa kaedah
keshahihan matan hadis ada dua:
1. TERHINDAR DARI SYADZ.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa syadz
merupakan kejanggalan dari sebuah hadis
karena kontradiksi dengan hadis yang lain.
Kejanggalan yang dimaksud disini adalah
terjadinya kontradiksi antara matan satu hadis
dengan matan hadis yang lain yang lebih
banyak.
 Tanda-tanda matan hadis yang mengandung
kejanggalan dapat dilihat dari 4 hal:
1. Matannya kontradiksi dengan al-Qur’an.
2. Matannya kontradiksi dengan hadis mutawatir.
3. Matannya kontradiksi dengan akan sehat.
4. Matannya kontradiksi dengan sejarah.
Contohnya: Hadis tentang kutukan malaikat
terhadap istri yang menolak berhubungan sek
atas ajakan suaminya. Hadis ini secara
implisit kontradiksi dengan petunjuk al-Qur’an.
 KEDUA TERHINDAR DARI ILLAT
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya
bahwa illat merupakan sesuatu yang
menyebabkan hadis menjadi rusak nilainya.
Disini yang rusak adalah matan hadis.
Salah satu sebabnya adalah jika terjadi
kesalahan dalam menyebutkan matan hadis,
seperti bercampurnya antara satu hadis
dengan hadis yang lain, atau terjadi
penghilangan sebagian matan hadis.
Contohnya: Hadis tentang wanita sebagai
sumber kesialan atau malapetaka.
METODE PEMAHAMAN
HADIS

1. TEKSTUAL
KONTEKSTUAL
2. TEMATIK
3. KOMPROMI
4. NASIKH MANSUKH
TEKSTUAL KONTEKSTUAL

 Pemahaman terhadap sebuah hadis bisa dilakukan


dengan pendekatan tekstual (berdasarkan teks
yang tertulis) dan kontekstual (mengacu kepada
konteksnya).
 Contohnya: Hadis tentang larangan wanita menjadi
pemimpin.
 Jika hadis tersebut dipahami secara tekstual, maka
wanita tidak dibolehkan menjadi
pemimpin/presiden.
 Tapi jika dipahami secara kontekstual, maka
pemahamannya adalah ada saatnya wanita dilarang
jadi pemimpin, ada kalanya wanita dibolehkan jadi
pemimpin.
NASIKH MANSUKH
 Nasikh mansukh artinya dihapus dan
menghapus. Jadi maksudnya di sini adalah
ada hadis yang dihapus kan dan ada hadis
yang menghapus.
 Contohnya: Hadis tentang ziarah kubur.
 Hadis pertama melarang orang untuk ziarah
kubur (hadis yang dihapus) . Kemudian
datang hadis kedua yang membolehkan
orang untuk ziarah kubur (hadis yang
menghapus).
 Dari dua hadis tersebut, maka yang
diamalkan adalah hadis yang membolehkan.
TEMATIK
 Pemahaman hadis dengan metode tematik lebih
menfokuskan pada kesamaan tema antara beberapa
hadis.
 Contohnya: Hadis tentang memanjangkan celana
atau sarung melebihi mata kaki.
 Hadis tersebut berjumlah sekitar 6 sampai 8 hadis.
Sebagian memang berisi larangan melebihkan
sarung atau celana melebihi mata kaki. Sebagian lagi
menyatakan yang sebaliknya. Sebagiannya lagi
menyebutkan larangan tapi diikuti dengan sikap
sombong.
 Dengan pemahaman tematik, maka larangan tersebut
bukanlah bersifat mutlak, tapi tergantung sikapnya.

Anda mungkin juga menyukai