KESHAHIHAN
SANAD DAN MATAN
HADIS
KONSEP MAP
WAHYU
Terdiri dari ALLAH terdiri dari
AL-QUR’AN AL-HADIS
KETIGA DHABIT
Secara bahasa dhabit berarti kokoh, kuat, mantap.
Dhabit yang dimaksudkan disini adalah berkaitan
dengan kekuatan hafalan perawi.
Ada tiga hal yang perlu diketahui dalam hal dhabit nya
seorang perawi:
1. Memahami dengan baik hadis yang diterima.
2. Hafal dengan baik hadis yang diterima.
3. Dapat menyampaikan dengan baik hadis itu kepada
orang lain, kapanpun.
Kaedahnya :
a. Berdasarkan kesaksian ulama
b. Kesesuaian riwayatnya dengan perawi yang lain.
c. Jarang melakukan kesalahan
KEEMPAT TERHINDAR DARI SYADZ
Syadz berarti kejanggalan. Jadi syadz yang dimaksudkan
disini adalah kejanggalan yang terdapat dalam sebuah
hadis.
Kejanggalan tersebut bisa terjadi apabila
seorang perawi meriwayatkan sebuah hadis
yang kontradiksi dengan hadis yang lain.
Contoh: Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu
Uyainah dan Hammad bin Zaid, tentang
warisan. Menurut ulama hadis Hammad lebih
adil dan dhabit dari Uyainah.
KELIMA TERHINDAR DARI ILLAT
Illat berarti sebab. Illat yang dimaksud disini
adalah suatu sebab yang membuat sebuah
hadis menjadi rusak /turun kualitasnya.
Di antara illat yang sering terjadi dalam
periwayatan hadis adalah:
1. Terjadinya kesalahan dalam penyebutan
nama perawi.
2. Terjadinya pencampuran antara satu hadis
dengan hadis yang lain.
3. Status hadis tidak sampai kepada Nabi
SAW.
MODEL-MODEL PERIWAYATAN
HADITS
Ada dua model yang digunakan para sahabat (rawi) dalam meriwayatkan hadits dari
nabi, yakni :
1. Periwayatan bil-lafzi
yaitu periwayatan hadits yang redaksi atau matannya persis sama dengan apa yang
diucapkan oleh nabi.
2. Periwayatan bil makna
yaitu periwayatan hadits yang redaksi atau matannya tidak persis sama dengan
apa yang di ucapkan Nabi, namun maknanya sama dengan yang dimaksudkan oleh
Nabi. Istilah dalam periwayatan yang sering digunakan oleh para mudawwin
hadits berbeda-beda diantaranya :
*Akhrajahu Syaikhani
artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
*Akhrajahu Tsalatsah
artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi, dan An Nasa’i.
*Akhrajahu Arba’ah
artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi, An Nasa’i,
dan Ibnu Majjah.
*Akhrajahu Khamsah
artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi, An Nasa’i,
Ibnu Majjah, dan Imam Ahmad.
*Akhrajahu Sittah
artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Daud,
Tirmidzi, An Nasa’i, dan Ibnu Majjah.
*Akhrajahu Sab’ah
artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Daud,
Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majjah, dan Imam Ahmad.
*Akhrajahu Jama’ah
artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh banyak ulama Hadits.
KAEDAH KESHAHIHAN MATAN
Para ulama sudah menetapkan bahwa kaedah
keshahihan matan hadis ada dua:
1. TERHINDAR DARI SYADZ.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa syadz
merupakan kejanggalan dari sebuah hadis
karena kontradiksi dengan hadis yang lain.
Kejanggalan yang dimaksud disini adalah
terjadinya kontradiksi antara matan satu hadis
dengan matan hadis yang lain yang lebih
banyak.
Tanda-tanda matan hadis yang mengandung
kejanggalan dapat dilihat dari 4 hal:
1. Matannya kontradiksi dengan al-Qur’an.
2. Matannya kontradiksi dengan hadis mutawatir.
3. Matannya kontradiksi dengan akan sehat.
4. Matannya kontradiksi dengan sejarah.
Contohnya: Hadis tentang kutukan malaikat
terhadap istri yang menolak berhubungan sek
atas ajakan suaminya. Hadis ini secara
implisit kontradiksi dengan petunjuk al-Qur’an.
KEDUA TERHINDAR DARI ILLAT
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya
bahwa illat merupakan sesuatu yang
menyebabkan hadis menjadi rusak nilainya.
Disini yang rusak adalah matan hadis.
Salah satu sebabnya adalah jika terjadi
kesalahan dalam menyebutkan matan hadis,
seperti bercampurnya antara satu hadis
dengan hadis yang lain, atau terjadi
penghilangan sebagian matan hadis.
Contohnya: Hadis tentang wanita sebagai
sumber kesialan atau malapetaka.
METODE PEMAHAMAN
HADIS
1. TEKSTUAL
KONTEKSTUAL
2. TEMATIK
3. KOMPROMI
4. NASIKH MANSUKH
TEKSTUAL KONTEKSTUAL