KELOMPOK III
Fitrah Andi
Nurmasyita
Pasinringi
Hasliana Nurfadillah
Nur Arthika
Megawati
Putri
Putri Imarwani
Idil Akbar Ansar
M
Teori Asam dan Basa
Teori Asam dan Basa
a. Teori asam dan basa Arrhenius
Di tahun 1886, Arrhenius mengusulkan teori disosiasi elektrolit, dengan teori ini ia mendefinisikan asam
basa sebagai berikut : Asam adalah zat yang menghasilkan ion hidrogen dalam larutan. Basa adalah zat
yang menghasilkan ion hidroksida dalam larutan.
Penetralan terjadi karena ion hidrogen dan ion hidroksida bereaksi untuk
menghasilkan air. Asam hidroklorida (asam klorida) dinetralkan oleh kedua larutan natrium hidroksida dan
larutan amonia. Pada kedua kasus tersebut, kita akan memperoleh larutan tak berwarna yang dapat kita
kristalisasi untuk mendapatkan garam berwarna putih, baik itu natrium klorida maupun amonium klorida.
Keduanya jelas merupakan reaksi yang sangat mirip.
Pada kasus natrium hidroksida, ion hidrogen dari asam bereaksi dengan ion hidroksida dari natrium
hidroksida – sejalan dengan teori Arrhenius. Akan tetapi, pada kasus amonia, tidak muncul ion hidroksida
sedikit pun! kita bisa memahami hal ini dengan mengatakan bahwa amonia bereaksi dengan air yang
melarutkan amonia tersebut untuk menghasilkan ion amonium dan ion hidroksida:
NaOH + HCl → NaO + H2O
NH3 + HCl → NH4O
Teori Asam Basa
Pada kasus natrium hidroksida, ion hidrogen dari asam bereaksi dengan ion hidroksida dari natrium
hidroksida – sejalan dengan teori Arrhenius. Akan tetapi, pada kasus amonia, tidak muncul ion hidroksida
sedikit pun. kita bisa memahami hal ini dengan mengatakan bahwa amonia bereaksi dengan air yang
melarutkan amonia tersebut untuk menghasilkan ion amonium dan ion hidroksida
NH3 + H2O → NH4 + H2O
Reaksi ini merupakan reaksi reversibel, dan pada larutan amonia encer yang khas, sekitar 99% sisa amonia
ada dalam bentuk molekul amonia. Meskipun demikian, pada reaksi tersebut terdapat ion hidroksida, dan kita
dapat menyelipkan ion hidroksida ini ke dalam teori Arrhenius. Akan tetapi, reaksi yang sama juga terjadi antara
gas amonia dan gas hidrogen klorida.
NH3 + HCl → NH4Cl
Pada kasus ini, tidak terdapat ion hidrogen atau ion hidroksida dalam larutan – karena bukan merupakan
suatu larutan. Teori Arrhenius tidak menghitung reaksi ini sebagai reaksi asam-basa, meskipun pada faktanya
reaksi tersebut menghasilkan produk yang sama seperti ketika dua zat tersebut berada dalam larutan. Asam
merupakan zat yang memiliki sifat-sifat yang spesifik, misalnya memiliki rasa asam, dapat merusak permukaan
logam juga lantai marmer atau sering disebut dengan korosif. Asam juga dapat bereaksi dengan logam dan
menghasilkan gas hydrogen, sebagai indicator sederhana terhadap senyawa asam, dapat dipergunakan kertas
lakmus, dimana asam dapat mengubah kertas lakmus biru menjadi merah.
Teori Asam Basa
Basa merupakan zat yang memiliki sifat-sifat yang spesifik, seperti licin jika mengenai kulit dan terasa
getir serta dapat merubah kertas lakmus merah menjadi biru.
Konsep asam-basa telah berkembang dan sampai dengan saat ini tiga konsep sangat membantu kita
dalam memahami reaksi kimia dan pembentukan molekul-molekul baru. Asam menurut Arhenius, zat
dikatakan sebagai asam jika dalam bentuk larutannya dapat melepaskan ion H+, dan ion hydrogen merupakan
pembawa sifat asam..
Dibawah ini diberikan dua contoh asam ;
HCl ⇄ H+ + Cl–
H2SO4 ⇄ H+ + HSO4–
Sedangkan basa adalah zat yang alam bentuk larutannya dapat melepaskan ion OH-, dan ion hidroksida
merupakan pembawa sifat basa. Dibawah ini diberikan dua contoh basa :
NaOH ⇄ Na+ + OH–
NH4OH ⇄ NH4+ + OH–
Dari pengertian tersebut dapat kita cermati bahwa air merupakan gabungan dari ion hydrogen pembawa
sifat asam dan ion hidroksida pembawa sifat basa, kehadiran kedua ion ini saling menetralisir sehingga air
merupaka senyawa yang bersifat netral.
H2O ⇄ H+ + OH–
Persamaan diatas menunjukkan adanya ion hydrogen [H+] yang bermuatan positif dan ion hidroksida
[OH–] yang bermuatan negatif. Selanjutnya reaksi-reaksi yang melibatkan kedua ion tersebut dikenal dengan
reaksi netralisasi
Teori Asam Basa
b. Teori asam dan basa Bronsted-Lowry
• Asam adalah donor proton (ion hidrogen).
• Basa adalah akseptor proton (ion hidrogen).
Di tahun 1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus Bronsted (1879-1947) dan kimiawan Inggris Thomas
Martin Lowry (1874-1936) secara independen mengusulkan teori asam basa baru, yang ternyata lebih umum.
Asam : zat yang menghasilkan dan mendonorkan proton (H+) pada zat lain.
Basa : zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain.
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi asam basa, yakni :
HCl(g) + NH3(g) –>NH4Cl(s)
Menurut Lowry dan Bronsted, zat dikatakan sebagai asam karena memiliki kemampuan untuk
mendonorkan protonnya, sedangkan basa adalah zat yang menerima proton, sehingga dalam sebuah reaksi
dapat melibatkan asam dan basa.
Reaksi kekanan NH3 berperan sebagai aseptor proton (basa) dan H2O sebagai donor proton (asam).
Sedangkan reaksi ke kiri, ion amonium (NH4+) dapat mendonorkan protonnya, sehingga berperan sebagai asam,
sering disebut dengan asam konjugasi Untuk ion hidroksida (OH–) dapat menerima proton dan berperan sebagai
basa dan disebut dengan basa konjugasi.
Reaksi diatas menghasilkan pasangan asam basa konyugasi, yaitu asam 1 dengan basa konjugasinya,
dan basa 2 dengan asam konjugasinya.
Teori Asam Basa
Manfaat Teori Asam Basa Menurut brownsted Lowry :
1. Aplikasinya tidak terbatas pada pelaru air,melainkan untuk semua pelarut yang mengandung atom Hidrogen
dan bahkan tanpa pelarut.
2. Asam dan Basa tidak hanya berwujud molekul,tetapi juga dapat berupa anion dan kation.
α=
Indikator Asam dan Basa
Indikator Asam dan Basa
Larutan asam dan basa dapat diidentifikasi melalui ukuran derajat
keasamannya. Asam memiliki pH<7, sedangkan basa memiliki pH>7.
dalam mengenali sifat asam atau basa suatu larutan, kita dapat
menggunakan indicator asam dan basa, yaitu bahan kimia yang dapat
menujukkan warna berbeda dalam larutan asam dan basa. Contohnya
adalah kertas lakmus. Kertas lakmus akan berwarna biru dalam larutan
basa, sedangkan lakmus merah akan berwarna merah dalam larutan
asam. Selain itu, indicator asam dan basa dapat juga menentukan pH.
Indikator Asam dan Basa
Nilai pH dapat diukur dengan:
1. pH meter
2. Trayek perubahan warna indikator asam-basa. Trayek perubahan
warna indikator merupakan batas-batas pH ketika indikator
mengalami perubahan warna. Setiap indikator mempunyai trayek
perubahan warna tertentuk untuk nilai-nilai pH tertentu.
* Bila pH< trayek pH, maka indikator akan menunjukkan warna
asamnya.
* Bila pH> trayek pH, maka indikator akan menunjukkan warna
basa.
Indikator Asam dan Basa
Tabel trayek perubahan Warna beberapa Indikator
Oksida basa adalah oksida logam yang saat bereaksi dengan air akan menghasilkan basa:
Oksida basa akan bereaksi dengan larutan asam membentuk garam dan air
Reaksi Ion (larutan elektrolit terurai menjadi ion2nya dan yang mengendap tidak diuraikan).
Reaksi ion bersihnya (ion2 yang sama di ruas kiri dan kanan dihilangkan)
Ba2+(aq) + SO42-(aq) ---> BaSO4(s)