Anda di halaman 1dari 48

Departemen Agroekoteknologi

Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Medan

KLASIFIKASI TANAH
Tim Dasar Ilmu Tanah
Tujuan Instruksional
• Memahami prinsip dasar klasifikasi
tanah
• Menjelaskan sistem klasifikasi tanah di
dunia.
• Menjelaskan tentang sistem klasifikasi
tanah yang digunakan di Indonesia
pada saat sekarang (Soil Taxonomy)
• Memperkenalkan 12 Ordo tanah di
dunia.
PENDAHULUAN
Tanah terbentuk oleh :
 bahan induk,
 iklim,
 topografi,
 vegetasi dan
 waktu.
bahan induk,
iklim,
topografi, tidak sama di semua tempat
vegetasi dan
waktu.

Tanah yang terbentuk tidak sama


(Berbagai macam Tanah)
Objek berbeda (Tanah)
Untuk memudahkan
mengingat dan
mengkomunikasikan

Objek (Tanah) diberi Nama

• Tanah Pasir
•Tanah Liat
•Tanah Merah
•Tanah Hitam
• Pengelompokan tanah-tanah atas
karakteristik yang sama dan
memberikan nama tertentu
diistilahkan sebagai
Klasifikasi Tanah.
Tujuan Klasifikasi tanah :
• membuat suatu kerangka hubungan
antara tanah dan lingkungan.
• menetapkan kelompok-kelompok tanah
yang berguna dan interpretasi yang dapat
dibuat.
Misal potensi produksi, bahaya erosi.
Pendekatan Klasifikasi Tanah

• Klasifikasi alami,
mengelompokan tanah atas dasar
beberapa sifat, ciri atau genesis
tanah, tanpa referensi penggunaanya.

Misal : Klasifikasi jenis tanah


• Klasifikasi tanah Teknikal,
mengelompokkan tanah berdasarkan
beberapa sifat atau fungsi tanah yang
berhubungan langsung dengan
penggunaan tertentu.

Misal : Klasifikasi kesesuaian lahan


Klasifikasi Tanah Alami

• Selalu dikatakan sebagai Klasifikasi


Tanah saja.
• Banyak sistem klasifikasi yang telah
dibuat, umumnya bersifat lokal.
Misal di Indonesia, dikenal :
Klasifikasi Dudal & Soepraptohardjo.
Klasifikasi Internasional
• Sekarang dikenal 2 sistem klasifikasi
yaitu :

1. World Reference Base for Soil


Classification
(WRB- Soil Classification)
2. Soil Taxonomy
(Taksonomi Tanah)
World Reference Base for Soil
Classication (WRB-Classification)
• Sistem klasifikasi didasarkan kepada
morfologi tanah yang merupakan
pengaruh genesis tanah.
• Menggabungkan konsep klasifikasi
tanah moderen, termasuk Soil
Taxonomy, Legenda Peta Tanah
Dunia FAO dan Rèfèrenctial
Pèdologigue.
Prinsip Klasifikasi
• Klasifikasi didasarkan pada sifat –sifat
tanah seperti horizon dan sifat penciri
yang dapat diamati dan diukur.
• Horizon dan sifat penciri diseleksi, yang
digunakan yang berhubungan dengan
proses pembentukan tanah.
• Mengakomodasi nama-nama tanah dari
beberapa negara.
Terdiri dari 2 kategori :

• Soil Group,
merupakan kategori tingkat tinggi,
dibedakan menurut proses pedogenesis
utama dan bahan induk tanah yang
spesifik.
terdiri atas 32 group tanah.
• Kategori lebih rendah,
dibedakan menurut kualifikasi
pembentukan tanah sekunder yang
mempengaruhi kemampuan tanah.
1 Tanah-tanah dengan lapisan organik yang tebal Histosol
Tanah-tanah dengan pengaruh manusia yang kuat
2 Tanah-tanah dengan penggunaan untuk peranian Anthrosol
yang intensif dan cukup lama

3 Tanah-tanah yang mengandung banyak artefak Technosol


Tanah-tanah dengan perakaran terbatas karena permafrost atau batuan
tipis

4 Tanah-tanah yang dipengaruhi oleh es Cryosol


5 Tanah-tanah yang tipis atau sangat berkrikil Leptosol
Tanah-tanah yang dipengaruhi oleh air
6 Kondisi basah-kering bergantian, kaya akan liat yang Vertisol
mengembang
7 Dataran banjir, rawa pasang surut Fluvisol
8 Tanah-tanah alkalin Solonetz
9 Diperkaya oleh garam selama evaporasi Solonchak
10 Tanah-tanah yang dipengaruhi oleh air tanah Gleysol
Tanah-tanah yang disusun oleh kimia Fe/Al
11 Alofan atau komplek Al-humus Andosol
12 Cheluviasi dan Chiluviasi Podzol
13 Akumulasi Fe pada keadaan hidromorfik Plinthosol
14 Liat aktivitas rendah, fiksasi P, struktur kuat Nitisol
15 Dominan Kaolinit dan Sesquioksida Ferralsol
Tanah-tana dengan air tergenang
16 Tekstur kasar terputus-putus (discontinuity) Planosol
17 Berstruktur atau tekstur sedang terputus-putus Stagnosol
Akumulasi bahan organik, berstatus basa tinggi
18 Tipikal mollik Chernozem
19 Transisi ke iklim kering Kastanozem
20 Transisi ke iklim lebih humid Phaeozem
Akumulasi garam kurang larut atau bahan-bahan non salin
21 Gypsum Gypsisol
22 Silika Durisol
23 Kalsium karbonat Calcisol
Tanah-tanah dengan sub soil yang diperkaya oleh liat
24 Lidah albeluvik Albeluvisol
25 Status basa rendah, liat aktivitas tinggi Alisol
26 Status basa rendah, liat aktivitas rendah Acrisol
27 Status basa tinggi, liat aktivitas tinggi Luvisol
28 Status basa tinggi, liat aktivitas rendah Lixisol
Tanah-tanah relatif muda atau tanah-tanah dengan sedikit atau tanpa
perkembangan profil
29 Dengan top soil gelap-asam Umbrisol
30 Tanah-tanah berpasir Arenosol
31 Tanah-tanah dengan perkembangan sedang Cambisol
32 Tanah-tanah dengan perkembangan profil yang tak Regosol
nyata
• Sistem klasifikasi WRB digunakan di
negara-negara Eropa, jarang
digunakan di Indonesia, kecuali
projek FAO.
Soil Taxonomy

• Dikembangkan oleh USA, dengan lembaga


USDA
• Didasarkan kepada pengamatan horizon
dan sebagian sifat penciri tanah.
• Proses pembentukan tanah tidak
diperhatikan.
• Himpunan Ilmu Tanah Indonesia
(HITI) pada Kongres Nasional V di
Medan 1989, memutuskanuntuk
menggunakan Soil Taxonomy
(Taksonomi Tanah) secara nasional
di Indonesia.
• Juga dianut oleh beberapa negara
Asia.
Prinsip klasifikasi
• Terdiri atas beberapa kategori
(mulikategori), seperti taksonomi
tumbuhan. Umum
Ordo
Sub Ordo
Great Group
Sub Group
Famili
Seri Khusus
• Ordo, satu kata dan diakhiri Andisol
dengan ‘sol’.
• Sub ordo, menceritakan tentang Cryand
suatu sifat (misalnya iklim).
• Great Group, tiga kata, Duricryand
penambahan informasi tentang
horizon.
• Sub Group, dua kata Aquic Duricryand
penambahan banyak informasi.
• Famili, nama tercantum 5-6 kata. Medial-skeletal,
amorphic Aquic
Duricryand
• Seri, nama tunggal tanpa Groushill
informasi.
Contoh :
Ordo Inseptisol

Subordo Ochrept

Great Group Xerochrept


Sub Group Typic xerochrept

Famili Coarse-loamy,mixed, thermic


xerochrept
Seri Escondido
• Kriteria pembeda dapat diamati dan
diukur secara kuantitatip
• Batas klas tanah didefenisikan
dengan jelas
• Defenisi tanah memberi pengertian
yang sama bagi setiap pemakai.
• Air tanah dan rejim temperatur
digunakan secar bersama dengan
sifat tanah.
Ordo Deskripsi Dasar Elemen
Formatif
Alfisol Tanah-tanah iklim humid dan sub humid dengan horizon alf
permukaan terakumulasi liat, tidak tercuci kuat, umumnya
didaerah hutan
Andisol Tanah-tanah yang terbentuk oleh abu volkanis dan and
mengandung komponen alumunium-organik
Aridisol Tanah-tanah yang terbentuk di iklim kering, rendah bahan id
organik dan selalu memiliki horizon permukaan dengan
akumulasi garam
Entisol Tanah-tanah yang horizon permukaan tak cukup karena ent
akumulasi bahan induk masih baru atau karena erosi terus-
menerus, umumnya pada dataran banjir dan di pegunungan
serta pada areal lahan yang buruk
Gelisol Tanah-tanah dengan hancuran iklim (weathering) lemah el
terbentuk di areal yang mengandung permafrost (es) di dalam
profil tanah.
Histosol Tanah-tanah dengan lapisan atas sangat kaya bahan organik ist
(> 25 %) dan kandungan bahan mineral relatif sedikit.
Inseptisol Tanah-tanah dengan horizon lapisan bawah berkembang cukup ept
lemah, sedikit atau tanpa sub soil yang terakumulasi liat karena
tanah muda atau iklim tidak memungkinkan untuk percepatan
hancuran iklim.
Mollisol Tanah-tanah mineral semiarid dan padang rumput berketinggian oll
sedang sub humid yang mempunyai horizon A gelap kaya bahan
organik dan tidak tercuci kuat.
Oksisol Tanah-tanah sangat tua, sangat tercuci dan hancuran iklim yang ox
kuat dengan lapisan bawah yang terakumulasi Fe dan Al oksida.

Spodosol Tanah-tanah yang terbentuk di iklim dingan, lembab yang od


memiliki horizon B yang telah berkembang baik dengan
akumulasi Al dan Fe oksida, terbentuk dibawah vegetasi pinus
pada bahan induk berpasir
Ultisol Tanah-tanah dengan horizon lapisan bawah yang terakumulasi ult
liat, tercuci kuat (tetapi tidak sekuat Oksisol), umumnya
ditemukan di iklim humid dan sub tropis
Vertisol Tanah yang berkembang cukup dalam, rekahan lebar bila ert
kering(mengkerut dan mengembang) karena tingginya
kandungan liat (> 35 %) dan tidak tercuci kuat
Bk
ice

Bo
Alfisol
Konsepsi sentral Alfisol (pedalfer, tanah
mengandung Al dan Fe) adalah tanah-tanah yang
perkembangannya sudah cukup lanjut, dengan
profil yang dicirikan oleh sekuen horizon A/E/Bt/C,
bewarna merah kuning, dan menunjukkan adanya
kenaikan kandungan liat dengan bertambahnya
kedalaman, yaitu terbentuknya horizon bawah
akumulasi liat (disebut horizon B-argilik) yang
memiliki kandungan basa-basa tinggi, kejenuhan
basa pH 7 > 50 %.

Di Indonesia tanah ini menyebar di wilayah yang


relatif agak kering sampai kering. Dominan
ditemukan di Maluku 0,97 juta ha, Sulawesi
Tengah 0,63 juta ha, Sulawesi Utara 0,60 juta ha,
Sulawesi Selatan 0,57 juta ha, Nusa Tenggara
Barat 0,49 juta ha, dan Jawa Timur 0,45 juta ha.
Andisol
Konsep pokok dari Andisol (ando, tanah hitam)
adalah tanah-tanah yang muda dengan prodil
A/B/C atau A/C , gembur, ringan dan porous,
tanah bagian atas berwarna gelap/hitam,
bertekstur sedang ( lempung, lempung berdebu),
terasa licin seperti sabun (smeary) apa bila dipirid,
dan secara khusus terbentuk dari bahan piroklastik
yang kaya gelas volkan.
Asal Andosol adalah tanah abu volkanik kaya
bahan organik, yang terlihatkan horizon A
berwarna hitam, sebagai asal namanya. Nama asli
Andosol berasal dari bahasa Jepang ( an = black
dan do = tanah ).
Di Indonesia Andisol luasnya 5,39 juta ha (2,9 %
dari luas daratan), terdapat luas di Sumatera Utara
1,06 juta ha, Jawa Timur 0,73 juta ha, Jawa Barat
0,50 juta ha, Jawa Tengah 0,45 juta ha, dan
Maluku 0,32 juta ha.
Aridisol
Aridisol adalah tanah yang telah berkembang
dengan profil becirikan sekuen A/Bk/C,
A/Bn/C atau A/Btn/C. Dibentuk didaerah arid
dan semi arid, dimana keadaan yang kering
sesuai untuk akumulasi garam dan
komponen lain dipermukaan dan lapisan
bawah tanah.
Areal yang banyak ditemukan Aridisol adalah
gurun sahara Afrika, gurun Gobi dan gurun
Taklamakan Cina, dan gurun Turkestan
Timur Tengah, Australia. Di Rusia, tanah ini
dinamakan Solonchaks yang sama dengan
Tanah Alkali Putih dan Solonetz yang sama
dengan Tanah Alkali Hitam.
Entisol
Konsep pokok dari Entisol (recent, umur geologi
Holosin) adalah tanah-tanah mineral yang masih
muda atau yang berumur muda (Holosin), tanah
baru diendapkan, atau belum/masih sedikit
mengalami pelapukan atau berasal dari tanah
sisa hasil erosi dicirikan oleh profil A/C atau A/R
Tanah tidak memiliki banyak horizon hanya
berupa lapisan-lapisan tanah, karena beberapa
alasan seperti waktu pembentukannya masih
baru, berada pada lereng atau pada slope yang
tererosi, menerima deposit (endapan) banjir, dan
sebagainya.
Histosol
Konsepsi pokok tanah Histosol (histos, jaringan
tanaman) adalah tanah-tanah yang tersusun
sebagian besar dari bahan tanah organik
(kandungan C-organik > 12 % berat, jika
kandungan liat ≥ 60 % atau diantara keduanya),
yang bahan organiknya berasal dari hasil
dekomposisi jaringan sisa-sisa tumbuhan alami
dan berbagai produk dekomposisinya.
Histosol dicirikan oleh profil O/C atau O/Ab ( b
untuk buried = tertimbun ). Horizon O tanah
relatif tebal dan mengandung sedikitnya 12 %
Karbon organik. dibatasi oleh kondisi iklim
tertentu.

Di Indonesia Histosol terdapat seluas 13,20


juta ha tersebar di Riau 3,87 juta ha, Irian Jaya
3,30 juta ha, Kalimntan Tengah1,99 juta ha,
Kalimantan Barat1,70 juta ha, dan Sumatera
Selatan 1,45 juta ha.
Inseptisol
Konsepsi pokok dari Inseptisol (inceptum, mulai
berkembang) adalah tanah-tanah mineral yang
sudah mulai menunjukkan perkembangan horizon
pedogenik lain.
Inseptisol menandakan awal dari suatu tanah yang
matang dan dicirikan oleh profil A/Bw/C. Horizon B
terbentuk pada tingkat awal dan disebut horizon
Kambik (Bw), yaitu horizon yang hanya warna dan
strukturnya saja yang berbeda dari horizon A.
Tanah ini lebih berkembang dibandingkan dengan
Entisol.
Di Indonesia menyebar sekitar 70,52 juta ha atau
37,5 % dari wilayah daratannya. Menyebar di
semua provinsi, terluas ditemukan di provinsi Irian
Jaya 15,49 juta ha, Kalimantan Timur 6,12 juta ha,
Kalimantan Barat 4,21 juta ha dan Maluku 4,0 juta
ha.
Mollisol
Konsep pokok dari Mollisol (mollis, lunak) adalah
tanah-tanah yang mempunyai kenampakan
morfologi mirip tanah-tanah di padang rumput
(steppe dan praire) dicirikan oleh profil A/Bk/C, yaitu
mempunyai lapisan atas relatif tebal (10 – 40 cm)
berwarna kelabu gelap atau hitam, lunak atau
gembur dan kaya bahan organik (yang disebut
epipedon mollik), dengan reaksi tanah yang
umumnya netral, memiliki horizon bawah argilik atau
kandik, dan kandungan basa-basa tinggi pada
seluruh horizon tanahnya.
Di Indonesia Mollisol terdapat di kawasan Indonesia
Timur. Luasnya diperkirakan mencapai 9,91 juta ha
atau 5,3 %. Di Irian Jaya 5,57 juta ha, Nusa
Tenggara Timur 1,05 juta ha, Maluku 0,53 juta ha,
Kalimantan Timur 0,5 juta ha, Sulawesi Tengah 0,39
juta ha, dan Jawa Timur 0,37 juta ha.
Oksisol
Konsep pokok dari Oksisol (oxide, oksida-oksida)
adalah tanah-tanah di daerah tropika humid yang
sudah mengalami pelapukan atau proses
hancuran iklim yang sangat lanjut, penampang
tanah dalam sampai sangat dalam (> 2 m),
bertekstur liat dengan warna merah gelap sampai
kuning dan kandungan oksida-oksida Fe dan Al
relatif tinggi, sebaliknya kandungan mineral dapat
lapuk (sebagai cadangan mineral) sangat sedikit.
Oksisol adalah tanah yang telah berkembang
dengan profil A/B/C
Di Indonesia Oksisol terdapat luas di Sumatera
Selatan 2,82 juta ha, Irian Jaya 2,41 ha,
Kalimantan Tengah 2,06 juta ha, Kalimantan Barat
1,79 juta ha, Jambi 1,14 juta ha, dan Lampung
1,01 juta ha.
Spodosol
Konsep pokok dari Spodosol (spodos, berwarna abu
kayu) adalah tanah-tanah bertekstur lempung kasar
sampai pasir, yaitu berwarna putih atau putih
kekelabuan seperti warna abu kayu (disebut bahan
albik), dan memiliki horizon bawah yang merupakan
akumulasi humus dan/atau gabungan senyawa Fe
dan Al (disebut horizon spodik).
Spodosol adalah tanah yang berkembang dengan
profil yang dicirikan oleh horizon A/E/Bh atau Bhs/C.

Di Indonesia luasnya diperkirakan 2,16 juta ha, atau


1,1 % dari daratan Indonesia. Penyebaran yang
paling luas terdapat di Kalimantan Tengah sekitar
1,51 juta ha kemudian di Kalimantan Barat 0,42 juta
ha dan Kalimantan Timur 0,15 juta ha.
Ultisol
Konsep pokok dari Ultisol (ultimus, terakhir)
adalah tanah-tanah berwarna merah kuning, yang
sudah mengalami proses hancuran iklim lanjut
sehingga merupakan tanah yang berpenampang
dalam sampai sangat dalam (> 2 m),menunjukkan
adanya kenaikkan kandungan liat dengan
bertambahnya kedalaman yaitu terbentuknya
horizon bawah akumulasi liat (disebut horizon B-
argilik), dengan profil A/E/Bt/C , reaksi agak
masam sampai masam dengan kandungan basa-
basa rendah dengan kejenuhan basa pH 7 < 50
% pada kedalaman 125 cm di bawah batas atas
horizon argilik/kandik atau 180 cm dari
permukaan tanah (pilih yang terdangkal).
Tersebar paling luas di Kalimantan Timur 10,04
juta ha, Irian Jaya 7,62 juta ha, Kalimantan Barat
5,71 juta ha, Kalimantan Tengah 4,81 juta ha, dan
Riau 2,27 juta ha.
Vertisol
Konsepsi utama dari Verisol (verto, terbalik-balik)
adalah tanah-tanah yang sebagian terbesar
berwarna kelabu gelap/hitam, bertekstur liat/liat
berat, yang rekah-rekah (cracks) karena
mengkerut di musim kemarau dan sangat
memadat dan sangat lekat karena mengembang
di musim hujan. Pengaruh ini disebabkan oleh
adanya mineral smektit atau montmorillonit di
fraksi liat.
Di Indonesia tanah Vertisol luas ditemukan di
Jawa Timur 0,96 juta ha, Jawa Tengah 0,40 juta
ha, Sulawesi Selatan 0,22 juta ha, Nusa
Tenggara Timur 0,198 juta ha, dan Nusa
Tenggara Barat 0,125 juta ha.
Gelisol

Gelisol adalah tanah yang berkembang di


daerah yang beriklim es (Cryos). Dicirikan
oleh adanya bahan gelik dan permafrost.
Bahan gelik adalah bahan tanah mineral
atau tanah organik yang menunjukkan
adanya Cryoturbasi (percampuran bahan
tanah oleh pembekuan air) atau segregasi
es pada lapisan aktif (lapisan yang
mengalami beku dan cair bergantian)
dan/atau bagian atas permafrost.

Anda mungkin juga menyukai