Anda di halaman 1dari 35

PSIKOFARMAKA

Psikotropika adalah obat yang bekerja secara selektif pada


Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama
terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk
terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap
taraf kualitas hidup pasien.

Perubahan dan kemajuan besar dalam farmakoterapi psikosis


telah dimulai dengan introduksi dari klorpromazin pada tahun
1952, disusul dengan dengan alkaloida Rauwolfia Reserpin
(1954) yang pada saat itu sudah beberapa tahun digunakan
sebagai obat hipertensi. Sekitar 1957 telah dikembangkan
tranquillizer-tranquillizer modern, yakni meprobamat dan
senyawa-senyawa benzodiazepine (diazepam, dan
sebagainya). Semua obat ini lalu disusul dengan banyak
turunannya dan psikofarmaka yang lainnya.
Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan,
diantaranya :
1. Antipsikosis
2. Anti – Depresi
3. Anti – Mania
4. Anti – Ansietas
5. Anti – Insomnia
6. Anti – Panik
7. Anti Obsesif – Kompulsif

Pembagian lainnya dari obat psikotropik antara lain:


transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan
psikomimetika.
1. Antipsikosis

Psikosis merupakan gangguan mental yang


menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai
realita dengan fantasi dirinya.
Arti psikosis sebenarnya masih bersifat sempit dan bias
yang berarti waham dan halusinasi, selain itu juga
ditemukan gejala lain termasuk di antaranya
pembicaraan dan tingkah laku yang kacau, dan
gangguan daya nilai realitas yang berat.
Anti-psikosis disebut juga neuroleptic, dahulu
dinamakan major transquilizer.Salah satunya adalah
chlorpromazine (CPZ), yang diperkenalkan pertama kali
tahun1951 sebagai premedikasi dalam anastesi akibat efeknya
yang membuat relaksasi tingkat kewaspadaan seseorang. CPZ
segera dicobakan pada penderita skizofrenia dan ternyata
berefek mengurangi delusi dan halusinasi tanpa efek sedatif
yangberlebihan.
Golongan Obat
1.Golongan Chlorpromazin, contohnya: Thioridazin, Fenotiazin,
Trifluoperazin,
2.Golongan Butirofenon, contohnya:Halloperidol,  Droperidol
3.  Golongan  Difenilbutli, contohnya: Pimozidepiperidin
4.  Golongan Atypical, contohnya: Risperidon
2. Anti - Depresi

Depresi adalah suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan


sekedar suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi
seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas
sosial sehari-harinya. Beberapa gejala Gangguan
Depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang
berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang
minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan
pola tidur.
Antidepressan atau Antidepresi adalah obat untuk mengatasi
atau mencegah depresi mental. Sinonim antidepresan adalah
thimoleptika atau psikik energizer. Umumnya yang digunakan
sekarang adalah dalam golongan trisiklik (misalnya
imipramin,amitriptilin, dothiepin dan lofepramin)
Golongan Obat
1.Golongan  Trisiklik (TCA)
contohnya: Amitriptilin, Imipramin
2. Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
contohnya: Sentralin, Fluvoxamin, Fluoxetin, Paroxetin.
3.Golongan MAOI (Monoaminoksidase Inhibitor)
contohnya: Moclobemide
4.Golongan Tetrasiklik (Atypical)
contohnya: Mianserin, Trazodon, Maprotilin
3. Anti - Mania

Mania adalah gejala gangguan bipolar yang ditandai


dengan kegembiraan berlebihan, overaktifitas fisik, dan
ide-ide berlimpah dan cepat berubah (pikiran tersebar atau
tangensial). Seseorang dalam keadaan manik merasakan
impuls emosional yang tinggi dan umumnya mengikutinya.
Obat anti mania mempunyai beberapa sinonim antara lain
mood modulators,mood stabilizers dan antimanik. Dalam
membicarakan obat antimania yang menjadi acuan adalah
litium karbonat.
Contohnya: Litium karbonat, Haloperidol, Karbamazepin
4. Anti - Ansietas

Ansietas (anxiety) adalah kondisi yang ditandai dengan kecemasan


dan kekhawatiran berlebihan atas peristiwa kehidupan sehari-
hari tanpa alasan yang jelas untuk mencemaskan/
mengkhawatirkannya.
Orang dengan gejala gangguan ansietas umum cenderung
untuk selalu mengantisipasi bencana dan tidak bisa
berhenti mengkhawatirkan kesehatan, keuangan, keluarga, pekerjaan,
atau sekolah. Kekhawatiran tersebut seringkali tidak realistis atau
tidak proporsional terhadap situasinya. Kehidupan sehari-hari menjadi
suatu keadaan yang selalu menimbulkan ras khawatir, takut, dan
cemas. 
Obat anti-ansietas mempunyai beberapa sinonimantara
lain psikoleptik, transquilizer minor dan anksioliktik.

Golongan Obat:
1. Golongan Benzodiazepin 
contohnya : Diazepam, Klordiazepoksoid, 
Lorazepam,  Clobazam, 
Brumazepin,Oksazolom, Klorazepat, 
Alprazolam, Prazepam
2. Golongan NonBenzodiazepin,
contohnya: Sulpirid, Buspiron
5. Anti - Insomnia

Insomnia adalah gangguan di mana orang tidak dapat


mendapatkan cukup tidur atau tidur yang restoratif, karena satu
atau lebih faktor. Penderita insomnia sering memiliki gejala di
siang hari yang terkait dengan kurang tidur, seperti kantuk di
siang hari, kelelahan, dan penurunan kewaspadaan mental.
Anti-insomnia sinonimnya adalah hipnotik, somnifacient, atau
hipnotika.
Golongan Obat:
1.Golongan Benzodiazepin, contohnya: Nitrazepam, Triazolam,
Estazolam.
2. Golongan  Non-Benzodiazepin contohnya: Chloral hydrate
6. Anti - Panik
Panik adalah ketakutan atau kecemasan yang ekstrim dan tidak masuk akal.
Gangguan panik (panic disorder) adalah suatu kondisi di mana seseorang
menderita serangan panik berulang. Serangan panik terjadi mendadak tanpa
disebabkan oleh zat (seperti kafein), pengobatan, atau kondisi medis (seperti
tekanan darah tinggi), dan selama serangan penderita mungkin mengalami
sensasi seperti detak jantung meningkat atau tidak teratur, sesak napas,
pusing, atau takut kehilangan kontrol atau “gila.”

Penggolongan Obat Antipanik


• Obat antipanik trisiklik, contohnya:  imipramin, klomipramin
• Obat antipanik benzodiazepine, contoh: alprazolam
• Obat antipanik RIMA (Reversible Inhibitors of Monoamine oxydase-
A), contoh: muklobemid
• Obat antipanik SSRI, contoh: sertralin, fluoksetin, paroksetin, fluvoksamin.
7. Anti Obsesif - Kompulsif

Obsesif-kompulsif adalah sebuah gangguan kecemasan yang


umumnya dicirikan oleh kebutuhan obsesif seseorang untuk
melakukan tugas atau serangkaian tugas tertentu.
Gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder) adalah
gangguan kecemasan yang ditandai dengan pikiran, impuls, gambaran
atau gagasan yang berulang dan mengganggu (obsesi) disertai dengan
upaya untuk menekan pikiran-pikiran tersebut melalui perilaku fisik
atau mental tertentu yang irasional dan ritualistik (kompulsi)
Obsesi dan kompulsi menghabiskan sejumlah besar waktu pasien
(satu jam atau lebih setiap hari) dan biasanya menyebabkan tekanan
emosional yang signifikan dan menyulitkan hubungan dengan orang
lain.
Obat anti obsesi kompulsi dapat digolongkan
menjadi :
1.Obat anti obsesi kompulsi trisiklik,
contohnya: klomipramin
2.Obat anti obsesi kompulsi SSRI,
contohnya: sentralin, paroksin, flovokamin,
Fluoksetin
PENGGOLONGAN

Psikofarmaka dapat digolongkan dalam tiga kelompok besar, yaitu:

A. Obat-obat yang menekan fungsi-fungsi psikis tertentu pada SSP


(Sistem Saraf Pusat) yang  terdiri atas :

1. Neuroleptika / Antipsikotika
Obat ini bekerja secara antipsikotis dan sedative, tanpa mempengruhi
fungsi umum seperti berfikir / berkelakuan normal. Digunakan pada
bermacam-macam psikosis (schizophrenia,mania,dll). Obat ini disebut
juga “major tranquillizer”. Contoh obat : Flufenazine HCl, Haloperidol,
Klorpromazine.

2. Ataraktika / Anksiolitika
 Obat ini bekerja secara sedative, merelaksasi otot dan antikonvulsif.
Digunakan pada keadaan-keadaan neurotis (gelisah, takut, stres). Obat
ini disebut juga “minor transquillizers”. Contoh obat : Klordiazepoksid
HCl, Lorazepam, Diazepam, Clobazam, Bromazepam.
B. Obat-obat yang menstimulir fungsi-fungsi psikis tertentu pada SSP
(Sistem Syaraf Pusat)
 
1. Antidepresiva (Meprotilin, Imipramina HCl, Fluxetina HCl)
 
Dahulu obat ini dipecah lagi menjadi :
 
Thimoleptika, yang berkhasiat melawan melancholia, dan memperbaiki
suasana jiwa.

Thimeretika, yang berkhasiat menghilangkan inaktivitas fisik dan mental yang


menyertai depresi tanpa memperbaiki suasana jiwa (depresi, panik, fobia).
 
2. Psikostimulasia.
Obat ini berkhasiat mempertinggi inisiatif,kewaspadaan serta prestasi fisik dan
mental, rasa lelah dan ngantuk ditangguhkan. Suasana jiwa dipengaruhi silih
berganti, seringkali terjadi euphoria (rasa nyaman), tak jarang juga dapat
menimbulkan dysforia (rasa tidak nyaman) bahkan depresi. Oleh karena itu
obat ini tidak layak digunakan sebagai antidepresivum.Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah amfetamin, metilfenidat, fenkamfamin, dan juga kofein.
C. Obat-obat yang mengacaukan fungsi-
fungsi mental tertentu.
 
1. Psikodisleptika.
  Obat ini mengandung zat-zat halusinogen,
yang menimbulkan keadaan desintegrasi
dengan gejala-gejala yang mirip psikosis
halusinasi, pikiran-pikiran dan impian-
impian khayal dan sebagainya. Yang
termasuk obat ini adalah LSD, fensiklidin.
obat-obat ini adalah obat-obat drugs.
Antipsikotika / Neuroleptika
Kelompok
1. Antipsikotika klasik(typis) : efektif mengatasi simptom posistif .

 Derivat fenotiazin : klorpromazin , levomepromazin , triflupromazin


(siquil), thioridazin dan periciazin , perfenazin dan flufenazin .
 Derivat thioxanthin : klorprotixen dan zuklopentisol
 Derifat butirofenon : haloperidol , bromperidol , droperidol .
 Derivat butilpiperidin : pimozida , fluspirilen , dan penfluridol .
 
2. Antipsikotis atypis : sulpirida , klozapin , risperidon , olanzapin ,
quetiapin. Melawan simptom negatif yang kebal terhadap obat
klasik . ES lebih ringan .

Obat-obat  dengan efek antipsikosis terkuat adalah pimozida,


haloperidol, bromperidol,  sulpiridi,  perfenazin, flufenazin,dan
trifluoperazin.
Obat-obat dengan efek relative kurang kuat adalah klorpromazin.
Selain daya antipsikotis, neuroleptika masih memiliki bermacam-
macam khasiat lain, diantaranya :
 
a) Anxiolitis : Dapat meniadakan rasa bimbang, takut, kegelisahan,
dan agresi yang hebat. Digunakan dalam dosis rendah sebagai
minor transquilizer pada kasus serius.

b) Anti-emetis : Digunakan untuk melawan mual dan muntah yang


hebat, misalnya pada kanker. Obat ini tidak akan efektif apabila
diberikan pada penderita mabok perjalanan. Obat lain dengan
daya antimual yang baik dalam dosis rendah : klorpromazin,
prefenazin, flufenazin, haloperidol dan metoklopramide.

c) Analgetis : Beberapa obat neuroleptika memiliki daya kerja


analgetik kuat misalnya levopromazin dan droperidol. Obat-obat
yang lain dapat juga memperkuat efek analgetika, misalnya
klorpomazin, dengan jalan mempertinggi ambang nyeri.
Kombinasi
Neuroleptika dan antidepresiva tidak dapat dikombinasi
dengan andrenergika (andrenalin, efedrin, wekamin)
karena mengakibatkan penimbunan NA dengan efek
hipertensi dan aritmia. Begitupula kombinasi dengan
semua obat penekan SSP, misalnya hipnotika,
antihistaminika atau alcohol. Untuk obat-obat hipertensi
dengan kerja sentral, misalnya klonidin, sebaiknya juga
dikurangi.
 
Kombinasi dari neuroleptika dengan antidepresiva
hanya diperbolehkan pada pasien-pasien depresif dengan
gejala-gejala agitasi, kegelisahan dan rasa takut.
Kombinasi dari benzodiazepine dengan neuroleptika atau
antidepresiva bisa bermanfaat.
Efek Samping
1.      Gejala-gejala ekstrapiramidal (G.E.P)
Gejala ini dapat berupa dystoria, gejala penyakit parkison (tremor tangan,
kakunya anggota gerak, muka seperti topeng), dan akathisia (selalu ingin
bergerak). Gejala-gejala ini disebabkan karena kurangnya dopamine pada
otak.
 
2.     Diskinesi tarda
Merupakan suatu bentuk  G.E.P yang hebat. Gejala-gejalanya adalah
gerakan-gerakan tak sengaja  khususnya dari otot otot muka, mulut, bibir, dan
rahang. Hal tersebut disebabkan karena adanya hiperaktivitas dopamin, atau
mungkin juga hiperaktivitas pada reseptor-reseptornya.
 
3.     Efek sedative
Efek ini disebabkan oleh efek antihistamin (blockade reseptor-reseptor
histamine), yang berupa rasa ngantuk, lelah dan pikiran keruh. Pada pasien-
pasien dengan gangguan tidur obat ini bisa menguntungkan.
 
4.     Efek hipotensif dan hipotermia
 Efek ini disebabkan karena adanya blokade reseptor alpha-adrenergik dan
vasodilatasi.
5.     Efek antikolinergik 
Efek ini disebabkan karena adanya blockade reseptor-reseptor
muskarin, yang berciri-ciri, mulut kering, pengelihatan buram, dan
obtipasi.
6.     Efek anti-serotonin
Terjadi karena adanya blockade reseptor-reseptor serotonin, yang
berupa stimulasi nafsu makan yang dapat menyebabkan pasien
menjadi bertambah gemuk.
7.     Galaktorea (meluapnya air susu)
Terajdi karena disebabkan adanya blockade dopamine yang
identik dengan PIF (prolactine inhibiting factor) hingga sekresi
prolaktin tidak dapat ditahan lagi dan produksi air susu akan
bertambah.
 
Efek samping yang jarang terjadi pada obat ini adalah gangguan-
gangguan seksual (hilangnya libido) khususnya pada derivate-derivat
fenotiazine penyakit kuning (icterus) dan gangguan-gangguan darah
(agranulocytosis)
Kehamilan dan laktasi
Pengguanaan obat ini selama kehamilan dan
laktasi sebaiknya dihindari berhubung toksisitasnya
pada janin dan bayi . Karena psikosis yang tidak
ditangani dengan tepat dapat sangat merusak
kesehatan ibu dan janin, maka penggunaan perlu
pertimbangan pada pasien secara individual . Bila
sangat perlu hendaknya diberikan dosis serendah
mungkin pada massa singkat (pekan resiko
kehamilan dengan resiko tinggi : minggu ke 4 –
10 , dan 2-4 minggu terakhir ). Obat pilihan
pertama pada keadaan darurat : haloperidol .
Ataraktika / Anksiolitika
Ataraktika / Anksiolitika adalah obat-obat penenang yang
berkhasiat selektif terhadap bagian otak yang menguasai emosi-emosi
kita, yakni sistem limbis. Sebaliknya sedative menekan seluruh SSP.
 
Sebagaimana halnya neuroleptika, anxiolitika dapat menghiangkan
agresi, kegelisahan batin, kebimbangan, ketegangan, perasaan mudah
tersinggung, dan memulihkan keseimbangan emosional. Obat ini
sangat berguna untuk mengatasi atau mengobati keadaan-keadaan
neurosis.
 
Perbedaannya dengan neuroleptika ialah anxiolitika tidak
berkhasiat antipsikotis dan tidak berkhasiat langsung terhadap fungsi-
fungsi otonom (β-adrenergik dan antikolinergik), dan tidak
menimbulkan efek-efek  ekstrapiramidal.
Efek Samping
Toksisitas ataraktika / anksiolitika sangat ringan, karena dianggap
tidak berbahaya dan tidak menimbulkan kebiasaan, maka obat ini
banyak disalah gunakan dimana-mana, terutama didunia barat dengan
ketegangan-ketegangan hidup, persaingan dan stresnya.
 
Apabila digunakan dalam waktu yang lama akan nampak
gangguan-gangguan yang berhubungan dengan tertekannya emosi-
emosi negative (agresi,takut,stress,dll)  dan perasaan-perasaan positif.
Kemampuan untuk menimbulkan rasa gembira dan riang, atau
bersemangat tinggi akan sangat berkurang, dan penderita akan
bersifat acuh-tak acuh.
 
Seringkali terjadi pula efek efek depersonalisasi, yaitu hilangnya 
identitas pribadi dengan cara mengasingkan wujud pribadi. Begitupula
dengan daya berfikir matang dan daya timbang akan mengalami
penurun atau berkurang.
Telah dinyatakan bahwa tranquillizers 
sebetulnya dapat menyebabkan ketergantungan
fisik dan psikis serta timbulnya gejala-gejala
abstinensi bila terapi dihentikan. Obat ini akan
beresiko tinggi khususnya pada meprobamat.
 
Penggunaan transquillizers harus diberikan
secara hati-hati dan selalu dalam pengawasan.
Sebaiknya obat ini digunakan hanya dalam
waktu yang singkat, maksimal selama 4-6
minggu dan bila perlu dilanjutkan secara 
berseling.
Antidepresiva
 Obat-obat antidepresiva adalah obat-obat
yang dapat memperbaiki suasana
jiwa(“mood”) dan dapat mengilangkan atau
meringgankan gejala-gejala keadaan
murung, yang tidak disebabkan oleh
kesulitan-kesulitan social-ekonomi, obat
atau penyakit.
Mekanisme Kerja
Menurut teori mono-amin klasik terjadinya depresi andogen
ada hubungannya dengan kekurangan nonadrenalin dan
serotonin dalam otak. Antidepresiva mampu mengisi
kekurangan ini dengan menghambat re-uptake amin-amin
tersebut kedalam gelembung-gelembung pre-sinaptik. Selain
itu, adanya rangkaian kompleks dengan sistem neurohormon
lain turut menyokong pada khasiatnya. Juga dipertunjukkkan
dengan  kekurangan 5-HT, kekurangan DA (dopamine), serta
kekurangan  NA.
 
Sementara itu diketahui bahwa obat-obat tertentu merintangi
re-uptake dari suatu amin, misalnya zimeldin, trazodon,
fluvozamin dan fluoxentin, nomifensin, serta maprotilin dan
mianserin.
Semua antidepresiva  memiliki efek sedative yang masing-
masing bervariasi kekuatannya. Atas dasar efek sedativnya
dapat digolongkan sebagai berikut: 

1. Berefek sedative baik :amitriptilin, doksepin, trimipramin,


opipramol, dan mianserin. Obat-obat ini layak digunakan
pada depresi vital, kegelisahan dan agresi.

2. Berefek sedative sedang : imipramin, klomipramin,


dibenzepin dan maprotilin

3. Berefek sedative ringan: nomifensin, zimeldin, desipramin,


dan protiptilin. Obat ini lebih disukai pada depresi vital yang
terhalang, dimana pasien sudah berada dalam keadaan
apatis termenung-menung.
Mekanisme Kerja

Semua obat psikofarmaka bersifat lipofil dan mudah masuk


dalam CCS (Cairan Serebri Spinal) dimana mereka
melakukan kegiatannya secara langsung terhadap saraf-
saraf otak. Mekanisme kerjanya pada taraf biokimia belum
diketahui secara pasti , tetapi terdapat petunjuk-petunjuk
kuat bahwa mekanisme ini berhubungan erat dengan kadar
neurotransmitter diotak atau antar keseimbanganya.

Seperti diketahui neurotransmitter atau neurohormon


adalah zat yang menyebabkan penerusan implus
(rangsangan listrik) dari suatu neuron (axon) melalui sinaps
ke neuron yang lain (dendrite atau saraf post-sinaptik).
Pentakaran
Efek dari psikofarmaka memperlihatkan variasi individual yang besar
sekali, sedangkan antara kadar darah dan efek terapi umumnya tidak
ada hubunganya langsung. Maka terapi biasanya dimulai dengan dosis
rendah yang setiap 4-7 hari dinaikkan dengan berangsur-angsur sampai
efek yang diinginkan tercapai atau terjadi gejala-gejala ekstrapiramida.
Efek optimal kebanyakan baru tercapai setelah 2-3 minggu (waktu
latensi). Orang-orang yang sudah berusia tua sangat peka terhadap
obat-obat ini dan umumnya dosis separuhnya sudah mencukupinya.
 
Berhubung plasma-t1/2 pada umumnya agak panjang, antara 15-50
jam, maka pentakaran satu kali sehari sebelum tidur lazimnya
mencukupi. Jika perlu dapat ditambah dengan dosis yang rendah pada
esok harinya. Keuntungan dari penakaran sebagai single-dose adalah
kurang dirasakanya efek-efek samping tidak enak dan dipermudahnya
tidur berkat efek sedative-hipnotiknya. Penggunaan tablet-tablet long-
acting (retard,duplex,dan sebagainya) dalam hal ini tidak bermanfaat.
Zat – zat tersendiri
1) Klorpromazin : largactil → derivat prometazin, Khasiat
antipsikotik lemah , antihistamin dan alfa-adrenergnya
lebih kuat. memperkuat efek analgetik, mengobati sedu
yang tak henti-henti .
ES : gangguan hati dan darah akibat alergi ,
menyumbat saluran empedu , kelainan darah
(agranulositosis) , efek sedatif kuat GEP sering muncul.

2) Thiridazin : Melleril → fenotiazin , khasiat antipsikotis


dan sedatif baik, digunakan pada pasien yang sukar
tidur, keadaan depresi , rasa takut dan ketegangan ,
kegelisahan .Kerja antiadrenergik, antihistamin,
antikolinergik , anti serotonin lebih kuat.
ES : antikolinergik kuat , GEP , hepatitis (jarang terjadi)
3) Perfenazin : trilafon , mutabon D/M → derivat fenotiazin .
antipsikotis kuat , antiadrenergik dan antiserotonin lemah . Anti
kolinergis ringan sekali , anti emetis kuat .

4) Haloperidol : haldol , serenace → butirofenon . antipsikotis dan


antiemetis kuat,dig pada schizofrenia dan hiperaktivitas dopamin
otak (reaksi spontan dari otot kecil). Pada dosis tinggi
menimbulkan kejang .

5) Pimozida : orap → Derivat divenilbutilpiperidin . Khasiat


antipsikotis kuat dan panjang , efek sedasi ringan .khusus
digunakan pada psikosis kronis jangka panjang .
ES : GEP, gangguan jantung , aritmia .

6) Sulpirida : dogmatil → Derivat sulfamoyl . memiliki daya


antidopamin .
ES : galaktorea , perintangan ovulasi , sedasi jarang .
7) Klozapin : leponex dan klozaril → Senyawa dibenzodiazepin .
Khasiat antipsikotisnya lemah , antikolinergik dan antihistamin
kuat . Efek sedatif cepat . Tidak menimbulkan GEP ,
dyskinesia , jarang sekali akathisia dan dystonia . Tetapi
penggunaanya dibatasi oleh resiko agranulositosis
berbahaya , oleh karena itu harus dengan pemantauan darah .

8) Risperidon (risperdal) → Derivat benzisoxazol . Berkhasiat


antipsikotis dan antiserotonin kuat .
ES : sukar tidur , rasa takut , gelisah dan nyeri kepala .

9) Quetiapin (seroquel) → Derivat thiazepin .


Kerja antidopamin ,antiserotonin, antihistamin , tidak bekerja
antikolinergik .
ES : rasa kantuk , penat , pusing , hipotensi , peningkatan
berat badan .
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai