Anda di halaman 1dari 54

OBAT HISTAMIN & ANTIHISTAMIN

 Histamin: senyawa normal dlm jaringan tubuh


Sel mast & basofil
 Selain di sel mast, histamin cepat mengalami perubahan dan
tidak disimpan
Otak (bebas aktif)

Hidung Selaput lendir mata


Bibir Saluran nafas

Kulit Leukosit darah

Hampir semua organ dan jaringan mengandung histamin,


terutama dalam sel mast (terikat & inaktif)
• Histamin dikeluarkan dari sel mast : rangsangan alergen
• Alergen: spora, debu, sinar UV, cuaca, racun, deterjen,
enzim proteolitik (tripsin), zat warna, obat, makanan.

migrasi

Memusnahkan zat asing

IgE

Mendatangkan
Memperkuat

T-cel & B-cel dibentuk di sumsum tulang


Memicu aktivasi
fosfokinase C

Akumulasi :
- inositol fosfat
Granul - diasilgliserol
- Ca2+

Sel efektor
Otot polos

Rx alergi

R. Hastie, 1971, Clin. Exp. Immunol, 8, 45


Peran histamin dalam tubuh :
• Kontraksi dari otot–otot polos bronchus dan usus.
• Memperbesar permeabilitas kapiler udem &
pengembangan mukosa.
• Stimulasi ujung–ujung saraf nyeri & gatal–gatal.
• Vasodilatasi pembuluh kemerahan & rasa panas di wajah,
menurunnya resistensi perifer & tekanan darah.
• Memperkuat sekresi asam lambung, kelenjar ludah dan air
mata.

Keadaan normal jumlah histamin dalam darah 50 mcg/L,


sehingga efek tersebut tidak nyata
CH2 CH2 NH2 CH2 CH2 NH3

HN N HN N+-H 2 H2PO4
Histamin
[2-(4-imidazol)etilamin] Histamin fosfat

Histamin: ≠ digunakan dlm pengobatan


Garam fosfatnya (Histamin fosfat) digunakan :
• Mengetahui berkurangnya sekresi asam lambung
• Diagnosis karsinoma lambung
• Kontrol positif pada uji alergi kulit
CH CH 2 2 NH2
Betazol.2HCl : N 2 HCl
Isomer histamin (agonis histamin) N
H
Penggunaan = histamin fosfat Betazol.2HCl
Biosintesis Histamin
• Histamin: produk dari pertukaran zat asam amino histidin
berlangsung dalam jaringan tubuh secara enzimatis.
• Dalam usus halus: histidin berasal dari makanan yang masuk
terutama daging.
• Histamin (manusia) diekskresikan sebagai metabolit polar

Histidin
CH2 CH COOH dekarboksilase CH2 CH2 NH2 CO2
HN N NH2 HN N
Histidin Histamin
Metabolisme
Histamin

Metilasi
CH2 CH2 NH2 CH2 CH2 NH2
HN N Histamin N N
H3C

Deaminasi
oksidatif CH2 CH2 COOH Konjugasi
N N
Eliminasi
H3C
RESEPTOR HISTAMIN
Reseptor H1 :
Reseptor H2 :
• Otak mamalia
• Berbagai jaringan
• Saluran pernafasan
• Sel miokardial
• Saluran GI
• Membran sel parietal mukosa
• Sistem urinogenital
lambung
• Sistem kardivaskuler
• Medula adrenal
• Sel endotelial
• Limfosit

Reseptor H3
• Penelitian tahun 1999
• Berfungsi : prasinaps untuk memodulasi pelepasan
histamin di SSP
• Reseptor : superfamili reseptor terkopel-protein G
• Jaringan syaraf: Sentral dan Perifer
• Lambung, paru2, jantung (hewan)
• Antihistamin : obat yang mengantagonis kerja histamin
pada reseptornya.
• Efek merugikan dari histamin memacu penelitian
• Antihistamin yang poten di alam belum ada yang dapat
digunakan sebagai model untuk pengembangan obat
antihistamin sintetik.

CH2 CH2 NH2 Ar X (CH2)n N R


HN N Struktur umum antihistamin
Histamin
Immunoglobulin

• Antibodi atau Immunoglobulin merupakan sistem pertahanan yang


bersifat spesifik.
• Fungsinya adalah merespon antigen yang dihasilkan oleh
mikroorganisme parasit yang masuk ke dalam tubuh mahluk hidup.
• Fungsinya sangat spesifik dan hanya merespon terhadap antigen-antigen
tertentu saja.
Jenis-jenis Immunoglobulin
 Immunoglobulin G ( Ig G )
 Merupakan satu-satunya immunoglobulin yang mampu melewati plasenta
 merupakan kekebalan pasif dari ibu kepada anaknya sera merupakan pertahanan utama
untuk bayi pada minggu-minggu pertama dalam kehidupannya ( dari kolustrum)
• Immunoglobulin M ( Ig M )
– Disintesis pertama kali sebagai stimulus terhadap antigen
– tidak dapat melalui plasenta
• Immunoglobulin A ( Ig A )
– ditemukan dalam sekresi eksternal. Contoh pada mukosa saluran nafas, intestinal, urin,
genital, saliva, air mata dll
– dapat menetralisir virus dan menghalangi penempelan bakteri pada sel epitelium
• Immunoglobulin D ( Ig D )
– melekat pada permukaan luar sel limfosit B
– berfungsi sebagai reseptor antigen sel limfosit B dan penting bagi aktivitas sel limfosit B
tersebut.
• Immunoglobulin E ( Ig E )
– disekresikan oleh sel plasma di kulit, mukosa dan tonsil
– mengakibatkan sel melepaskan histamin dan berperan dalam reaksi alergi
Reaksi alergi
reaktifitas khusus dari tuan rumah (host) thdp
suatu unsur eksogen yg timbul pada kontak
kedua kali atau berikutnya.
Mekanisme alergi
Antigen (protein asing) masuk berulang kali kedalam aliran
darah seorang hipersensitif maka limfosit B akan
membentuk antibodies dari tipe IgE. IgE (reagin) mengikat
diri pada membran mast cell tanpa gejala.
Jika alergen yg sama atau mirip rumus bangun sama
memasuki darah lagi IgE akan mengikatnya >> Terjadi
reaksi alergi akibat membran mast cell pecah (degranulasi).
Sejumlah zat perantara (mediator) dilepaskan yaitu
histamin beserta serotonin, bradikinin, asam arachidonat
yang kemudian diubah menjadi prostaglandin dan
leukotrien.
• Zat-zat ini menarik makrofag dan neutrofil (lekosit tertentu) ke tempat
infeksi untuk memusnahkan penyerbu.

• Dapat timbul gejala... bronchokonstriksi, vasodilatasi, pembengkakan


jaringan.

• Mediator tsb secara langsung atau melalui SSO menimbulkan asma,


rhinitis allergica dan eksim

• Gejala reaksi alergi tergantung pada lokasi dimana reaksi alergen-


antibodi berlangsung, misal dihidung (rhinitis allergica); kulit (eksim) ,dll.

• Anafilaksis ....masuknya antigen pertama membuat tubuh tnp


perlindungan thdp pemasukan antigen berikutnya (shock anafilaksis).
Kdr histamin meningkat drastis spt pada kecelakaan dgn byk kehilangan
darah, luka bakar dll.
Penggolongan reaksi alergi
Reaksi alergi berdasarkan prinsip kerjanya digolongkan kedalam 4 type hipersensitifitas:
 Tipe I (immediate)
 Gangguan alergi bdsrkan reaksi antara alergen-antibody (IgE) dgn degranulasi mast
cell dan terjadi pada orang yg berbakat genetis.
 Disebut jg alergi atopis atau reaksi anafilaksis.
 Tejadi di saluran nafas, kulit. Mula reaksinya cepat 5-20 mnt; gejala bertahan kira-
kira 1 jam.
• Tipe II ( autoimun atau reaksi sitolitis)
 antigen yang terikat pada membran sel bereaksi dengan IgG atau IgM dalam darah
dan menyebabkan sel musnah (Cytos = sel dan Lysis = melarut)
 terutama berlangsung di sirkulasi darah, co: anemia hemolitis, agranulositosis, SLE
• Tipe III
 antigen dalam sirkulasi bergabung dengan terutama IgG menjadi suatu imun
kompleks yg diendapkan pada endotel pembuluh ditempat itu sebagai respon terjadi
peradangan yg disebut penyakit serum bercirikan urticaria, demam dan nyeri sendi-
otot.
 Tipe IV
 reaksi lambat (delayed)
 antigen (kompleks hapten +protein)beraksi dgn T limfosit. Limfokin tertentu
dilepaskan dan menarik makrofag dan neutrofil terjadi peradangan.
 Proses penarikan disbt chemotaxis, co: reaksi tuberkulin dan dermatitis kontak.
Efek Histamin Eksogen pada organ

 Efek pada sistem kardiovaskuler


penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik melalui vasodilatasi
dan diikuti dengan mekanisme homeostasis berupa peningkatan
denyut jantung.

 Efek pada saluran cerna


Pada dosis besar histamin eksogen dapat memacu sekresi asam
lambung melalui aktivasi reseptor-H2.

 Efek pada bronkus dan otot polos organ lain


Histamin menyebabkan timbulnya bronkokontriksi.

 Efek lain histamin: kontriksi otot polos mata, sal. kemih, organ genital.
 Efek pada reseptor H1 dan pada ujung saraf  komponen penting
dalam patofisiologi urtikaria
 pada jaringan sekretorik, memacu sekresi asam lambung, pepsin
Gangguan alergi

• Alergi makanan
– oleh protein dlm mkn dan berlangsung melalui IgE dan pelepasan
mediator.
– Contoh: alergen udang, ikan, putih telur, gluten (protein gandum),
susu sapi dll.
– Gejala: asma, urticaria, diare, nausea, muntah
 *intoleransi makanan: bentuk alergi berdasarkan pembebasan mediator
langsung dari mastcell (tnp perantara reaksi alergen-antibodi): disebut jg
pseudo-alergi (pseudo= mirip)
 Eksim atopik (dermatitis atopis)
– alergen hanya menimbulkan reaksi IgE signifikan pd individu yg
berdasarkan keturunan terdisposisi, contoh eksim
– pengobatan >> kortikosteroid

 Asma: penyempitan bronchia akibat reaksi antigen-IgE dan terlepasnya


mediator dg efek vasokonstriksi.

• Hay fever (Rhinitis Allergica): radang mukosa hidung, sering disertai


conjuctivitis)
Antagonis H1

Antagonis histamin Antagonis H2

Antihistamin Antagonis H3

Penghambat pelepas histamin


(penstabil sel mast)
I. Antagonis H1
Antagonis H1 generasi pertama (klasik)
generasi kedua (non sedasi)

Ar R
X (CH2)n N
Ar' R'
Struktur umum

• Ar : aril (fenil, fenil tersubstitusi, hetero aril (2-piridil)


• Ar’ : aril metil
• X : atom penghubung (O, C / N)
• (CH2)n : mewakili rantai karbon (etil)
• NRR’ : mewakili basa suatu fungsi amin terminal
Mekanisme kerja
• Antagonis H1 obat yang secara kompetitif
menghambat kerja histamin pd jaringan yg
mengandung reseptor H1.
• Beberapa antagonis H1 memblok pelepasan
histamin
Membutuhkan konsentrasi lebih tinggi
• Antagonis H1 ≠ memblok produksi antibodi
(interaksi antigen-antibodi)
Hubungan struktur dan aktivitas
Antihistamin dg C kiral : pengikatan reseptor stereoselektif

Gugus pemberi jarak untuk gugus farmakofor utama

Penting : afinitas reseptor H1 Ar R


Gugus dimetilamino sederhana /
X (CH2)n N struktur heterosiklik
Substituen : mempengaruhi Ar' R'
potensinya 2/3 atom karbon

Percabangan : aktivitas antihistamin


kecuali pd prometazin : aktivitas >>
A. Antagonis H1 Generasi
Pertama
a. Golongan Aminoalkil Eter (Etanolamin)

2-3 atom C
Ar' R''
R CH3
O CH2 CH2 N CH-O-CH2-CH2-N HCl
Ar R' CH3
CHO Difenhidramin HCl
Gugus amino tersier
Sebagai prototipe golongan ini

• Aktivitas antikolinergik signifikan (dapat memperbesar


pemblokan H1 pd sekresi eksokrin)
• ESO : kantuk kemampuan penetrasi ke sawar darah otak
& menduduki reseptor H1 sentral
• Daya kerja antikolinergik dan sedatif kuat
Aktivitas antihistamin meningkat

Efek terapetik
CH3
para: CH3, OCH3, Cl, Br CH3 CH2COOH
O-CH2-CH2-N
gugus 2-piridil
N CH3 CH2COOH

Doksilamin suksinat (oral : >> 40 x)


CH3 obat hipnotik malam yg baik
CH-O-CH2-CH2-N Cl
CH3
CH3 CHCOOH
CH-O-CH2-CH2-N
Difenhidramin HCl CH3 CHCOOH
N
Karbinoksamin maleat (>> 2 x)
Difenhidramin Hidroklorida, USP (Benadryl)

Efek :
CH3 - Antihistamin
CH-O-CH2-CH2-N HCl - Antiemetik
CH3 - Antitusif
- Sedatif
Penggunaan :
 Antihistamin: urtikaria, rinitis musiman (hay fever), dermatosis
 Antispasmodikanti emetis; antivertigo

Efek samping : kantuk, penggunaan bersama dg minuman


beralkohol & depresan SSP harus dihindari
Dosis
• Dosis lazim dewasa oral: 25–50 mg; I.M/ I.V : 10–50 mg
• Bentuk Sediaan : kapsul, eliksir, sirup, tablet, injeksi
Dimenhidrinat, USP (Dramamine)
O
H
CH3 Cl N NCH3
CH-O-CH2-CH2-N
CH3 N
N O
CH3

klorteofilinat dari difenhidramin


Penggunaan :
• Mual mabuk perjalanan ½ jam sebelum perjalanan
• Hiperemesis gravidarum (mual kehamilan)
Dosis lazim :
 Dosis dewasa oral: 50–100 mg/ 4 jam; I.M/ I.V : 50 mg/
4 jam; rektal : 100 mg q.d / b.i.d
 Bentuk Sediaan : eliksir, sirup, tablet, injeksi, supositoria
b. Golongan Etilendiamin
Struktur umum
Ar R CH3
N CH2 CH2 N N-CH2-CH2-N
Ar' R' CH2 CH3

Etilendiamin Fenbenzamin
Ciri : (sebagai prototipe)
• N (X) : atom penghubung
• Rantai 2 atom C : penghubung gugus diaril inti dengan gugus
amino tersier
 Depresan SSP & efek samping GI yang relatif tinggi, ESO : kantuk
 Antazolin: efek antihistamin tdk kuat; tdk merangsang selaput lendir
(dapat untuk alergi pada mata dan hidung)
 Tripelenamina: pada gatal-gatal
 Mepirin: untuk hay fever
 Klemizol: bentuk salep antiwasir
2-piridil Bentuk garam
(N-amino terminal)
CH3 CH2CO2H
N HOC CO2H
N-CH2-CH2-NH
CH2 CH3 CH2CO2-

CH3 Tripelenamin Sitrat


N-CH2-CH2-N >> efektif
CH2 CH3

CH3 CHCO H
Fenbenzamin N N-CH2-CH2-NH
2
-
CHCO
{toksik, potensi <<} CH2 CH3 2

Pirilamin Maleat
para : Cl, Br H3CO aktivitas meningkat

Mempunyai daya anestesi lokal : ≠ dikunyah, diminum bersama makan


c. Golongan Piperazin (Siklizin)
Ciri :
CH N N R • X : gugus CHN
piperazin
• Gugus piperazin
X

Mrp antihistamin berpotensi sedang, kantuk <<


Golongan obat ini : awal kerja lambat & durasi kerja lama
 Menunjukkan aktivitas antimuskarinik periferal & sentral
Antiemetik & antivertigo
Penggunaan: antiemetik & antimual (antinausea)
CH N N CH3 HCl
• Obat profilaksis & mabuk
Siklizin HCl perjalanan
• Garam laktatnya : injeksi I.M
• Dosis lazim: oral 50 mg/4-6 jam
I.M : 50 mg/4-6 jam

CH N N CH3 HCl
Penggunaan
Klorsiklizin HCl • Urtikaria
Cl • Hay fever
Potensi << • Alergi lainnya
d. Golongan Propilamin

feniramin
Ar R N CH3
CH CH2 CH2 CHCOOH
CH CH2 CH2 N N
CH3 CHCOOH
Ar' R'
sp2 / sp3 Feniramin Maleat

• Feniramin : gugus fenil, gugus 2-piridil aril & gugus


dimetilamino terminal
• Mrpk antihistamin H1 paling aktif, efek sedasi <<
• Memiliki sedikit kerja antiemetik
• Aktivitas antikolinergik signifikan (< aminoalkil eter)
Klorfeniramin Maleat
Deksklorfeniramin Maleat Enantiomer dextro

N CH3
CH CH2 CH2 CHCOOH
N
CH3 CHCOOH

Cl potensi 10 x
Br : waktu paruh 25 jam

• Waktu paruh : 12–15 jam


• Dosis lazim oral : 4 mg/4-6 jam
Lepas lambat: 8-12 mg/8-12 jam
I.M, I.V/S.K : 5-40 mg
e. Golongan Fenotiazin
tdk tersubstitusi
• ESO : kantuk
S
• Penggunaan bersama minuman
beralkohol & depressan SSP harus
N
R dihindari
CH2-CH-CH2-N
R'
R"
Bercabang

(1) Metdilazin, USP


S • Digunakan sebagai tablet kunyah
(kelarutan dlm air rendah)
N • Terjadi anestesi lokal, jika tablet
CH2
dikunyah & tidak segera ditelan
HCl
N
CH3
(2) Prometazin HCl
S

N
CH3
CH2-CH-N HCl
CH3
CH3

• Kerja: antihistamin, antiemetik, antikolinergik & sedatif yg poten


• Signifikan: memperkuat kerja obat analgesik & sedatif

• Dosis lazim, Oral : 12,5 mg/4-6 jam atau 35 mg q.d.d


I.M/ I.V : 12,5-25 mg/4-6 jam
• Bentuk sediaan : sirup, tablet, injeksi, suppositoria
f. Golongan Dibenzosikloheptan
Analog Fenotiazin Vinil isosterik

X N
CHCOOH

N N CHCOOH
N HCl
R CH3 CH3
Struktur umum Siproheptadin HCl Azatadin Maleat

• Antihistamin Agen antipruritik • Antihistamin lama yg poten


• Antiserotonin: nafsu makan • Aktivitas : antiserotonin
• ESO: sedasi, hilang • Potensi : 3 x CTM
setelah 3-4 hari pengobatan • Dosis lazim, oral: 1-2 mg b.i.d
Efek Samping Obat

• Hipnotif-sedatif: akibat depresi SSP dan antikolinergiknya


• Efek sentral:pusing; gelisah, letih, lesu, tremor
• Gangguan saluran cerna: mual, muntah diare, sembelit
• Efek antikolinergik: mulut kering; gangguan akomodasi dan
sal.cerna; retensi kemih (tdk untuk pasien glaukoma dan hipertrofi
prostat)
• Efek antiserotonin: meningkatkan nafsu makan, berat badan
• Sensibilitas
• Efek antiparkinsonisme dan antimuskarinik
Obat antihistamin golongan etanolamin dan etilendiamin yang
punya efek antimuskarinik, sering menimbulkan retensio urine &
penglihatan kabur
B. Antagonis H1 Generasi Kedua
≠ efek sedasi pd dosis tx penetrasi SSP buruk & afinitas
thd reseptor histamin pusat, kolinergik & adrenergik rendah
OH OH CH3
Pertama di Amerika
C N CH2CH2CH2CH CH3
CH3
Terfenadin
• Antagonis H1 kerja lama (> 12 jam) selektif krn disosiasi
lambat pd reseptornya.
• Sedikit afinitas thd reseptor muskarinik, serotonik /
adrenergik (gugus difenilmetilpiperidin).
• Interaksi : antifungi imidazol (ketokonazol, itrakonazol,
flukonazol) & AB makrolida (Eritromisin, Klaritromisin)
Menghambat metabolisme: kadar obat proaritmia
OH OH CH3
C N CH2CH2CH2CH CH3
COOH
HCl
Metabolit oksidatif
Feksofenadin HCl
primer terfenadin

• Blocker reseptor H1 selektif (antihistamin ≈ terfenadin)


• Efek antikolinergik ≠ signifikan.
• Interaksi : ≠ abnormalitas ritme jantung
• Hanya 5 % dari total dosis yg dimetabolisme
sisanya diekskresi dalam empedu & urin
• T ½ 14 jam
• Dosis lazim, Oral : 60 mg b.i.d
Loratadin Cetirizine
Cl O
Cl CH N N
N O OH

N
COOCH2CH3  Sangat poten (>> terfenadin)
 Kelebihan : dosis 1 x sehari, onzet
Mempertahankan kerja antihistamin
& mengurangi efek SSP cepat (20–60 menit), efek SSP <<
& efek aritmia jantung < (bersama
antifungi imidazol & AB makrolida).
• Antagonis H1 periferal selektif.
 ESO : sifat tidur ≈ dosis, lelah,
• Aktivitas serotonergik >>
mulut kering, faringitis, pusing, px
Efek SSP/otonom << insufisiensi ginjal (eliminasi lewat
• T ½ 8–15 jam ginjal).
• Dosis lazim : oral, 10–40 mg  Makanan memperlambat laju

sehari absorpsinya
 Dosis, Oral : 5-10 mg q.d
II. Antagonis H2
Syaraf
1 2
2 Aktivitas Ambilan

Darah

3 Agonis Seluler Dikelurkan

Penggunaan : tx GI
- Nyeri ulu hati
- Tukak peptik (erosi oleh
asam/pepsin)
2 - Refluks gastroesofageal
- Tukak stres akut & erosi
NH2 NH2
5 H3C
1

Histamin HN 4 N 2 HN N 5-Metilhistamin
Agonisme H1=H2 Agonisme H2 > H1
3

NH C NH2 CH2CH2 NH C NHCH3


N-Guanilhistamin NH S
Agonis parsial H2
(antagonis lemah) HN N N NH Burimamida
Antagonis penuh H2: potensi
ketersediaan hayati oral buruk
CH2CH2 NH C NHCH3 CH2CH2 NH C NHCH3
H3C S H3C
N S
NC S
HN N Cimetidine HN N Metiamida
Antagonis penuh H2: potensi > Antagonis penuh H2: potensi >
ketersediaan hayati oral , toksik ketersediaan hayati oral , toksik
Cimetidine
Mengurangi metabolisme
H3C CH2SCH2CH2NH C NHCH3 obat2 yg dibiotransformasi
NCN enzim citokrom P-450

H N N
Benzodiazepin Propranolol Kuinin
Kofein Labetalol Sulfonilurea
Bloker kanal Ca2+ Metoprolol Teofilin
Karbamazepin Metronidazol Triamteren
Kloroquin Fenitoin Antidepresan trisiklik
Lidokain Kuinidin Warfarin

• Antasida: mengganggu absorpsi pemberian 1 jam sebelum/ sesudahnya


• Ketersediaan hayati oral tinggi (60-70 %); t1/2 2 jam
• 30-40 % dosis cimetidine dimetabolisme (S-oksidasi, hidroksilasi 5-CH3)
• Obat induk & metabolitnya dieliminasi melalui ginjal
• ESO : antiandrogenik lemah, ginekomastia (pemberian 1 bulan/ lebih)
Famotidin
CH2SCH2CH2NH C NH2
NH2 N NSO2NH2
H2N N
S
• Inhibitor kompetitif reseptor histamin H2 & menghambat sekresi gastrik
• Penggunaan : tukak duodenum, tukak gastrik ringan, hipersekresi
patologi & nyeri ulu hati.
• ESO : ≠ timbul efek seperti Cimetidine
• Diabsorpsi tak sempurna (ketersediaan hayati 40-45 %), ekskresi (ginjal)
• Famotidin sulfoksida satu2nya metabolit yg diidentifikasi pd manusia

Ranitidin • Seperti Cimetidin << lemah


• t ½ 2–3 jam
CH2SCH2CH2NH C NHCH3
CH3 • Sediaan: garam HCl & bismut sitrat
CHNO2 •
N Kombinasi dg AB makrolida
H3C (klaritromisin) : tx tukak duodenal
O
aktif (infeksi H. Pylori)
Antagonis H2 (Inhibitor Pompa
Proton)
Omeprazol
OCH3

CH3
H3CO
S N
N O H
H3C

• Sediaan kapsul (lepas-lambat/salut enterik) ≠ tahan asam


• Mekanisme kerja: inhibitor pompa proton
• Kerja antisekretori : 24–72 jam, t ½ 1 jam
• Penggunaan: tx resiko kambuhan tukak duodenal, refluks
gastroesofageal, tukak lambung, hipersekretori patologis
• Dosis, lazim dewasa : oral 20 mg q.d
Lanzoprazol
OCH3

CH3
F3CH2CO
S N
N O H
• Seperti Omeprazol
• Prodrug dlm biofase sel parietal (asam) metabolit aktif
yg berinteraksi dg secara permanen dg ATPase pompa.
• Formulasi : sbg granul salut-enterik per oral (terlindungi oleh
asam lambung)
• Dosis, tukak duodenum : 15 mg sekali sehari
Esofagitis erosif : 30 mg
III. Antagonis
H3
• Reseptor histamin H3 pelepasan neurotransmitter
neuron peptidergik
• Hisitaminergik
• Noradrenergik
• Dopaminergik
• Kolinergik
• Serotonin

• Peran tx antagonis reseptor histamin H3


- Gangguan ingatan
- Gangguna hiperaktivitas
- Obesitas
- Epilepsi
Gugus Gugus
Herosiklik Rantai A polar
Rantai B lipofilik

Imidazol Bervariasi Fenil terhalogenasi,


4-monosubstitusi sikoalkil, heteroaril

Tioperamida
• Antagonis H3 pertama yg poten
S
HN • Efek : membangunkan (hewan)
N C NH
• Tx kemungkinan: tidur berlebihan
N
(narkolepsi)
Verongamin
HO Br
N
HN Produk alami (bunga
(CH2)2NHCCCH2 OCH3 karang laut)
N
O
IV. Penghambat Pelepas Histamin
(Penstabil Sel Mast)

1–4 : tipe sel inflamatori yg berhubungan dg alergi & asma


Natrium Kromolin
Na+OOC O O COO Na+
• Sediaan nebulizer & aerosol
Tx profilaksis asma bronkial &
O OCH2CHCH2O O bronkospasme krn latihan fisik
OH • Larutan nasal: tx rinitis alergi
• Oral: gejala histaminik diare
urtikaria, nyeri abdomen & mual
• Lebih efektif sbg penstabil sel mast
jaringan penghubung
Natrium Nedokromil, USP
H3CH2C CH2CH2CH3 • Tx asma bronkial ringan s.d. sedang
Na+ OOC N O COO Na+ • Keterbatasan: pasien asma lansia &
pasien asma intrinsik.
• Lebih efektif sbg penstabil sel mast
O O mukosal
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai