Anda di halaman 1dari 13

Landasan Pendidikan

Kelompok 1
Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Hindu Negeri
I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
Anggota Kelompok
Nama : Ni Komang Tri Agustini Nama: Ida Ayu Putu Puspa W.
NIM: 2011171009 NIM: 2011171065

Nama: I Gst. A. Kunti Tresna W. Nama: Ni Luh Widya Lestari


NIM:2011171077 NIM: 2011171062
Landasan Sosiologi Pendidikan
Pokok Materi
Pengertian Ciri-Ciri Sejarah

Pengplikasian Implementasi

Ruang
Fungsi
Lingkup
Pengertian Landasan Sosiologi Pendidikan

Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah


tentang proses sosial dan pola pola interaksi sosial di
dalam sistem pendidikan.
Ciri-ciri Landasan Sosiologi Pendidikan

Empiris
Empiris

Notetis Teoritis
Teoritis
Notetis

Komulatif
Sejarah Sosiologi Pendidikan

Sosiologi lahir dalam abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran pandangan tentang
masyarakat, sebagai ilmu empiris yang memperoleh pijakan yang kokoh. Sosiologi
sebagai ilmu yang otonom dapat lahir karena terlepas dari pengaruh filsafat. Nama
sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857).
Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya
sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl
Marx,Emile Durkheim, Ferdinand Tonnies, George Simmel, Max Weber, dan Pitirim
Sorokin (semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan
beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan
sosiologi. Emile Durkheim (ilmuwan sosial Perancis) berhasil melembagakan sosiologi
sebagai disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang
berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus
pemelihara keteraturan sosial. Pada tahun 1876 di Inggris Herbert Spencer
mempublikasikan sosiologi dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang
memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas
bagian-bagian yang tergantung satu sama lain. Karl Marx memperkenalkan pendekatan
materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari
perubahan dan perkembangan masyarakat.
Implementasi Landasan Sosiologi
Pendidikan
Masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan, utamanya pada zaman
pemerintahan orde baru telah banyak perubahan. Sebagai masyarakat
majemuk, maka komunitas dengan ciri-ciri unik baik secara horizontal
maupun vertical masih dapat ditemukan. Demikian pula halnya dengan
sifat-sifat dasar dari zaman penjajahan belum terhapus seluruhnya.
Namun dengan niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat bangsa
Indonesia serta dengan kemajuan dalam berbagai bidang
pembangunan. Berbagai upaya yang persatuan dan kesatuan yang
kokoh, berbagai upaya tersebut dilaksanakan dengan tidak
mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan masyarakat Indonesia.
Hal terakhir tersebut kini makin mendapat perhatian yang semestinya
dengan antara lain memasukkannya muatan local di dalam kurikulum
sekolah. Muatan lokal yang didasarkan pada kebhinekaan masyaraka
Indonesia. Dengan demikian akan dapat diwujudkan manusia Indonesia
dengan wawasan nusantara dan berjiwa nasional akan tetapi
memahami dan menyatu dengan lingkungan.dilakukan, baik melalui
jalur sekolah (seperti mata pelajaran PKn, pendidikan sejarah) maupun
jalur pendidikan luar sekolah (penataran, P4, Pemasyarakatan P4 non
penaratan ) telah mulai menumbuhkan benih-benih.
Fungsi Landasan Sosiologi Pendidikan
Fungsi Landasan Sosiologi Pendidikan

Eksplanasi Prediksi

Utilisasi
RUANG LINGKUP LANDASAN SOSIOLOGI
PENDIDIKAN
Mengenai ruang lingkup Sosiologi Pendidikan,
Brookover mengemukakan adanya empat pokok
bahasan berikut:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan sistem social
lain
2. Hubungan sekolah dengan komunitas sekitar.
3. Hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan.
4. Pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik.
APLIKASI LANDASAN SOSIOLOGI
TERHADAP BINBINGAN DAN
KONSELING
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara
konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003)
mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri
antar budaya, yaitu :
(a) perbedaan bahasa;
(b) komunikasi non-verbal;
(c) stereotipe;
(d) kecenderungan menilai; dan
(e) kecemasan.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006) mengetengahkan tentang tren
bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat
tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan
landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling
hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan
yang harmoni dalam kondisi pluralistik
Q
&
A
Thank You

Anda mungkin juga menyukai