Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HUKUM PAJAK

SENGKETA PAJAK ASIAN AGRI GRUP


DAN PENYELESAIANNYA
Oleh Kelompok I :
 Rachmat Sesario (Ketua Kelompok) (1802010162)
 Rachman Hakim (1802010159)
 Heriadi (1802010161)
 Randy Pratama (1802010158)
 Sofyan Abdullah (1802010163)
 Masduki (1802010160)
 Rolly Raymond Polandos (1802010185)
 M. Fauzan Arya Putra (1802010184)
 Vico Andreanco Jauhari (1802010190)
SENGKETA PAJAK ASIAN AGRI GRUP
BAB III
Vico Jauhari
ANALISIS KASUS
A. PT Agri Group
PT Asian Agri Group (AAG) adalah salah satu induk usaha terbesar kedua di Grup Raja Garuda Mas,
perusahaan milik Sukanto Tanoto. Menurut majalah Forbes, pada tahun 2006 Tanoto adalah keluarga paling
kaya di Indonesia, dengan kekayaan mencapai US$ 2,8 miliar (sekitar Rp 25,5 triliun). Selain PT AAG,
terdapat perusahaan lain yang berada di bawah naungan Grup Raja Garuda Mas, di antaranya: Asia Pacific
Resources International Holdings Limited (APRIL), Indorayon, PEC-Tech, Sateri International, dan Pacific
Oil & Gas.Secara khusus, PT AAG memiliki 200 ribu hektar lahan sawit, karet, kakao di Indonesia, Filipina,
Malaysia, dan Thailand. Di Asia, PT AAG merupakan salah satu penghasil minyak sawit mentah terbesar,
yaitu memiliki 19 pabrik yang menghasilkan 1 juta ton minyak sawit mentah – selain tiga pabrik minyak
goreng.
SENGKETA PAJAK ASIAN AGRI GRUP
BAB III
Rachman Hakim
ANALISIS KASUS
B. Awal Mula Kasus
Terungkapnya dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG, bermula dari aksi Vincentius Amin Sutanto
(Vincent) membobol brankas PT AAG di Bank Fortis Singapura senilai US$ 3,1 juta pada tanggal 13
November 2006. Vincent saat itu menjabat sebagai group financial controller di PT AAG yang mengetahui
seluk-beluk keuangannya. Perbuatan Vincent ini terendus oleh perusahaan dan dilaporkan ke Polda Metro
Jaya. Vincent diburu bahkan diancam akan dibunuh. Vincent kabur ke Singapura sambil membawa sejumlah
dokumen penting perusahaan tersebut. Dalam pelariannya inilah terjadi jalinan komunikasi antara Vincent
dan wartawan Tempo.
Pelarian VAS berakhir setelah pada tanggal 11 Desember 2006 ia menyerahkan diri ke Polda Metro
Jawa. Namun, sebelum itu, pada tanggal 1 Desember 2006 VAS sengaja datang ke KPK untuk
membeberkan permasalahan keuangan PT AAG yang dilengkapi dengan sejumlah dokumen keuangan dan
data digital. Salah satu dokumen tersebut adalah dokumen yang berjudul “AAA-Cross Border Tax Planning
(Under Pricing of Export Sales)”, disusun pada sekitar 2002. Dokumen ini memuat semua persiapan transfer
pricing PT AAG secara terperinci.
SENGKETA PAJAK ASIAN AGRI GRUP
BAB III
Rachman Hakim
ANALISIS KASUS
B. Awal Mula Kasus
Modusnya dilakukan dengan cara menjual produk minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) keluaran PT
AAG ke perusahaan afiliasi di luar negeri dengan harga di bawah harga pasar untuk kemudian dijual
kembali ke pembeli riil dengan harga tinggi. Dengan begitu, beban pajak di dalam negeri bisa ditekan.
Selain itu, rupanya perusahaan-perusahaan luar negeri yang menjadi rekanan PT AA sebagian adalah
perusahaan fiktif.
Pembeberan Vincent ini kemudian ditindaklanjuti oleh KPK dengan menyerahkan permasalahan
tersebut ke Direktorat Pajak karena memang permasalahan PT AAG tersebut terkait erat dengan perpajakan.
Menindaklanjuti hal tersebut, Direktur Jendral Pajak, Darmin Nasution, kemudian membentuk tim khusus
yang terdiri atas pemeriksa, penyidik dan intelijen. Tim ini bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kejaksaan Agung. Tim khusus tersebut melakukan serangkaian
penyelidikan termasuk penggeladahan terhadap kantor PT AAG, baik yang di Jakarta maupun di Medan.
SENGKETA PAJAK ASIAN AGRI GRUP
BAB III
Rachman Hakim
ANALISIS KASUS
B. Awal Mula Kasus
Berdasarkan hasil penyelidikan tersebut (14 perusahaan diperiksa), ditemukan Terjadinya penggelapan
pajak yang berupa penggelapan pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN). Selain itu juga
“bahwa dalam tahun pajak 2002-2005, terdapat Rp 2,62 triliun penyimpangan pencatatan transaksi. Yang
berupa menggelembungkan biaya perusahaan hingga Rp 1,5 triliun. mendongkrak kerugian transaksi ekspor
Rp 232 miliar. mengecilkan hasil penjualan Rp 889 miliar. Lewat modus ini, Asian Agri diduga telah
menggelapkan pajak penghasilan untuk badan usaha senilai total Rp 2,6 triliun. Perhitungan SPT Asian Agri
yang digelapkan berasal dari SPT periode 2002-2005. Hitungan terakhir menyebutkan penggelapan pajak itu
diduga berpotensi merugikan keuangan negara hingga Rp 1,3 triliun.
Dari rangkaian investigasi dan penyelidikan, pada bulan Desember 2007 telah ditetapkan 8 orang
tersangka, yang masing-masing berinisial ST, WT, LA, TBK, AN, EL, LBH, dan SL. Kedelapan orang
tersangka tersebut merupakan pengurus, direktur dan penanggung jawab perusahaan. Di samping itu, pihak
Depertemen Hukum dan HAM juga telah mencekal 8 orang tersangka tersebut.
SENGKETA PAJAK ASIAN AGRI GRUP
BAB III
Rally Polandos
ANALISIS KASUS
C. Kajian Hukum Sebuah Kasus
Dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, ternyata diketahui bahwa Majelis Hakim
Pengadilan menolak eksepsi dari Manajer Asian Agri Group yang diwakili oleh Pengacaranya. Eksepsi yang
disampaikan Pengacara Asian Agri Group pada dasarnya menegaskan bahwa penyelesaian kasus dugaan
penyelewengan pajak merupakan kewenangan Pengadilan Pajak karena merupakan persoalan atau sengketa
pajak yang sudah diatur dalam undang-undang pajak.
Sengketa pajak yang muncul sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang tidak memuaskan Wajib
Pajak harus diupayakan penyelesaiannya secara baik, sederhana, murah, dan cepat. Artinya, ada jalan
penyelesaian secara kekeluargaan dengan musyawarah antara kedua belah pihak yang bersengketa dan tetap
memperhatikan peraturan perpajakan.
Namun, Majelis Hakim menolak eksepsi Pengacara Asian Agri Group dan berpendapat bahwa kasus
Asian Agri Group bukan merupakan sengketa pajak karena tidak adanya surat ketetapan pajak yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Kalau sengketa pajak akan ada upaya hukum untuk
menyelesaikannya, yaitu melalui upaya hukum keberatan. Oleh karenanya, kasus Asian Agri Group bisa
diadili oleh Pengadilan Negeri.
SENGKETA PAJAK ASIAN AGRI GRUP
BAB III
M.Fauzan Arya
ANALISIS KASUS
C. Kajian Hukum Sebuah Kasus
Penolakan eksepsi inilah yang perlu mendapat kajian apakah benar argumentasi hukum yang dibangun
Majelis Hakim hingga kasus dugaan penggelapan pajak bisa dipidana karena tidak adanya surat ketetapan
pajak yang diterbitkan Direktorat Jenderal Pajak sebagai dasar adanya sengketa pajak. Kalau permasalahan
pajak dibawa dalam ranah hukum pidana, tentu menjadi kontradiktif terkait proses administrasi pajak yang
tujuan utamanya mengumpulkan uang pajak. Pilihan memidanakan Wajib Pajak atau memprioritaskan
penerimaan tentu menjadi politik kepentingan pemerintah. Untuk itu, kajian komprehensif pemidanaan atas
pajak, patut menjadi perhatian serius agar tidak terjadi keresahan terus menerus di kalangan dunia usaha dan
pegawai pajak.
Seperti diuraikan diatas, dalam banyak literatur disebutkan bahwa hukum pajak tergolong sebagai
hukum publik, termasuk hukum administrasi/tata usaha negara. Jalur hukum administrasi (hukum pajak)
mempunyai cara penyelesaiannya sendiri sesuai dengan aturan yang sudah ditegaskan dalam undang-
undang pajak yang mengaturnya. Jika seperti itu, menyelesaikan persoalan administrasi pajak dengan cara
pidana menjadi kontradiktik ketika negara membutuhkan dana pajak sebagai sumber pembiayaan
pembangunan yang tiap tahun jumlahnya terus naik (meningkat). Persoalan memidana Wajib Pajak jelas
membawa keresahan tersendiri bagi pelaku dunia usaha. Artinya, pelaku usaha menjadi takut dipidana
ketika persoalan penghitungan pajak yang cukup rumit akan dipersoalkan menjadi persoalan berindikasikan
tindak pidana.
SENGKETA PAJAK ASIAN AGRI GRUP
BAB III
Heriadi Mashuri
ANALISIS KASUS
C. Kajian Hukum Sebuah Kasus
Pendapat pakar hukum dalam kasus Asian Agri Group di atas, menarik untuk dikaji dan dipahami
dengan baik oleh semua aparat penegak hukum terutama aparat Kepolisian, Kejaksaan, maupun Hakim.
Kesamaan visi memandang pajak tidak boleh dipidana karena merupakan bagian dari hukum administrasi,
harus menjadi perhatian bersama.
Hukum pajak sebagai bagian hukum tata usaha negara memang bersumber pada peristiwa perdata,
yang apabila dilanggar dapat diancam dengan pelanggaran pidana. Dalam hukum pajak memuat unsur-unsur
:
1) Hukum tata negara dan hukum tata usaha negara.
2) Hukum perdata;
3) Hukum pidana. Menyamakan persepsi demikian memang tidak mudah. Diperlukan satu koordinasi yang
kuat. Presiden selaku pimpinan eksekutif sebaiknya memimpin proses koordinasi demikian.
SENGKETA PAJAK ASIAN AGRI GRUP
BAB III
Sofyan Abdullah
ANALISIS KASUS
D. Penyelesaian Kasus PT Asian Agri Grup
PT Asian Agri Group (AAG) telah diduga melakukan penggelapan pajak (tax evasion) selama beberapa
tahun terakhir sehingga menimbulkan kerugian negara senilai trilyunan rupiah. Belum lagi kelar penyidikan,
berkembang wacana mengenai penyelesaian kasus itu di luar pengadilan (out of court settlement). Hal ini sangat
menggelisahkan kalangan yang menginginkan tegaknya hukum dan terwujudnya keadilan, tanpa pandang bulu.
Sangat ironis jika para penjahat kelas teri ditangkapi, ditembaki, disidangkan, dan dimasukkan bui, sementara
itu penjahat kerah putih (white collar criminal) yang mengakibatkan kerugian besar pada negara justru dibiarkan
melenggang karena kekuatan kapital nya.
Meski peraturan perundangan mengancam pelaku tindak pidana perpajakan dengan sanksi pidana penjara
dan denda yang cukup berat, nyatanya masih ada celah hukum untuk meloloskan para penggelap pajak dari
ketok palu hakim di pengadilan. Pasal 44B UU No.28/2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
membuka peluang out of court settlement bagi tindak pidana di bidang perpajakan. Ketentuan itu mengatur
bahwa atas permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan. Dengan demikian,
kasus berakhir (case closed) jika wajib pajak yang telah melakukan kejahatan itu telah melunasi beban pajak
beserta sanksi administratif berupa denda.
SENGKETA PAJAK ASIAN AGRI GRUP
BAB III
Sofyan Abdullah
ANALISIS KASUS
D. Penyelesaian Kasus PT Asian Agri Grup
Ketentuan hukum nyatanya begitu lunak dalam mengatur tindak pidana perpajakan. Peluang out of
court settlement dimungkinkan bagi segala jenis tindak pidana perpajakan. Peluang itu tidak hanya berlaku
untuk “Perlawanan Pasif terhadap Pajak”, yaitu perlawanan yang tidak dilakukan secara sadar atau disertai
niat dari warga masyarakat untuk merintangi aparat pajak dalam melakukan tugasnya. Penghentian
penyidikan dan penyelesaian di luar sidang juga berlaku untuk “Perlawanan Aktif terhadap Pajak” yang
perbuatannya dilakukan lewat cara-cara ilegal dan langsung ditujukan pada fiskus/pemerintah.
Jadi, penyelesaian kasus tindak pidana perpajakan oleh Asian Agri Group meski masuk kategori
“Perlawanan Aktif terhadap Pajak” sekalipun – tetap dapat diselesaikan di luar sidang pengadilan. Dengan
demikian, harapan kita bergantung pada Menteri Keuangan dan Jaksa Agung sebagai pihak yang paling
menentukan dalam proses penyelesaian tindak pidana perpajakan ini.
Asian Agri akhirnya benar - benar melayangkan surat keberatan kepada Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) terkait Surat Ketetapan Pajak (SKP) kepada 14 anak perusahaannya. Perusahaan perkebunan sawit
milik taipan Sukanto Tanoto ini melayangkan surat keberatan setelah membayar senilai Rp 969,675 miliar
atau 49% dari total pajak terutang yakni mencapai Rp 1,95 triliun.
SENGKETA PAJAK ASIAN AGRI GRUP
BAB III
Sofyan Abdullah
ANALISIS KASUS
D. Penyelesaian Kasus PT Asian Agri Grup
Sedari awal Asian Agri memang berniat banding atas penetapan SKP yang ditetapkan DJP. Namun
mereka harus terlebih dulu membayar setengah dari total utang pajak. Asian Agri melayangkan keberatan
karena menganggap SKP yang mencapai Rp 1,95 triliun tidak sesuai, sebab melebihi total keuntungan
perusahaannya yang pada 2002-2005 hanya Rp 1,24 triliun. Total utang pajak plus denda Asian Agri sendiri
mencapai Rp 1,959 triliun.
General Manajer Grup Asian Agri, Freddy Widjaya mengatakan, surat keberatan SKP telah
disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar. "Sesuai dengan jangka waktu tiga
bulan sejak tanggal penerbitan SKP." ujarnya kepada KONTAN di Jakarta, Rabu (4/9).
Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas DJP, Kismamtoro Petrus mengakui telah menerima surat
keberatan Asian Agri pada 28 Agustus 2013. DJP wajib memberikan keputusan atas keberatan itu paling
lambat dua belas bulan.
Meski keberatan, Asian Agri tetap harus membayar sisa utang pajak seperti dalam SKP (Surat
Ketetapan Pajak). Jika Asian Agri tidak melunasi seluruh tagihan SKP setelah jatuh tempo, DJP dapat
melakukan penagihan aktif berupa teguran, penerbitan surat paksa, penyitaan dan blokir rekening hingga
pelelangan aset.
SENGKETA PAJAK ASIAN AGRI GRUP
BAB IV
Sesario (Ketua
Kelompok) KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kasus analisis diatas apabila sudah terjadi suatu kasus sengketa pajak antara Wajib
pajak dengan Fiskus, maka otomatis Wajib Pajak mempunyai Hak dan Kewajiban dalam menangani
sengketa pajak tersebut. Hak dari Wajib Pajak sendiri ialah dapat mengajukan keberatan kepada Surat
Keputusan Pajak yang dibuat oleh DJP sesuai pasal 25 UU No 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, serta dapat mengajukan banding ke Peradilan Pajak apabila tidak puas dengan Surat
Ketetapan Pajak yang dijatuhkan oleh Fiskus sesuai pasal 27 UU no 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Namun yang menjadi kewajiban Wajib Pajak sebelum mengajukan keberatan maupun banding ialah
Wajib Pajak terlebih dahulu harus melunasi pajak yang disetujui dalam keputusan keberatan maupun
banding tersebut.
Dalam kasus sengketa pajak Asian Agri, dijelaskan bahwa Asian Agri melakukan penggelapan pajak
yang mengarah kepada kerugian negara. Maka dari itu Peradilan Pajak dituntut untuk bijaksana dalam
menyelidiki dan menyelesaikan permasalahan kasus tersebut sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang
berlaku.
SENGKETA PAJAK ASIAN AGRI GRUP
BAB IV
Sesario (Ketua
Kelompok) KESIMPULAN
B. Saran
1) Bagi pemerintah dan badan legislatif sebagai pembentuk Undang-undang harus menjalankan fungsinya
dengan serius dan lebih baik lagi sehingga menghasilkan tata peraturan perundang-undangan perpajakan
yang lebih baik di masa mendatang.
2) Bagi penegak hukum tindak pidana perpajakan hendaknya tetap berada dalam satu koridor peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam peraturan perundang-undangan perpajakan di Indonesia tidak
mengenal pengertian bahwa harus mendahulukan sanksi administrasi, yang ada adalah penegakan
hukum.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai