Anda di halaman 1dari 10

PENYUSUNAN RANCANGAN

PERMENDAGRI
TENTANG PENERAPAN STANDAR PELAYANAN
MINIMAL

OLEH :
NITTA ROSALIN, SE, MA
KASUBDIT PERUMAHAN DAN KAWASAN
PERMUKIMAN DIREKTORAT SUPD II
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH

DISAMPAIKAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PUSAT ASISTENSI DAN SUPERVISI PENERAPAN
SPM URUSAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DI DAERAH TERTINGGAL
DI HOTEL CIPTA JAKARTA PADA TANGGAL 16 JULI 2018
PENDAHULUAN

Penyusunan rapermendagri merupakan amanat dari


PP Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal, sebagaimana tersebut pada Pasal 16
(penerapan standar pelayanan minimal) dan Pasal
20 (sanksi administratif).
Selain itu, PP ini juga mengamanatkan kepada
Kementerian Dalam Negeri untuk:
 mengoordinasikan standar teknis yang disusun oleh
kementerian teknis (Pasal 5 hingga 10), dan
 melaksanakan pembinaan dan pengawasan penerapan SPM
daerah provinsi secara umum.
KERANGKA PENGATURAN

BAB I KETENTUAN UMUM


BAB II TAHAPAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN
MINIMAL
BAB III KOORDINASI PENERAPAN STANDAR
PELAYANAN MINIMAL
BAB IV PEMBIAYAAN
BAB V PELAPORAN PENERAPAN STANDAR
PELAYANAN MINIMAL
BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
BAB VII SANKSI ADMINISTRATIF
BAB VIII KETENTUAN PENUTUP
BAB I KETENTUAN UMUM

Pada bab ini dijelaskan definisi dan/atau batasan


istilah-istilah yang digunakan, seperti : standar
pelayanan minimal, jumlah, mutu, dan penerima
layanan dasar, dll
BAB II TAHAPAN PENERAPAN STANDAR
PELAYANAN MINIMAL
merupakan bab utama dari rapermendagri, sehingga
dibagi menjadi beberapa bagian :
Bagian Kesatu Umum
Bagian Kedua Pengumpulan Data
Bagian Ketiga Penghitungan Kebutuhan
Pemenuhan Pelayanan Dasar
Bagian Keempat Penyusunan Rencana Pemenuhan
Pelayanan Dasar
Bagian Kelima Pelaksanaan Pemenuhan Pelayanan
Dasar.
BAB III KOORDINASI PENERAPAN STANDAR PELAYANAN
MINIMAL

Pada Bab III diuraikan mengenai koordinasi yang harus


dilaksanakan, yang meliputi : penerapan, pemantauan dan
evaluasi SPM; dan penanganan isu dan permasalahan
penerapan SPM. Untuk pelaksanaan koordinasi tersebut
dibentuk Tim Penerapan SPM provinsi dan kabupaten/kota,
dengan ketentuan :
Tim Penerapan SPM Provinsi ditetapkan dengan Peraturan
Gubernur dan berkedudukan di Biro Tata Pemerintahan atau
sebutan lain.
Tim Penerapan SPM Kabupaten/Kota ditetapkan dengan
Peraturan Bupati/Walikota dan berkedudukan di Bagian
Tata Pemerintahan atau sebutan lain.
BAB IV, V, dan VI

Pada Bab IV diatur mengenai sumber-sumber


pendanaan penerapan SPM oleh pemerintah daerah.
Pada Bab V diatur mengenai muatan dan alur
pelaporan, serta kedudukan laporan penerapan SPM
dalam laporan penyelenggaraan pemerintahan
daerah (LPPD).
Bab VI mengatur jenis-jenis pembinaan dan
pengawasan serta pelaksanaannya secara berjenjang.
BAB VII SANKSI ADMINISTRATIF

Sanksi administratif yang akan diatur dalam Bab VII


masih mengalami perdebatan mengingat substansi
ini juga dimungkinkan untuk diatur dalam
Permendagri tentang Pembinaan dan Pengawasan
yang saat ini juga sedang dalam proses penyusunan
rancangannya.
HAL-HAL LAIN

Perlu dipertimbangkan dalam permendagri ini


untuk menambahkan pengaturan mengenai
pembagian kewenangan dalam penanganan bencana
antara Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) dan perangkat daerah yang menangani
perumahan rakyat terkait dengan jenis layanan
dasar penyediaan dan rehabilitasi rumah yang layak
huni bagi korban bencana Provinsi/Kabupaten/Kota.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai