Aparatur
pemerintah adalah manusia
yang dengan fungsinya menyeleng-
garakan hubungan-hubungan hukum
yang bersifat istimewa, sehingga
memungkinkan mereka melakukan
tugasnya yang khusus yaitu me-
wujudkan kesejahteraan umum.
APARATUR SIPIL NEGARA
1. Pegawai Negeri
Pada umumnya pejabat publik ber-
status pegawai negeri namun tidak
semua pejabat publik berstatus sebagai
pegawai negeri, seperti halnya peme-
gang jabatan dari suatu jabatan negara
atau Pejabat Negara (politieke
ambtsdrager). Sebaliknya tidak setiap
pegawai negeri merupakan pemegang
jabatan publik, seperti halnya
seseorang yang sedang menjalani cuti
sakit (Utrecht, E, 1964 : 162).
Hubungan Hukum Kepegawaian
Terdapat pendapat klasik yang memandang
seorang pegawai negeri yang memegang jabatan
negeri pada hakikatnya mengadakan hubungan
hukum keperdataan dengan negara (pemerintah).
Dewasa ini, kajian Hukum Tata Pemerintahan lebih
memandang hubungan hukum kepegawaian
tersebut sebagai suatu openbare dienstbetrekking
(hubungan dinas publik) terhadap negara
(pemerintah). Adapun openbare dienstbetrekking
yang melekat pada hubungan hukum kepegawaian
itu lebih merupakan hubungan antara atasan dan
bawahan.
2. Jabatan-Jabatan
Jabatan-jabatan adalah kedudukan yang menunjukan
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang
pegawai dalam rangka susunan suatu kesatuan
organisasi.
Menurut Amrah Muslimin, “jabatan” adalah subjek dalam
Hukum Administrasi, secara umum di luar Hukum
Administrasi disebut “fungsi”. Jabatan adalah suatu
lingkungan pekerjaan (tugas) tetap dalam hubungan
dengan keseluruhan tugas Negara. Jadi, dalam jabatan itu
tercakup kewenangan-kewenangan khusus, sehingga
unsur “tindakan pemerintahan dalam jabatan” tidak dapat
ditafsirkan lain dari pada tindakan dalam bidang
pemerintahan berdasarkan kewenangan khusus.[1]