Anda di halaman 1dari 26

KEDUDUKAN HUKUM

PARA PETUGAS PUBLIK


Oleh :
Prof. Dr. H. Nandang A.D., S.H., M.Hum
14 April 2021
Pengertian Subyek Hukum
 Subyek hukum adalah manusia atau badan hukum yang dapat
mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Subyek hukum
ini ada dua macam, yaitu :
 Manusia yang dinamakan natuurlijke person.
 Manusia dapat mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban
hukum, karena itu, disebut sebagai pendukung hak dan
kewajiban.
 Badan hukum yang dinamakan rechts person.
 Badan hukum adalah suatu badan atau organ yang diatur oleh
undang-undang. Badan hukum ini sebagai subyek hukum
merupakan pendukung hak dan kewajiban seperti manusia
karena badan hukum mempunyai tujuan dan mempunyai
kekayaan tersendiri terpisah dari kekayaan orang yang
mengendalikannya. Badan hukum ini ada dua macam, yaitu :
 Badan hukum privat.
 Badan hukum publik.
Subyek Hukum
Hukum Pemerintahan
 Ruang lingkup Hukum Pemerintahan
yaitu membicarakan tentang tindakan
atau perbuatan pemerintah yang
berakibat hukum, bukan saja tindakan
yang bersegi dua seperti tindakan dalam
hubungan hukum antara aparatur
pemerintah dengan swasta, tetapi juga
mencakup tindakan bersegi satu yang
dilakukan oleh aparatur pemerintah
terhadap pihak lain.
Aparatur Pemerintah

 Aparatur
pemerintah adalah manusia
yang dengan fungsinya menyeleng-
garakan hubungan-hubungan hukum
yang bersifat istimewa, sehingga
memungkinkan mereka melakukan
tugasnya yang khusus yaitu me-
wujudkan kesejahteraan umum.
APARATUR SIPIL NEGARA

 Aparatur Sipil Negara yang


selanjutnya disingkat ASN adalah
profesi bagi pegawai negeri sipil
dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja yang bekerja pada
instansi pemerintah.
Status dan Kedudukan
 Dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, manusia
dilekati oleh berbagai status dan
kedudukan (legal standing). Status dalam
lapangan hukum publik adalah
menyangkut jabatan-jabatan yang
melekat pada dirinya sebagai pejabat
aparatur pemerintah. Salah satu
contohnya adalah pegawai negeri.
Status dan Kedudukan
 Pegawai negeri yang dimaksudkan adalah mereka
yang diangkat menjadi pegawai negeri pada badan-
badan pemerintah, seperti lembaga-lembaga
departemen dan lembaga-lembaga nondepartemen
pada tingkat pusat, dinas-dinas publik, dan jawatan-
jawatan publik atau badan pemerintah daerah di
tingkat daerah. Jawatan-jawatan yang dimaksud
adalah mereka yang memangku jabatan struktural
dan fungsional, baik secara vertikal ataupun
horizontal dalam struktur pemerintahan pusat atau
negara atau daerah dan desa.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN
merumuskan bahwa :

Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya


disingkat PNS adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai Pegawai ASN secara
tetap oleh pejabat pembina kepegawaian
untuk menduduki jabatan pemerintahan.
 (Pasal 1 angka 3).
Pejabat yang Berwenang

 Pejabat yang Berwenang adalah pejabat


yang mempunyai kewenangan
melaksanakan proses pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian
Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (Pasal 1
angka 13).
Subyek Hukum dalam Hukum Pemerintahan

1. Pegawai Negeri
 Pada umumnya pejabat publik ber-
status pegawai negeri namun tidak
semua pejabat publik berstatus sebagai
pegawai negeri, seperti halnya peme-
gang jabatan dari suatu jabatan negara
atau Pejabat Negara (politieke
ambtsdrager). Sebaliknya tidak setiap
pegawai negeri merupakan pemegang
jabatan publik, seperti halnya
seseorang yang sedang menjalani cuti
sakit (Utrecht, E, 1964 : 162).
Hubungan Hukum Kepegawaian
 Terdapat pendapat klasik yang memandang
seorang pegawai negeri yang memegang jabatan
negeri pada hakikatnya mengadakan hubungan
hukum keperdataan dengan negara (pemerintah).
 Dewasa ini, kajian Hukum Tata Pemerintahan lebih
memandang hubungan hukum kepegawaian
tersebut sebagai suatu openbare dienstbetrekking
(hubungan dinas publik) terhadap negara
(pemerintah). Adapun openbare dienstbetrekking
yang melekat pada hubungan hukum kepegawaian
itu lebih merupakan hubungan antara atasan dan
bawahan.
2. Jabatan-Jabatan
 Jabatan-jabatan adalah kedudukan yang menunjukan
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang
pegawai dalam rangka susunan suatu kesatuan
organisasi.
 Menurut Amrah Muslimin, “jabatan” adalah subjek dalam
Hukum Administrasi, secara umum di luar Hukum
Administrasi disebut “fungsi”. Jabatan adalah suatu
lingkungan pekerjaan (tugas) tetap dalam hubungan
dengan keseluruhan tugas Negara. Jadi, dalam jabatan itu
tercakup kewenangan-kewenangan khusus, sehingga
unsur “tindakan pemerintahan dalam jabatan” tidak dapat
ditafsirkan lain dari pada tindakan dalam bidang
pemerintahan berdasarkan kewenangan khusus.[1]

[1] Amrah Muslimin, Penetapan atau Beschikking Dalam


Hukum Administrasi atau Hukum Tata Usaha Negara.
Palembang : Bagian Penerbitan Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya, 1978, hlm. 5.
Pengertian Jabatan
 Lebih rinci Utrecht[1] menjelaskan, sebagai
suatu kenyataan hukum, negara itu merupakan
suatu organisasi jabatan-jabatan
(ambtenorganisatie). Dalam hal ini, yang
dimaksud dengan ”jabatan” ialah suatu
lingkungan pekerjaan tetap (kring van vaste
werkzaamiheden) yang diadakan dan dilakukan
guna kepentingan negara (kepentingan umum).
Setiap jabatan adalah suatu lingkungan
pekerjaan tetap yang dihubungkan dengan
organisasi sosial tertinggi, yang diberi nama
negara. Bilamana dalam hukum negara
dikatakan ” jabatan” maka yang senantiasa
dimaksud ialah jabatan negara.
Lingkungan Pekerjaan Tetap
 Lingkungan pekerjaan tetap ialah suatu lingkungan
pekerjaan yang sebanyak-banyaknya dapat dinyatakan
dengan tepat teliti (zoveel mogelijk nauwkeuring
omschreven) dan yang bersifat duurzaam. Tidak setiap
lingkungan pekerjaan dapat dinyatakan dengan tepat
teliti. Pengertian jabatan sementara hanya mengenai
kedudukan hukum dari yang melakukan jabatan itu.
Tiap jabatan juga suatu jabatan yang diadakan untuk
waktu hanya satu bulan saja bersifat ”duurzaam”.
”Duurzaam” berarti ”tidak dapat diubah dengan begitu
saja”.

[1] E. Utrecht/Moh. Saleh Djindang, Pengantar Hukum
Administrasi Negara Indonesia. Cetakan kesembilan.
Jakarta : PT Ichtiar Baru, 1985, hlm. 144.
Wewenang Jabatan
 Jabatan itu subjek hukum (person) yakni pendukung hak
dan kewajiban (suatu personifikasi). Seorang agen
(petugas) polisi dapat menahan tiap orang berkendaraan
sepeda yang tidak memasang lampu setelah jam 18.30.
oleh karena jabatan (=lingkungan pekerjaan tetap)
mendukung wewenang (kekuasaan hak) untuk menahan
itu. Agen polisi tersebut hanya dapat bertindak demikian
pada waktu ia melakukan jabatannya. Oleh hukum
tatanegara wewenang tersebut tidak diberi kepada
pejabat (= orang agen polisi), tetapi diberi kepada jabatan
(lingkungan pekerjaan agen polisi). Sebagai subjek
hukum yaitu badan hukum, maka jabatan itu dapat
menjamin kontinuitas (continuiteit) hak dan kewajiban.
Pejabat (=yang menduduki jabatan) selalu berganti-ganti,
sedangkan jabatan terus-menerus (continu).
Perbuatan Hukum
 Karena jabatan adalah pendukung hak
dan kewajiban, yaitu suatu subyek
hukum (person), maka dengan
sendirinya jabatan itu dapat dilakukan
perbuatan hukum (rechtshandelingen).
Perbuatan hukum itu dapat diatur oleh
baik hukum publik maupun hukum privat.
Jabatan itu dapat menjadi pihak dalam
suatu perselisihan hukum (procespartij).
Hal ini diakui juga dalam peradilan
administrasi negara (administratieve
rechtspraak).
 4 (empat) macam perbuatan-perbuatan
hukum (rechtshandelingen) Administrasi
Negara,
yakni :
1. Penetapan (beschikking, administrative
discretion).
2. Rencana (plan).
3. Norma jabaran (concrete normgeving).
4. Legislasi-semu (pseudo-wetgeving).
Variasi Istilah Jabatan
 Istilah-istilah alat negara (staatsorgaan), alat
pemerintah (dalam arti kata luas (regeer atau
overheidsorgaan), alat pemerintah
(bestuursorgaan), semua istilah itu digunakan
untuk menyatakan satu pengertian yang sama,
yaitu jabatan. Istilah-istilah yang beraneka
warna itu tidak mengandung suatu pengertian
lain daripada pengertian jabatan. Alat adalah
jabatan. Penggunaan istilah alat itu dengan
maksud hanya mengikuti pembacaan (literatuur)
hukum tata pemerintahan dan penggunaan
bahasa sehari-hari (degelijks spraakgebruik).
Penjabat
 Agar dapat berjalan atau menjadi konkret (concreet)
dalam arti menjadi bermanfaat bagi negara, maka
jabatan (sebagai personifikasi hak dan kewajiban)
memerlukan suatu perwakilan (vertegenwoordiging).
Yang menjalankan perwakilan itu, ialah suatu penjabat,
yaitu manusia atau badan hukum. Yang menjalankan
hak dan kewajiban yang didukung oleh jabatan, ialah
penjabat. Jabatan bertindak dengan perantaraan
penjabatnya. Jabatan Walikota berjalan (= menjadi
konkret = menjadi bermanfaat bagi kota) oleh karena
diwakili seorang walikota, yakni oleh karena diwakili
penjabatnya. Biasanya orang mengatakan ”Walikota
berkuasa”. Perkataan ini sebetulnya tidak benar oleh
karena sebetulnya jabatan (lingkungan pekerjaan tetap)
Walikota yang berkuasa, tetapi yang mewakili kekuasaan
itu, ialah Walikota.
Pendapat Jimly Asshiddiqie
 Dalam mekanisme ketatanegaraan modern dewasa ini,
birokrasi pemerintah dapat dilihat sebagai sesuatu yang
berdiri sendiri, di luar pengertian fungsi eksekutif
pemerintahan dalam arti politik. Sedapat mungkin
birokrasi pemerintahan memang harus diamankan dari
pengaruh-pengaruh dinamika politik dalam sistem
demokrasi. Karena itu, pengertian tradisional mengenai
fungsi eksekutif pemerintahan, dapat dibedakan dalam
dua wilayah, yaitu wilayah politik, dan wilayah teknis
administratif. Fungsi eksekutif dalam wilayah politik
dijalankan oleh jabatan-jabatan politik, sedangkan fungsi
eksekutif dalam wilayah teknis administratif dijalankan
oleh jabatan-jabatan pegawai negeri sipil.
 [1] Jimly Asshiddiqie, Reformasi Menuju Indonesia Baru :
Agenda Restrukturisasi organisasi negara, Pembaruan
Hukum, dan Keberdayaan Masyarakat Madani, Makalah
disampaikan dalam forum kongres Mahasiswa Indonesia
Sedunia I, di Chicago, Amerika Serikat, 28 Oktober 2000.
Jabatan Politik dan Jabatan
Administratif
 Jabatan politik biasanya terdiri atas jabatan
Presiden, Wakil Presiden, Menteri, dan pejabat-
pejabat lain yang setingkat Menteri, serta
jabatan-jabatan kenegaraan lainnya, seperti
anggota DPR/MPR, anggota MA, anggota BPK,
dan DPA. Sedangkan jabatan administratif,
yang tertinggi adalah Sekretaris Jenderal
Departemen, Sekretaris Menteri Negara, Kepala
Badan (Eselon I) yang tidak dirangkap oleh
Menteri. Dan sebagainya. Sekretaris Jenderal
lembaga-lembaga Tinggi/Tertinggi Negara,
seperti MPR, DPR, MA, DPA, dan BPK, juga
termasuk golongan jabatan pegawai sipil.
Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan pejabat
negara adalah :
 Presiden.
 Anggota Badan Permusyawaratan Rakyat atau
Perwakilan Rakyat.
 Anggota Badan Pemeriksa Keuangan
 Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim
Mahkamah Agung.
 Anggota Dewan Pertimbangan Agung.
 Menteri.
 Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri
yang berkedudukan sebagai duta besar luar biasa dan
berkuasa penuh.
 Gubernur Kepala Daerah.
 Bupati kepala daerah/walikotamadya kepala daerah.
 Pejabat lain yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan. (bagian penjelasan).
Pejabat Negara
 Pada bagian penjelasan ditegaskan pula bahwa
Pegawai Negeri yang diangkat menjadi pejabat
negara, dibebaskan untuk sementara waktu dari
jabatan organiknya selama menjadi pejabat negara,
kecuali Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim
Mahkamah Agung. Pegawai negeri tersebut secara
administratif tetap berada pada
departemen/lembaga yang bersangkutan dan ia
dapat naik pangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku tanpa terikat
pada formasi. Apabila pegawai negeri yang
bersangkutan berhenti sebagai pejabat negara
maka ia kembali kepada departemen/lembaga yang
bersangkutan. Urusan penggajian dan pemberian
pensiun bagi para pejabat negara diatur secara
tersendiri melalui peraturan perundang-undangan.
3. Jawatan Publik, Dinas-Dinas
Publik, BUMN dan BUMD
 Pada masa berlakunya UU No. 8 Tahun 1961 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kepegawaian, pegawai
perusahaan negara (PN) dimasukkan dalam kategori
pegawai negeri meskipun kedudukannya ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan tersendiri.
Setelah lahirnya UU No. 8 Tahun 1974 yang
menggantikan UU No. 8 Tahun 1961, menetapkan
status Pegawai Negeri Sipil bagi :
 Pegawai Negeri Sipil Pusat yang bekerja pada
Perusahaan Jawatan (Perjan);
 Pegawai Negeri Sipil Pusat yang mendasarkan
sesuatu peraturan perundang-undangan
diperbantukan atau dipekerjakan pada badan lain,
seperti Perusahaan Umum (Perum), yayasan dan lain-
lain.
(bagian penjelasan dari Pasal 2).
Status Kepegawaian
 Rumusan Penjelasan Pasal 2 UU No. 8 Tahun
1974 itu hanya menetapkan status pegawai
negeri pusat bagi pegawai perusahaan jawatan
(perjan) dan tidak diberlakukan bagi pegawai
perusahaan umum (Perum). Pada Instuksi
Presiden No. 17 Tahun 1967 telah
digarisbawahi bahwa pegawai perusahaan
jawatan (perjan) pada pokoknya adalah
pegawai negeri. Sedangkan pegawai
perusahaan umum atau (perum) adalah
pegawai perusahaan negara yang diatur
tersendiri di luar ketentuan-ketentuan yang
berlaku bagi pegawai negeri atau perusahaan
swasta/usaha (negara) perseroan.
Desa

4. Desa/Daerah Swapraja dan Swatantra


Berdasarkan Pasal 202 ayat (3) Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, jabatan
sekretaris desa diisi oleh pegawai negeri
yang memenuhi persyaratan. Lihat juga
UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Anda mungkin juga menyukai