Anda di halaman 1dari 14

ARBITRASE SEBAGAI PILIHAN PENYELESAIAN

SENGKETA BISNIS
Pengertian :
Adalah : Penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang hakim atau
para hakim berdasarkan persetujuan bahwa para pihak akan tunduk pada
atau menaati putusan yang diberikan oleh hakim yang mereka pilih. (Prof.
Subekti (1992: 1).

Pasal 1 ayat (1) UU No. 30 Tahun 1999. Arbitrase adalah: “Cara


penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para
pihak yang bersengketa.”
Unsur-unsur dalam pengertian arbitrase:

• Adanya kesepakatan untuk menyerahkan penyelesaian sengketa di


luar peradilan umum;
• Sengketanya diadili oleh hakim atau para hakim;
• Putusannya merupakan putusan akhir dan mengikat (final and
binding).
Dasar Pertimbangan Memilih Arbitrase
• Prosesnya cepat;
• Dilakukan secara rahasia;
• Bebas memilih arbiter;
• Diselesaikan oleh ahlinya (expert);
• Menupakan putusan akhir dan mengikat (Final and binding);
• Biaya lebih murah;
• Bebas memilih hukum yang diberlakukan. (jika berbeda
kewarganegaraan).
Lembaga Arbitrase :
Pengertian :
Adalah : “Badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau
yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau oleh Lembaga Arbitrase,
untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang
diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase”.
Jenis-jenis Arbitrase:
Arbitrase ad hoc (arbitrase volunter),
• Yaitu arbitrase yang dibentuk khusus untuk menyelesaian atau memutus
perselisihan tertentu. Dengan demikian, keberadaan arbitrase ad hoc
hanya bersifat “insidentil” dan hanya untuk satu kali penunjukan.
Arbitrase Intitusional :
• Adalah lembaga atau badan arbitrase yang bersifat permanen. Pasal 1
ayat (2) Konvensi New York 1958 menyebut jenis lembaga ini
“Permanent Arbitral Body”.
Arbitrase institusional ini ada yang bersifat nasional dan ada pula yang
bersifat internasional.
Beberapa Lembaga Arbitrase :
• Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI);
• Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI);
• The International Centre for Settlement of Investment Disputes
(ICSID);
• The Court of Arbitration of The International Chamber of Commerce
(ICC).
Ruang Lingkup Arbitrase :
Ruang lingkup arbitrase menurut UU No. 30 Tahun 1999 meliputi
sengketa-sengketa sebagai berikut :
• Sengketa di bidang bisnis;
• Senketa di bidang perburuhan/ketenagakerjaan, sepanjang
menyangkut hak pribadi yang sepenuhnya dapat dikuasai oleh para
pihak.
Yang dimaksud dengan hak pribadi adalah hak-hak yang penegakannya
tidak bersangkut paut dengan ketertiban umum, misalnya proses
mengenai perceraian, status anak, pengakuan anak, penetapan wali dll.
Dasar Hukum Berarbitrase:
• UU No. 30 Tahun 1999, tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa Umum;
• UU No. 5 Tahun 1968 tentang Persetujuan atas Konvensi tentang
Penyelesaian Perselisihan Antar Negara dan WNA mengenai
Penanaman Modal;
• Keppres No. 34 Tahun 1981 tentang Pengesahan Konvensi New York
1958;
• Peraturan M.A. No. 1 Tahun 1990 mengenai peraturan lebih lanjut
tentang pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase asing.
Bagaimana dan kapan Perjanjian arbitrase
dibuat :
1. Akta Kompromitendo (pactum de compromitendo), adalah suatu
clausula dalam perjanjian pokok dimana ditentukan bahwa para
pihak diharuskan mengajukan perselisihannya kepada seorang atau
majelis arbitrase. Klausula ini dibuat bersamaan dengan klausul atau
pasal-pasal dalam perjanjian pokok, dalam arti dibuat sebelum
sengketa muncul;
2. Akta Kompromis, adalah perjanjian khusus yang dibuat setelah
terjadinya sengketa. Akta Kompromis harus dibuat dalam bentuk
tertulis dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak atau bisa juga
dibuat di depan notaris.
Pelaksanaan Putusan Arbitrase Nasional:
• Pejabat yang berwenang untuk melaksanakan atau mengeksekusi
putusan arbitrase adalah Pengadilan Negeri;
• Majelis arbitrase yang menjatuhkan putusan tidak memiliki
kewenangan eksekusi (pelaksanaan putusan), karena majelis tersebut
bukan bersifat yudisial;
• Majelis arbitrase tidak memiliki perangkat juru sita yang bertugas
melaksanakan eksekusi.
Pendaftaran Putusan Arbitrase:
Pasal 59 UU No. 30 Tahun 1999 menyebutkan, bahwa tahap pertama
yang harus dilaksanakan dalam rangka eksekusi putusan arbitrase
adalah:
• Pendaftaran/penyimpanan atau yang disebut dengan istilah “deponir”
pada PN dalam wilayah putusan tersebut dikeluarkan;
• Kewajiban pendaftaran dilakukan paling lambat 30 hari sejak tanggal
putusan diucapkan;
• Yang berhak mengajukan pendaftaran putusan adalah salah seorang
anggota arbiter atau kuasanya untuk dan atas nama arbiter;
• Semua beaya ditanggung oleh pihak yang bersengketa.
Permohonan Eksekusi :
Pengertian eksekusi adalah permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri
agar dikeluarkan perintah eksekusi terhadap putusan; (dalam hal ini adalah
perintah eksekusi terhadap putusan arbitrase). Tahap-tahapnya adalah
sebagai berikut :
• Perintah eksekusi akan diberikan dalam waktu paling lama 30 hari sejak
tanggal pendaftaran; (Pasal 62 ayat (1) UU.No.30 Tahun 1999);
• Ketua Pengadilan Negeri berwenang memeriksa terlebih dahulu, apakah
putusan arbitrase itu sah atau tidak;
• Dikategorikan sah jika perselisihan tersebut memang disepakati oleh para
pihak yang bersengketa, serta merupakan bidang perdagangan dan
mengenai hak yang dikuasai sepenuhnya oleh para pihak.
Pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional:

Pasal 65 U.U. No. 30 Tahun 1999 dinyatakan bahwa:


“Yang berwenang menangani masalah pengakuan
dalam pelaksanaan putusan arbitrase internasional
adalah “Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.”
Putusan arbitrase Internasional dapat dilaksanakan di wilayah hukum
R.I. antara lain jika: terikat perjanjian bilateral/multilateral, lingkup
hukum perdagangan, tidak bertentangan dengan ketertiban umum
Putusan arbitrase Internasional dapat dilaksanakan
di wilayah hukum R.I. antara lain jika:
• Terikat perjanjian bilateral/multilateral;
• Lingkup hukum perdagangan;
• tidak bertentangan dengan ketertiban umum;
• Setelah memperoleh eksekusi dari Ketua Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat;
• Khusus yang menyangkut salah satu pihak yang bersengketa adalah
negara R.I. Hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh eksekusi
dari Mahkamah Agung R.I., yang selanjutnya dilimpahkan kepada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Anda mungkin juga menyukai