Congenital and Pediatric Neurologic Disorders
Congenital and Pediatric Neurologic Disorders
DISORDERS
Satrianti Totting/42170175
Klasifikasi
Communicans
1.
Normal pressur
MRI (T2, T1, Flair) : tampak ventrikel yg dilata
e hydrocephalu
si tanpa lesi obstruktif, tampak keramaian pad
s (CT Scan) : t
a sulci superior dg fisura Sylvia yg prominen
ampak dilatasi
dan aliran CSF akuaduktus lebih kosong, men
ventrikel (lesi o
andakan aliran yg lebih cepat
pasitas pada b
agian sentral s
erebri) yg tidak
proporsional
2. Obstruksi / non communicans
Hematom subdura
•
(foramen IV)
Obstruction
Gejala klinis
Gejala klinis :
Febris hingga hiperpireksia
fotosensitivitas
Gg perubahan mental
Batang otak : perubahan refleks pupil, defisit saraf kranial, perubahan pola napas
MRI (T2 – DWI) : HSV encephalitis
Akibat : Aksi serentak & mendadak dari sekelompok
besar sel saraf otak yg disertai pelepasan muatan
listrik berlebihan dari neuron-neuron tsb.
MRI : Atrofi hippoc
ampus kanan
Manifestasi Klinis
•
Gejala khas berupa suhu naik mendadak, dapat sampai hiperpireksi,
nyeri kapala, muntah dan perubahan tingkah laku
•
Kesadaran menurun
•
Kejang umum dan/atau fokal atau hanya ’twitching’ saja. Pada kejang
fokal dicurigai penyebab virus herpes simplek
•
Gejala serebral lainnya dapat berupa ataksis, paresis, paralisis, afasia
dan sebagainya.
•
Gerakan involunter (bila terkena ganglia basalis)
POLIOMYELITIS
Akibat virus polio (Picornavirus), jenis enterovirus
hari)
Tidak ada gejala karena imunitas yg baik
Abortif
Mendadak langsung beberapa jam – hari
Tipe paralitik
Gejala non paralitik disertai kelemahan otot skelet atau kranial
Paralisis akut pada bayi seperti paralisis vesika urinaria & atonia
usus
MRI (T1 & T2) Polio effects on the knee : Pasien dengan ri
wayat polio, terjatuh, tidak dapat meluruskan lututnya. Kesa
n atrofi lemak sekitar otot pada lutut karena hilangnya neur
on motorik seperti yang terjadi pada sumsum tulang belaka
ng pasien dengan polio (menyerang sel-sel tanduk anterior)
/ anterior horn cells).
X – Ray (art. Genu) Poliomyelitis with fracture : Pasien mempuny
ai riwayat poliomyelitis pada saat masih kecil. Keluhan : tersandu
ng, nyeri lutut. Terdapat # impaksi, comminuted pada os. femur d
istal metadiafisis. Tulang terkesan osteopenia (karena usianya m
asih muda).
X – Ray (pelvis – art genu) : Tam
pak hipertrofi pada soft tissue sisi k
anan disebabkan pemendekan os.
femur kanan, dg pemendekan sud
ut leher femur. Epifisis sebelah kan
an juga nampak lebih kecil dan leta
knya agak superolateral.
CT scan Post poliomyelitis mus
cular atrophy : Tampak atrofi ot
ot yg asimetris & perpindahan j
aringan lemak (psoas kanan, ill
iaca, obturator externus & otot
semimebranasea kiri). Bersam
a dg bilateral gluteus minimus,
vastus lateralis, kelompok add
uctor & rectur femoris. Tampak
rotasi eksternal yg berlebihan d
ari femur bilateral (kanan > kiri)
.
CEREBRAL PALSY
Keadaan di mana penderita mengalami buruknya pengendalian otot,
kekakuan, kelumpuhan serta gangguan fungsi saraf lainnya. Bukan
suatu penyakit, melainkan sebuah kondisi & tidak progresif
Manifestasi klinis :
Tergantung dari bagian dan luas jaringan otak yang mengalami
kerusakan :
Spastisitas, Terdapat peninggian tonus otot dan reflek yang disertai
dengan klonus dan reflek Babinski.
Tonus otot yang berubah.
Ataksia ialah gangguan koordinasi kerusakan terletak di serebulum.
Gangguan Pendengaran
Gangguan Bicara
Gangguan mata
MRI : Neonatus lahir dg keadaan anoksi
a. Klinis ditemukan spastik quadriplegi ce
rebral palsy yg asimetri (defisit bagian ka
nan). Ditemukan encephalomalacia kistik
pada regio temporal & parietal kiri, keterl
ambatan myelinasi, pengurangan volume
white matter & pembesaran ventrikel.
Kolesistitis acalculous akut (AAC) merupakan peradangan pada GB tanpa
adanya GB bate. AAC terjadi lebih sering pada anak-anak dan orang dewasa
yang sakit kritis atau pada mereka yang baru saja menjalani stres trauma
berat, luka bakar, atau operasi besar
Kolesistitis emphysematous akut ditandai oleh adanya gas dalam dinding GB,
lumen GB, atau keduanya. Hal ini terjadi lebih sering pada pria diabetes; lebih
jarang, terjadi dalam hubungan dengan cholelithiasis.
Longitudinal oblique sonogram through the gallbladder shows a
calculus at the neck of the gallbladder with acoustic shadowing
and thickening of the gallbladder wall (arrow).
Axial scan through the gallbladder shows marked thickening of the
gallbladder wall, with the lumen of the gallbladder full of sludge
(Left) Plain radiograph of a 57-year-old woman presenting with right iliac fossa
pain and mild fever shows large laminated opacities in the right iliac fossa (RIF);
these findings suggest gallstones (arrow). Two smaller nonlaminated oval
opacities are present more medially; these were interpreted as calculi in the
cystic duct.
AMOEBIC LIVER
ABSCESS
Abses hepar yang terjadi akibat infeksi dari E. histolytica
*
7 G. NEFROLOGY 20. Acute glomerulonephritis 3A
NEFROLOGY
20. Chronic glomerulonephritis 3A
20. Renal colic 3A
20. Urinary stone diseases or 3A
urinary calculi without colic
Manifestasi Klinik :
Proteinuria, hematuria
Hipertensi, malaise, kehilangan BB, polyuria dan nocturia
Sakit kepala, pusing, dan pada umumnya terjadi gangguan
pencernaan
dema, susah bernapas, angina, hematuria, anemia
Pembesaran ginjal
dengan didapatkannya
opasitas echogenic
pada ginjal
KOLIK RENAL
Nyeri mendadak akut, disertai nyeri tekan di area kosto
Hydronephrosis,
bayangan echogenic
pada renal dan dilatasi
ureter
VESICOLITHIASIS
Didapatkan gambaran
berupa opasitas berbentuk
bulat dengan jumlah 3
batas tegas pada vesica
urinaria
URETROLITHIASIS
Anteroposterior view of
plain X-ray pelvis
calculus pada uretra
INFEKSI TRAKTUS
URINARIUS
PIELONEFRITIS
Infeksi pada parenkim & pelvis ginjal
Etiologi : E coli, Proteus, Klebsiella, Strept, Fecalis
Gejala - gejala :
Etiologi : Penyebaran S aureus secara hematogen,
tersering infeksi dari kulit
Gejala klinis : tiba-tiba menggigil, demam, nyeri pada
sudut kostovertebral, bila abses sudah berhubungan
dengan sistem kolekting timbul gejala iritasi buli
Fungsi ginjal masih
baik (panah hitam).
Fungsi ginjal kiri tidak
baik (panah putih).
Terlihat air pocket
(panah putih atas)
Ginjal kanan : berisi cairan Ginjal kiri : terlihat masa besar
dengan multiple air pocket
ABSES PERINEFRIK
Terletak antara kapsul ginjal & fasia gerota
Umumnya akibat ruptur abses intra renal
Etiologi : bakteri coliform, & Pseudomonas, dan
Stafilokok
Temuan Klinis : demam, menggigil, nyeri pada
pinggang & perut, malaise, disuria
Kumpulan cairan anekoik
SISTITIS AKUT
Etiologi : E coli (terbanyak), Staphylococcus saprophyticus,
Enterococcus
Umumnya asal infeksi dari urethra
Patologi :
Stadium awal : mukosa hiperemis, edema
Stadium lanjut : mukosa rapuh, hemorrhgis, ulkus dangkal yang
berisi eksudat
Temuan Klinis : freukwensi, disuria, urgensi, nokturi, rasa terbakar
pada saat miksi, urge incontinence, hematuri, nyeri suprapubik &
pinggang, honeymoon cystitis
Udara terlihat Terlihat gambaran Dinding VU
pada dinding VU lusensi udara pada VU tertutup oleh
(empisematus
udara
sistitis)
URETHRITIS AKUT
Etiologi
Ascending : meatus, urethra distal
Descending : traktus urinarius bagian atas buli & prostat
Penyebab : N. gonorrhoeae terbanyak & NGU : Chlamydia
trachomatis, U urealyticum
Patologi : mukosa eritema, edema, eksudat purulen & ulserasi
Temuan klinis : discharge pada urethra, disuri, gatal & rasa terbakar
pada urethra
Go masa inkubasi 1-5 hari discharge purulent (seperti susu)
NGU : masa inkubasi 5-21 hari discharge mukoid, disuri bisa (+)/(-)
Urethritis & Sistitis
Infeksi atau inflasi yang terjadi pada glandula prostatica
PROSTATITIS
Ada 4 sindrom dalam prostatitits :
Prostatitis Bakteri Akut infeksi ascendens dari uretra
(organisme gram negative)
Prostatits Bakteri Kronis E.Coli, C. Thracomatis, HIV ,
Cytomegalovirus
Prostatitis Kronis
Prostatitis Inflamasi gangguan pada saluran traktus urinarius
Manifestasi Klinik : demam, malaise, atralgia, myalgia, diuria,
kadang terdapat discharge
Pemeriksaan Fisik : nyeri suprapubik, rectal touche : nyeri palpasi
Pembesaran kelenjar prostat , tidak didapatkan
abses pada gambaran CT Scan