Reading
Epistaxis First-Aid Management: a Needs
Assessment
among Healthcare Providers
Ketika menilai tanggapan untuk kedua pertanyaan bersama-sama, hanya 21% dari EM attending
physicians, 19% dokter residen, 11% dari praktisi perawatan primer, dan 4% perawat menjawab
dengan benar.
Sebagian besar EM physicians dan praktisi perawatan primer yang salah menanggapi salah satu
pertanyaan di atas menyatakan bahwa mereka "sangat yakin" dengan tanggapan mereka. (Tabel)
Diskusi
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan umum tentang pertolongan pertama epistaksis
buruk pada populasi penyedia layanan kesehatan ini.
Selain itu, sebagian besar dokter keluarga dan EM attending physicians menjawab bahwa mereka
"sangat yakin" saat memberikan tanggapan yang salah.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa para dokter ini tidak hanya kurang informasi tentang hal ini, tetapi
mungkin memiliki kesalahpahaman yang sangat kuat tentang bagaimana penanganan awal pada
epistaksis.
Sayangnya, temuan tersebut merupakan hal yang wajar. Dalam survei terbaru dari dokter junior di 50
UGD yang berbeda di Inggris Raya (UK), 42% melaporkan tidak memiliki pengajaran formal tentang
manajemen epistaksis dan 38% melaporkan bahwa topik tersebut dibahas dalam waktu kurang dari
15 menit.
Masalah ini juga tampaknya luas secara global. Sebuah studi oleh Alyahya et al. mahasiswa
kedokteran di Arab Saudi menemukan bahwa hanya 41% yang mengidentifikasi area yang benar
untuk penerapan tekanan pada hidung, dengan mayoritas melaporkan pengetahuan ini didapatkan
secara otodidak.
Diskusi
Dalam sebuah studi pasien epistaksis yang ditemui oleh ahli THT, semua pasien
telah bertemu dokter terlebih dahulu sebelum ditemui ahli THT, tetapi hanya
kurang dari setengahnya yang telah menerima saran/edukasi
manajemen
tentang pertolongan pertama epistaksis.
Eze dkk. menyurvei EM physicians tentang praktik mereka mengedukasi pasien
dan membuat grafik sebelum dan sesudah intervensi. EM physicians diberikan
presentasi dan brosur tentang manajemen pertolongan pertama epistaksis oleh
departemen THT. Awalnya, 17% pasien kembali ke UGD dengan epistaksis
berulang. Pada studi fase kedua, setelah presentasi dan pemberian selebaran
brosur, hanya 8% yang kembali ke perawatan dengan epistaksis berulang.
Diskusi
Ambiguitas juga masih ada dalam instruksi yang terdapat pada publikasi baru
dari Journal of Family Practice yang meninjau pernyataan manajemen epistaksis
yaitu "menerapkan tekanan digital pada bagian tulang rawan hidung" dan
pentingnya instruksi ini tidak ditekankan. Untuk lebih meningkatkan
pengetahuan pasien, kita perlu memastikan pengajaran dan edukasi petugas
kesehatan baik dalam instruksinya maupun kepentingannya.
Diskusi
Meskipun penelitian penulis saat ini menyoroti defisit pengetahuan di penyedia
layanan kesehatan yang disurvei, ada keterbatasan dalam penelitian ini yang
memerlukan diskusi.
Survei ini adalah single-center study dan oleh karena itu, memiliki keterbatasan
yang melekat pada kemampuan generalisasinya.
Survei forced-choice mungkin tidak menangkap secara spesifik apa yang dokter
katakan kepada pasien sebagai edukasi atau seluk-beluk alasan di mana mereka
seharusnya mengompres hidung.
Kesimpulan
Mayoritas dokter keluarga, EM attending physicians, perawat UGD, dan dokter
residen pada rotasi EM yang disurvei pada penelitian single centre ini, salah
dalam mengidentifikasikan tindakan pertolongan pertama untuk epistaksis akut.
Pengajaran khusus tentang topik ini diharapkan dapat mengatasi dan
meningkatkan kurangnya pengetahuan yang diidentifikasi oleh penelitian
penulis, dan selanjutnya meningkatkan perawatan dan keselamatan pasien.
Daftar Pustaka
Sowerby dkk. 2021. Epistaxis First-Aid Management: a Needs Assessment
among Healthcare Providers. London: Departement of Otolaryngology
University of Western.
TERIMA KASIH