Anda di halaman 1dari 78

OLEH

NI LUH PUTU SRI ERAWATI


 Persalinan normal adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup diluarkan dengan melalui jalan
lahir secara spontan dengan presentasi
belakang kepala dan tanpa komplikasi.
 Sebab – sebab mulainya
persalinan belum diketahui
secara pasti.
 Banyak faktor yang memegang
peranan dan bekerjasama
sehingga terjadi persalinan.
 Beberapa teori yang
dikemukakan sebagai penyebab
persalinan
 1. Penurunan kadar progesteron
Progesterone menimbulkan relaksasi otot –
otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerenggangan otot rahim.
Selama kehamilan terdapat keseimbangan
antara kadar progesterone dan estrogen di
dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan
kadar progesterone menurun sehingga
timbul his.
2. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin
bertambah oleh karena itu timbul
kontraksi otot – otot rahim.
3. Keteganganotot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing
dan lambung, bila dindingnya
terenggang oleh karena isinya.
4. Pengaruh janin / fetal cortisol
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin
rupa – rupanya juga memegang peranan,
oleh karena itu pada anenchepalus
kehamilan sering lebih lama dari biasa.
5. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua,
disangka menjadi salah satu penyebab
permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau
E2 yang diberikan secara intravena, intra
dan ekstra amnial menimbulkan kontraksi
myometrium pada setiap umur kehamilan.
Hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air
ketuban maupun darah perifer pada ibu –
ibu hamil sebelum melahirkan atau selama
persalinan.
1. Kala 1 (Pembukaan)
Tahapan persalinan Kala 1 dimulai dari
munculnya tanda-tanda persalinan, yaitu,
ketika bayi bergerak turun ke bawah dan
masuk ke panggul, kontraksi teratur mulai
muncul, leher rahim menipis, mengalami
dilatasi (terjadi pembukaan) dan berakhir
ketika pembukaan mulut rahim sudah
lengkap (pembukaan 10).
Kala I ada 2 fase:
a.Fase Laten
b.Fase Aktif
2. Kala II
Dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir
Tanda-tanda Kala II persalinan adalah:
 Adanya dorongan mengejan.
 Ada tekanan pada anus.
 Perineum menonjol.
 Keluarnya darah dan lendir semakin
bertambah banyak.

3. Kala III  dari lahirnya bayi sampai lahirnya


plasenta
4. Kala IV  dari lahirnya plasenta sampai 2
jam PP
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan
teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa
tanda, yaitu :
• pengeluaran lendir
• lender bercampur darah
3. Dapat disertai ketuban pecah.
4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai
perubahan serviks :
• Pendataran cervix
• Pembukaan cervix
1. Passage
2. Power
3. Passanger
4. Psikis Ibu
5. Posisi
Jalan Lahir

Bagian Yang Keras Bagian yang Lunak

Tulang – tulang Otot – otot Dasar


Panggul (Kerangka Panggul, Uterus.
Panggul ) Perineum
Rangka Panggul :
Hal – hal yang harus diperhatikan :
 Tulang – tulang panggul
 Articulatio
 Ruang panggul
 Pintu panggul
 Sumbu panggul
 Bidang – bidang panggul
 Ukuran – ukuran panggul
 Jenis – jenis panggul
Tenaga yang Mendorong anak
keluar:
His / Kontraksi Uterus
Macam – macam His :
 His Pendahuluan
 His Persalinan
His Pendahuluan ( His Palsu )
Peningkatan kontraksi Braxton Hicks,
Sifatnya :
1. Tidak teratur

2. Lamanya his pendek

3. Tidak bertambah kuat dengan majunya


waktu
4. Kalau dibawa jalan tidak bertambah kuat
malahan sering berkurang
5. Nyeri. Nyeri ini hanya terasa di perut
bagian bawah
6. Tidak ada pengaruh pada pendataran /
pembukaan servik
His Persalinan
His yang datangnya berulang – ulang yang
menimbulkan pembukaan pada servik,
Sifatnya :
1. Nyeri melingkar dari punggung
memancar keperut bagian depan
2. Teratur

3. Makin lama makin pendek intervalnya


dan makin kuat intensitasnya
4. Kalau dibawa berjalan bertambah kuat

5. Mempunyai pengaruh pada pendataran


dan pembukaan
Akibat Dari His :
 Terhadap Ibu :
a. Nyeri yang disebabkan karena kontraksi
dari otot rahim yang akan menjepit
pembuluh – pembuluh syaraf, maka
terjadi nyeri di pinggang dan diatas
simfisis
b. Penjepitan pada pembuluh – pembuluh

darah ditandai dengan kenaikan tensi


dan nadi dari ibu menjadi cepat
c. Servik menjadi pendek

d. Terjadi pembukaan ostium uteri


 Terhadap Anak
a. DJJ menjadi lebih cepat dan kurang jelas
b. Adanya kemajuan dari anak

Pemeriksaan his harus dilakukan setiap jam dalam


fase laten dan setiap 30 menit dalam fase aktif.
Tujuannya Adalah :
• frekuensi : Berapa banyak frekuensi his dalam 10
menit
• Lama His : Berapa lamanya his yang terjadi
dalam hitungan detik
• Kekuatan Kontraksi : Menimbulkan naiknya
tekanan intrauterin sampai 35 mmHg.
• Interval antara dua kontraksi : Pada permulaan
persalinan his timbul sekali dalam 10 menit, pada
kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
Tenaga Mengedan
 Setelah pembukaan lengkap,
his kuat, kepala sudah turun
maka timbullah perasaan
mengedan
 Tenaga mengejan hanya dapat
berhasil jika pembukaan sudah
lengkap dan paling efektif
sewaktu kontraksi uterus
 Janin
 Plasenta
 Air Ketuban
 Bagian yang paling besar dan keras dari
janin adalah kepala janin.
• Posisi dan besar kepala dapat
mempengaruhi jalan persalinan.
• Kepala ini pula yang paling banyak
mengalami cedera pada
persalinan,sehingga dapat membahayakan
hidup dan kehidupan janin kelak.
• Biasanya apabila kepala janin sudah lahir,
maka bagian – bagian yang lain dengan
mudah menyusul kemudian.
1. Bagian muka dan tulang – tulang
dasar tengkorak ( basis kranii ) :
 Os nasalis ( tulang hidung )
 Os maksilaris ( tulang rahang atas )
 Os mandibularis ( tulang rahang
bawah )
 Os Zygomatikum ( tulang pipi )
2. Bagian Tengkorak
 Os Frontalis ( Tulang Dahi )
 Os Parietalis ( Tulang Ubun –
Ubun )
 Os Temporalis (Tulang
Pelipis)
 Os Occipitalis ( Tulang
Belakang Kepala )
3. Sutura
Sutura Sagitalis
Sutura Koronaria
Sutura Lamboidea
Sutura Frontalis
4. Ukuran Diameter
 D. Occipito – Frontalis : 12 cm (letak
puncak kepala)
 D. Mento – Occipitalis : 13,5 cm
(letak dahi)
 D. Suboccipito – Bregmatika : 9,5
cm (LBK)
 D. Biparietalis : 9,25 cm
 D. Bitemporalis : 8 cm
5 Ukuran Cirkumferensia (keliling):
 Circ. Fronto – Occipitalis : 34 cm
 Circ. Mento – Occipatalis : 35 cm
 Circ. Subooccipito –
Bregmatika : 32 cm
 Uri berbentuk bundar atau oval
dengan ukuran diameter 15 – 20 cm,
tebal 2 – 3 cm,
 berat 500 – 600 gram.
 Biasanya plasenta akan berbentuk
lengkap pada kehamilan kira – kira 16
minggu, dimana ruang amnion telah
mengisi seluruh rongga rahim.
PEMBAGIAN PLASENTA :
1. Bagian Janin : terdiri dari korion
frondosum dan vili.
2. Bagian maternal : terdiri dari desidua
kompaktayang terbentuk dari beberapa
lobus dan kotiledon ( 15 – 20 buah )
3. Tali Pusat : Tali Pusat merentang dari
pusat janin ke uri bagian permukaan
janin. Panjangnya rata – rata 50 -55 cm
FUNGSI PLASENTA:
1. Nutrisasi : Alat pemberi makanan pada
janin
2. Respirasi : Alat penyalur zat asam dan
pembuang CO2
3. Ekskresi : Alat pengeluaran sampah
metabolisme
4. Produksi : Alat yang menghasilkan hormon
– hormon
5. Imunisasi : Alat penyalur bermacam –
macam antibodi ke janin
6. Pertahanan : Alat yang menyaring obat –
obatan dan kuman – kuman yang bisa
melewati uri
 Volume air ketuban pada kehamilan cukup
bulan kira – kira 1000 – 1500 cc.
 Air ketuban berwarna putih keruh, berbau
amis dan berasa manis.
 Reaksinya agak alkalis atau netral, dengan
berat jenis 1,008.
 Komposisinya terdiri atas 90 % air, sisanya
albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel –
sel epitel, rambut lanugo, verniks caseosa
dan garanm an organik. Kadar protein kira –
kira 2,6 % g/l, terutama albumin
Asal Air Ketuban :
1. Kencing Janin (Fetal
Urine)
2. Transudasi Dari Ibu
3. Sekresi Dari Epitel Amnion
4. Asal Campuran
Fungsi Air Ketuban :
a. Untuk proteksi janin
b. Mencegah perlekatan janin dengan
amnion
c. Agar janin dapat bergerak dengan bebas
d. Regulasi terhadap panas dan perubahan
suhu
e. Menambah suplai cairan janin, dengan
cara ditelan atau diminum, yang
kemudian dikeluarkan melalui kencing
janin.
 wanita normal bisa merasakan kegairahan
dan kegembiraan disaat merasa kesakitan
awal menjelang kelahiran bayinya.
 Perasaan positif ini berupa kelegaan hati dan
rasa bangga bisa melahirkan atau
memproduksi anaknya dapat mempengaruhi
psikologi ibu
 Psikologis Ibu dipengaruhi oleh:
 Emosi dan persiapan intelektual
 Pengalaman bayi sebelumnya
 Kebiasaan adat
 Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
 Penolong persalinan harus memfasilitasi
ibu dalam memilih sendiri posisi meneran
dan menjelaskan alternatif-alternatif
posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu
tidak efektif (Sumarah, dkk, 2009: 102)
 Posisi saat persalinan dapat
mempengaruhi proses persalinan
Posisi Alasan / Rasionalisasi

Duduk atau Semi Duduk Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing
kelahiran kepala bayi dan mengamati/men-support
perineum.
Posisi Merangkak Baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit,
membantu bayi melakukan rotasi, peregangan
minimal pada perineum.

Berjongkok atau Berdiri Membantu penurunan kepala bayi, memperbesar


ukuran panggul, memperbesar dorongan untun
meneran.
Berbaring miring kekiri Memberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi
oksigenisasi yang baik bagi bayi, membantu
mencegah terjadinya laserasi.
1. Keputusan klinis
    Membuat keputusan merupakan proses yang
menentukan untuk menyelesaikan masalah dan
menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien.
Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan
aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun
petugas yang memberikan pertolongan.
Membuat keputusan klinik tersebut
dihasilkan melalui serangkaian proses metode
yang sistematik menggunakan informasi dan hasil
dari olah kognitif dan intuisif serta dipadukan
dengan kajian teoritis dan intervensi berdasarkan
bukti (evidence-based), ketrampilan dan
pengalaman yang dikembangkan melalui
berbagai tahapan yang logis dan diperlukan
dalam upaya untuk menyelesaikan masalah dan
terfokus pada pasien (Varney, 1997)    
Langkah" membuat keputusan klinis
diantaranya:
Pengumpulan data
Diagnosis
Penatalaksanaan
Evaluasi
2. Sayang ibu dan Bayi
 Beberapa prinsip dasar Asuhan Sayang Ibu adalah
dengan mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses  persalinan dan kelahiran bayi.
 Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika
para ibu diperhatikan dan diberi dukungan
selama persalinan dan kelahiran bayi serta
mengetahui dengan baik mengenai proses
persalinan dan asuhan yang akan mereka terima,
mereka akan mendapatkan rasa aman dan hasil
yang lebih baik (Enkin, 2000).
 Disebutkan pula bahwa hal tersebut diatas dapat
mengurangi terjadinya persalinan dengan vakum,
cunam, seksio sesar, dan persalinan berlangsung
lebih cepat (Enkin, 2000)
  
Berikut penerapan asuhan sayang ibu: 
 Panggil nama ibu
 Jelaskan sebelum/sesudah asuhan
yang diberikan
 Jelaskan proses persalinan pada ibu
dan keluarga
 Anjurkan ibu bertanya
 Hargai privacy
3. Pencegahan infeksi
Tujuan tindakan" pencegahan
infeksi dalam pelayanan asuhan
kesehatan: 
 Minimalkan infeksi
 Menentukan risiko penularan
penyakit yang mengancam jiwa
seperti Hepatitis dan HIV/AIDS
Yang diperhatikan dalam pencegahan
infeksi:
 Kewaspadaan Standar
 Mencegah terjadinya dan transmisi
penyakit
 Proses Pencegahan Infeksi Instrumen
dan Aplikasinya dalam Pelayanan
 Barier Protektif
 Budaya Bersih dan Lingkungan yang
Aman
4. Dokumentasi
 Aspek" penting dalam pencatatan
termasuk: 
Tanggal dan waktu asuhan kebidanan
Identitas penolong
Paraf atau TTD pada semua catatan
Informasi berkaitan harus ditulis
tepat, jelas dan dapat dibaca
Sistem pencatatan pasien harus
terpelihara dan siap sedia
Yang diperhatikan dalam pencatatan adalah:
 Kelengkapan status klien
 Anamnesis, prosedur dan hasil pemeriksaan
fisik, laboratorium, dan uji atau penapisan
tambahan lainnya
 Partograf sebagai instrumen membuat
keputusan dan dokumentasi klien
 Kesesuaian kelaikan kondisi klien dan
prosedur klinik terpilih
 Upaya dan Tatalaksana Rujukan yang
diperlukan
Perubahan Sistem Musculoskeletal
pada masa persalinan dipengaruh
oleh peningkatan estrogen,
penurunan progesteron, dan elastin
menyebabkan kelemahan jaringan
ikat sertaketidakseimbangan
Adaptasi persendian menyebabkan
terjadinya peregangan sendi

Tulang & → nyeri punggung dan sendi

Otot – otot rahim akan berkontraksi


otot
panggul
Otot rektus abdominis dapat memisah,
menyebabkan isi perut menonjol di garis
tengah tubuh.
Umbilicus menjadi lebih datar atau
menonjol.
Setelah melahirkan tonus otot secara
bertahap kembali

Ligamentum rotumdum mengandung otot2


polos dan jika berkontraksi otot2 ini akan
ikut berkontraksi sehingga ligamen rotumdum
menjadi pendek
Saat mulai persalinan,jaringan dari
miometrium berkontraksi dan
berelaksasi seperti otot pada
umumnya
Pada saat otot retraksi , ia tidak
akan kembali ke ukuran semula tapi

Adaptasi berubah ke ukuran yang lebih pendek


secara progresif

Genitalia Perubahan bentuk otot uterus pada


proses kontraksi, relaksasi, dan
retraksi maka kavum uterus lama
kelamaan menjadi semakin mengecil
Proses ini merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan janin
turun ke pelviks.
Serviks mempersiapkan kelahiran dengan
berubah menjadi lembut. Saat persalinan
mendekat, serviks mulai menipis dan
membuka
Serviks membuka disebabkan daya tarikan
otot uterus ke atas secara terus - menerus
saat uterus berkontraksi

Faktor-faktor yang menyebabkan pembukaan


cerviks
1.Otot-otot cervix menarik ostium
2.SBR dan cervix diregang oleh isi rahim
3.Ketuban pada saat kontraksi menonjol ke
canalis cervicalis
Distensibilitas (peregangan) daerah
introitus vagina tergantung paritas

Terdapat robekan-robekan kecil pada


introitus vagina, vulva dan perineum
(meskipun tidak ada episiotomi/laserasi)
 Diabetes gestasional adalah diabetes yang
muncul pada masa kehamilan, dan hanya
berlangsung hingga proses melahirkan.

Penyebab Diabetes Gestasional


 Belum diketahui secara pasti apa yang
menyebabkan diabetes gestasional, akan
tetapi, kondisi ini diduga terkait dengan
perubahan hormon dalam masa kehamilan.
 Sering merasa haus
 Frekuensi buang air kecil meningkat
 Mulut kering
 Tubuh mudah lelah
 Penglihatan buram
Semua ibu hamil berisiko mengalami diabetes
gestasional, akan tetapi lebih berisiko terjadi
pada ibu hamil dengan faktor-faktor berikut
ini:
Memiliki berat badan berlebih.
Memiliki riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi).

Pernah mengalami diabetes gestasional pada kehamilan


sebelumnya.
Pernah mengalami keguguran.
Pernah melahirkan anak dengan berat badan 4,5 kg atau
lebih.
Memiliki riwayat diabetes dalam keluarga.

Mengalami Polycystic Ovary Syndrome (POCS)


1. Tes toleransi glukosa oral (TTGO) awal. 
 Kadar gula darah pasien, diperiksa satu jam
sebelum dan sesudah diberikan cairan gula.
 Bila hasil TTGO awal menunjukkan kadar
gula darah di atas 130–140 mg/dL, dokter
akan melakukan tes toleransi glukosa oral
lanjutan.
2.Tes toleransi glukosa oral (TTGO)
lanjutan. 
 Pada tes ini, pasien akan diminta berpuasa
semalaman sebelum menjalani tes darah di
pagi hari.
 Setelah darah pertama diambil, pasien
diberikan air gula dengan kadar gula yang
lebih tinggi dibanding TTGO awal.
 Kemudian, kadar gula darah akan diperiksa 3
kali setiap jam.
 Apabila 2 dari 3 pemeriksaan menunjukkan
kadar gula darah tinggi, pasien akan
didiagnosis menderita diabetes gestasional.
 Pemeriksaan kadar gula darah rutin
 Diet sehat
 Olahraga
 Obat-obatan  Sekitar 10-20 persen pasien
diabetes gestasional memerlukan obat-
obatan untuk menormalkan kadar gula darah
 Rujuk bila bidan menemukan kasus DM pada
masa persalinan
 Kelebihan berat badan saat lahir yang disebabkan
oleh tingginya kadar gula dalam darah
(macrosomia).
 Lahir prematur yang mengakibatkan bayi kesulitan
bernafas (respiratory distress syndrome). Kondisi
ini juga dapat terjadi pada bayi yang lahir tepat
waktu.
 Lahir dengan gula darah rendah (hipoglikemia)
akibat produksi insulin yang tinggi. Kondisi ini
dapat mengakibatkan kejang pada bayi, namun
dapat ditangani dengan memberinya asupan gula.
 Bayi berisiko mengalami obesitas dan diabetes
tipe 2 ketika dewasa.
European Society of Cardiology (ESC)
merekomendasikan estimasi risiko kehamilan
pada wanita dengan penyakit jantung, tidak
hanya penyakit jantung bawaan, berdasarkan
klasifikasi WHO yang telah dimodifikasi:
Risiko kehamilan sangat rendah pada kondisi
berikut:
Stenosis pulmoner ringan, patent ductus
arteriosus ringan, prolaps katup mitral ringan
Kelainan jantung yang sudah berhasil
diperbaiki (defek septum atrial atau
ventrikel, patent ductus arteriosus)
Premature ventricular
contractions atau premature atrial
contractions (PVC atau PAC)
Risiko kehamilan rendah hingga sedang pada
kondisi berikut:
Defek septum atrial atau ventrikel yang belum
diperbaiki
Tetralogy of Fallot yang sudah diperbaiki
Aritmia supraventrikular
Risiko kehamilan sedang hingga tinggi pada kondisi
berikut:
Gangguan fungsi ventrikel kiri ringan (ejection
fraction/EF>45%)
Kardiomiopati hipertrofik
Gangguan katup yang tidak tergolong kelas I atau IV
WHO
Sindrom Marfan atau sindrom heritable thoracic aortic
diseases (HTAD) lainnya tanpa dilatasi aorta
Aorta <45 mm pada patologi katup aorta bicuspid
Koarktasio aorta yang sudah diperbaiki
Defek septum atrioventrikular
Risiko tinggi pada kondisi berikut:
 Gangguan ventrikel kiri sedang (EF 30-45%)
 Riwayat kardiomiopati peripartum tanpa ada
sisa gangguan ventrikel kiri
 Katup mekanik
 Ventrikel kanan sistemik dengan fungsi yang
masih baik atau sedikit menurun
 Sirkulasi Fontan jika tidak terdapat
komplikasi dan kondisi lainnya baik; 6)
kelainan jantung sianotik yang tidak
diperbaiki
 Penyakit jantung kompleks lainnya
 Stenosis mitral sedang
 Stenosis aorta berat asimptomatik
 Dilatasi aorta sedang
 Takikardia ventrikular
Risiko sangat tinggi pada kondisi berikut:
 Hipertensi arteri pulmoner
 Disfungsi ventrikel sistemik berat
 Riwayat kardiomiopati peripartum dengan
sisa gangguan fungsi ventrikel kiri
 Stenosis mitral berat
 Stenosis aorta berat simtomatik
 Ventrikel kanan sistemik dengan penurunan
fungsi ventrikel sedang–berat
 Dilatasi aorta berat
 Penentuan waktu dan metode persalinan
harus diputuskan oleh tim dokter setidaknya
melibatkan dokter kandungan, jantung dan
anestesi.
 Keputusan didasari atas indikasi obstetri dan
kondisi hemodinamik.
 Persalinan spontan dapat dipilih jika pasien
dalam kondisi hemodinamik baik dan
asimptomatik, akan tetapi jika disfungsi
kardiak berat dan termasuk risiko tinggi,
waktu dan metode persalinan harus
dipikirkan secara matang.
 Jika dibandingkan dengan persalinan section
cesarean, persalinan pervaginam
memberikan benefit berupa perdarahan yang
lebih sedikit, pemulihan lebih cepat serta
risiko thrombosis lebih rendah.
 Persalinan pervaginam dengan bantuan
vakum atau forceps direkomendasikan
berdasarkan berat kelainan jantung serta
demi mencegah persalinan lama dan
mengurangi beban mengejan.
 Obat-obatan seperti prostaglandin dan
oksitosin relatif aman digunakan pada ibu
dengan kelainan jantung kongenital jika
diperlukan untuk augmentasi atau induksi
persalinan.
 Metode persalinan section cesarea dapat
mengurangi stress kardiovaskular yang
mungkin timbul akibat perubahan
hemodinamik yang terjadi saat persalinan.
 Kekurangannya prosedur SC berisiko
tromboemboli vena, infeksi luka operasi
maupun perdarahan.
 Studi ROPAC menyimpulkan persalinan
section cesarean elektif tidak memberikan
benefit pada ibu.
 Bahkan dapat berdampak persalinan dini dan
BBLR 
 Asma adalah penyakit kronis yang paling
umum terjadi selama kehamilan.
 Bahkan bisa dialami oleh wanita yang
sebelumnya tidak memiliki riwayat asma
sekalipun.
 Hipertensi pada Kehamilan dan Preeklampsia
 Perdarahan pervaginam
 Persalinan preterm
 PJT
 Kematian Janin dalam Kandungan
 Kelainan Bawaan pada Bayi
 Bayi Berat Badan Lahir Rendah
 Kematian Bayi Baru Lahir
 Ibu hamil tertular virus HIV, kemungkinan
virus tersebut bisa ditularkan ke bayi pada
saat proses melahirkan.
 Dalam proses melahirkan, bayi terkena darah
dan cairan vagina ketika melewati saluran
rahim yang  menjadi cara virus HIV dari ibu
masuk ke dalam tubuhnya.
 Ibu hamil pengidap HIV disarankan untuk
tidak melahirkan secara normal melalui
vagina
 Telah mengonsumsi obat antivirus mulai dari
usia kehamilan 14 minggu atau kurang.
 Jumlah viral load kurang dari 10.000 kopi/ml.
Viral load adalah jumlah partikel virus dalam 1
ml atau 1 cc darah. Ibu akan berpotensi tinggi
menularkan virus ke bayi dan mengalami
komplikasi HIV jika ditemukan jumlah partikel
virus yang banyak dalam darah ibu.
 Proses melahirkan harus berlangsung secepat
mungkin, dan bayi harus segera dibersihkan
setelah keluar.
 Dari data yang diperoleh dari America
College of Obstetricians and Gynecologist,
dituliskan pada kondisi kehamilan pada
umumnya, operasi caesar dianjurkan untuk
dilakukan sebelum kehamilan berusia 39
minggu.
 Infeksi menular seksual (IMS) adalah berbagai
infeksi yang dapat menular dari satu orang
ke orang yang lain melalui kontak seksual.
 Menurut The Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) terdapat sekitar 20 juta
kasus baru IMS dilaporkan per-tahun.
 Pada wanita hamil terjadi perubahan
anatomi, penurunan reaksi imunologis dan
perubahan flora serviko-vaginal.
 Perubahan fisiologis pada wanita hamil akan
berdampak pada perjalanan dan manifestasi
klinis IMS.
 Beberapa infeksi menular seksual tersering
adalah sifilis, gonore, chlamydia
trachomatis, vaginosis bakterial,
trikomoniasis, kondiloma, dan kandidiasis.
 IMS dan kehamilan dihubungkan dengan
kehamilan ektopik, abortus spontan,
kematian janin dalam kandungan, infeksi
perinatal, intrauterine growth restriction,
kelainan kongenital, ketuban pecah dini,
prematuritas, chorioamnionitis, infeksi
puerperalis, bayi berat badan lahir rendah,
dan infeksi neonatal.
 Kehamilan dapat mengubah penampampakan
klinik IMS dan akan mempersulit diagnosis
dan terapi.
 Pada wanita hamil terjadi perubahan
anatomi, penurunan reaksi imunologis,
perubahan flora serviko-vaginal, yang
semuanya akan berpengaruh pada perjalanan
dan manifestasi klinis IMS itu sendiri.
 Pada kehamilan, dapat terjadi penularan
infeksi dari ibu ke janin dengan cara kontak
langsung saat persalinan, infeksi yang
menjalar secara ascenden, dan agen
penyebab yang masuk ke sirkulasi janin
menembus barier plasenta.
 Mengingat berbahayanya IMS pada
kehamilan, maka diperlukan adanya usaha
pencegahan. Penanganan penyakit menular
seksual pada kehamilan adalah dengan
penanganan umum, konservatif, termasuk
konseling dan pengobatan pada mitra
seksual.

Anda mungkin juga menyukai