Anda di halaman 1dari 26

LBM 3

IMUN DAN KULIT


IMUNODEFISIENSI
1. Jelaskan klasifikasi imunodefisiensi!
2. Apa penyebab imunodefisiensi?
3. Penyakit apa saja yng termasuk imunodefisiensi?
4. Apa pemeriksaan penunjang untuk imunodefisiensi?
5. Apa pathogenesis dari imunodefisiensi?
6. Apa yang menyebabkan BB pasien turun, timbul bercak
merah bersisik, sariawan, buang air besar cair, batuk
lama?
7. Perbedaan Imunodefisiensi dengan
Imunocompromised?
Klasifikasi Imunodefisiensi
1. Primer dan sekunder
• Primer : kongenital
Bermanifestasi pada baya bayi dan gejala klinis ditemukan pada
usia lanjut
• Sekunder : didapat
Timbul akibat malnutrisi, kanker yg menyebar, pengobatan
dengan imunosupresan, infeksi sel sistem imun pada virus HIV
2. Spesifik dan Non-spesifik
• Spesifik: abnormalitas dari Sel B dan T
• Non-spesifik: abnormalitas dari komponen imun non-
spesifik
Imunodefisiensi Spesifik
A. DEFISIENSI IMUN KONGENITAL ATAU PRIMER
1. DEFISIENSI IMUN PRIMER B 
gangguan perkembangan pada sel B.
2. DEFISIENSI IMUN PRIMER SEL T
sangat rentan terhadap infeksi virus, jamur, dan
protozoa. Sel T juga berpengaruh pada sel B,
maka defisiensi sel T gangguan produksi Ig
(tidak adanya respons terhadap vaksinasi dan
infeksi berulang)
B. DEFISIENSI IMUN FISIOLOGIK
1. KEHAMILAN
Fetus allograf dengan antigen paternal
Ig meningkat karena pengaruh estrogen
2. USIA TAHUN PERTAMA
Antibodi janin disintesis pada awal minggu ke 20, tp
IgG dewasa sekitar usia 5thnBayi prematur lebih
mudah terinfeksi karena sedikit menerima Ig dari ibu
3. USIA LANJUT
Lebih mudah terinfeksi karena atrofi timus dengan
fungsi menurun.
C. DEFISIENSI IMUN DIDAPAT/SEKUNDER
1. MALNUTRISI Malnutrisi protein / kalori atrofi timus dan jaringan limfoid sekunder depresi respons sel T

thd antigen limfoid sekunder, depresi respons sel T thd antigen dan sel alogenik, pengurangan sekresi

limfokin, gangguan respons thd uji kulit hipersentivitas tipe lambat

2. INFEKSI– Infeksi virus, bakteri dapat menekan sistem imun – Malaria dan rubela kon genital defisiensi

antibodi – Kehilangan imunitas seluler terjadi pd penyakit campak, mononukleosis, hepatitis virus, sifilis,

bruselosis, lepra, tuberkulosis milier dan parasit bruselosis, lepra, tuberkulosis milier dan parasit

3. OBAT, trauma, tindakan kateterisasi

4. PENYINARAN– Dosis tinggi menekan seluruh jaringan limfosit – Dosis rendah menekan aktivitas sel Ts

Dosis rendah menekan aktivitas sel Ts e.

5. PENYAKIT BERAT– Menyerang jaringan limfoid : penyakit Hodgkin Menyerang jaringan limfoid : penyakit

Hodgkin, mieloma multiple, leukemia, limfosarkoma – Uremia menekan sistem imun

6. KEHILANGAN IG/LEUKOSIT – Pada nefrotik sindrom diare luka bakar Pada nefrotik sindrom, diare, luka

bakar AGAMMA BLIKONDIPHATES

7. STRESS

8. AGAMMA GLOBULINEMIA DENGAN TIMOMA


Imunodefisiensi Nonspesifik
A. DEFISIENSI KOMPLEMEN
Defisiensi komplemen dapat menimbulkan berbagai akibat spt infeksi bakteri yg rekuren dan
peningkatan sensitivitas thd penyakit dan peningkatan sensitivitas thd penyakit autoimun

1. DEFISIENSI KOMPLEMEN KONGENITAL


• Defisiensi inhibitor esterase C1 (C1 INH deficiency)
• Defisiensi C2 dan C4
• Defisiensi C3 : berhubungan dgn infeksi piogenik spt streptokok dan stafilokok streptokok dan stafilokok
• Defisiensi C5 : Kerentanan thd infeksi bakteri yg berhubungan dgn gangguan kemotaksis
• Defisiensi C6, C7, C8 : Kerentanan thd sep g tikemi meningokok dan gonokok

2. DEFISIENSI KOMPLEMEN FISIOLOGIK


Ditemukan pada neonatus : kadar C3, C5 dan faktor B masih rendah

3. DEFISIENSI KOMPLEMEN DIDAPAT


Disebabkan oleh depresi sintesis , Misalnya pada sirosis hati dan malnutrisi protein / kalor
B. DEFISIENSI INTERFERON DAN LISOZIM
1. DEFISIENSI INTERFERON KONGENITAL
Dapat menimbulkan infeksi mononukleosis yg
fatal yg fatal
2. DEFISIENSI INTERFERON DAN LISOZIM DIDAPAT
Dapat ditemukan pada malnutrisi protein / Dapat
ditemukan pada malnutrisi protein / kalori
C. DEFISIENSI SEL NK
1. DEFISIENSI KONGENITAL
Telah dilaporkan pada penderita dengan
osteoporosis (defek osteoklas dan monosit)
2. DEFISIENSI DIDAPAT
Terjadi akibat imunosupresi atau radiasi Terjadi
akibat imunosupresi atau radiasi
D. DEFISIENSI SISTEM FAGOSIT
1. DEFISIENSI KUANTITATIF
Neutropenia atau granulositopenia dapat disebabkan :
• Penurunan produksi : Depresan sumsum tulang (kemoterapi)
• Leukemia • Kondisi genetik (defek perkembangan sel
progenitor)
• Peningkatan destruksi: Fenomena autoimun akibat
pemberian obat (quinidine, oksasiklin)
2. DEFISIENSI KUALITATIF
Dapat mengenai fungsi fagosit seperti kemotaksis,
menelan / memakan dan membunuh mikroba intraseluler
-Penyebab Imunodefisiensi
1. Defek genetik
– Defek gen-tunggal: yang diekspresikan di banyak
jaringan (misal ataksia-teleangiektasia, defsiensi
deaminase adenosin) 
– Defek gen tunggal khusus : pada sistem imun ( misal
defek tirosin kinase pada X-linked
agammaglobulinemia; abnormalitas rantai epsilon
pada reseptor sel T)
–  Kelainan multifaktorial dengan kerentanan genetik 
(misal common variable immunodeficiency) 
2. Obat atau toksin
Imunosupresan(kortikosteroid,siklosporin)
Antikonvulsan (fenitoin)
3. Penyakit nutrisi dan metabolik
Malnutrisi ( misal kwashiorkor)
4. Infeksi
– Imunodefisiensi transien (pada campak dan
varicella )
– Imunodefisiensi permanen (infeksi HIV,
infeksi rubella kongenital)
Penyakit imunodefisiensi
Pemeriksaan Penunjang Imunodefisiensi
Patogenesis Imunodefisiensi
Penyebab Gejala
AIDS menyebabkan infeksi oportunistic yang
timbul karena gagalnya kerja sistem imun.
Sehingga pasien rentan terhadap beragam
infeksi(protozoa, bakteri, fungus, virus, dan
beberapa mikroorganisme yg jarang dijumpai)
infeksi bersifat menetap, parah dan sering
kambuh. bisa membuat pasien mengidap lebih
dr 1 infeksi pada satu saat.
• Infeksi menular melalui feses-oral : kontak seksual,
makanan, minuman, hewan terdapat
Cryptosporodium, Microsporodium, dan Isospora
belli  dapat menginfeksi sal. Cerna menimbulkan
diare pada pasien HIV
• Infeksi fungus kandidiasis/sariawan, kriptokokosis,
histoplasmosis
• Pneumonia Pneumocystis carinii (PPC) paling
sering terjaadi pada pasien AIDS demam, batuk
kering lama, lemah, sesak nafas
Perbedaan Imunodefisiensi dengan
Imunocompromised
HIV
1. Apa pathogenesis dari penyakit HIV?
2. Apa pengobatan yang diberikan untuk
penyakit tersebut?
3. Jelaskan siklus hidup HIV!
4. Apa perbedaan HIV tipe I dan II?
5. Bagaimna cara penularan dan pencegahan
dari penyakit HIV?
Pathogenesis
Pengobatan
a) Penatalaksanaan Umum Istirahat
dukungan nutrisi yang memadai berbasis makronutrien dan mikronutrien
untuk penderita HIV&AIDS, konseling termasuk pendekatan psikologis dan
psikososial, membiasakan gaya hidup sehat antara lain membiasakan
senam seperti yang dilakukan di UPIPI.
b) Penatalaksanaan Khusus
Pemberian antiretroviral therapy (ART) kombinasi.
Terapi Antiretroviral Pemberian ARV mempertimbangkan
berbagai faktor:
• manfaat
• efek samping
• resistensi dan tata cara penggunaan ARV
• kesanggupan dan kepatuhan penderita mengkonsumsi obat dalam waktu yang tidak terbatas
• serta saat yang tepat untuk memulai terapi ARV
Siklus Hidup
dicatetan
Perbedaan HIV Tipe I dan II
HIV TIPE I HIV TIPE II

 Di temukan di seluruh dunia jarang ditemukan di tempat lain, selain di


Afrika Barat

Lebih cepat berubah menjadi AIDS lebih sulit menular dan lebih lambat
berubah menjadi AIDS

Memiliki tiga subtipe berbeda yaitu M Memiliki 6 subtipe yaitu sub tipe A-F
(main), N (New atau non-M, non-O) dan O
(Outlier).
Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Imunologi
Uji imunologi untuk menemukan respon antibody
terhadap HIV-1 dan digunakan sebagai test
skrining,meliputi :
• enzyme immunoassays atau enzyme – linked
immunosorbent assay (ELISAs)
• tes serologi cepat (rapid test).
• Uji Western blot atau indirect immunofluorescence
assay (IFA) untuk memperkuat hasil reaktif dari test
krining.
2. Uji Virologi
Tes virologi untuk diagnosis infeksi HIV1
meliputi :
• kultur virus
• tes amplifikasi asam nukleat / nucleic acid amplification
test (NAATs) : untuk menemukan DNA /RNA
• test untuk komponen virus (seperti uji untuk protein
kapsid virus (antigen p24)).
Cara Penularan dan Pencegahan
1. Cara Penularan
• Transmisi melalui kontak seksual Kontak
Virus ini dapat ditemukan dalam cairan semen, cairan vagian, cairan serviks. Transmisi
infeksi HIV melalui hubungan seksual lewat anus lebih mudah karena hanya terdapat
membran mukosa rektum yang tipis dan mudah robek, anus sering terjadi lesi.

• Transmisi melalui darah atau produk darah


dari suntikan darah yang terinfeksi atau produk darah. Pemeriksaan antibodi HIV pada
donor darah sangat mengurangi transmisi melalui transfusi darah dan produk darah

• Transmisi secara vertikal


Transmisi secara vertikal dapat terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV kepada janinnya
sewaktu hamil , persalinan, dan setelah melahirkan melalui pemberian Air Susu Ibu
(ASI). Di mana alternatif yang layak tersedia, ibu-ibu positif HIV-1 tidak boleh
menyusui bayinya karena ia dapat menambah penularan perinatal

• Transmisi pada petugas kesehatan dan petugas laboratorium


Berbagai penelitian multi institusi menyatakan bahwa risiko penularan HIV setelah kulit
tertusuk jarum atau benda tajam lainnya yang tercemar oleh darah seseorang yang
terinfeksi HIV

Anda mungkin juga menyukai