Imam Nur Fattah (1195010059) Isfa Siti Rohimah (1195010066) Lilis Liani (1195010076) Miftahus Syifa (1195010083) Pengertian HAM menurut para ahli adalah sebagai berikut: Soedjono Dirdjosisworo mendefinisikan bahwa, "HAM merupakan hak-hak yang melekat pada setiap manusia sejak lahir, tidak dapat dibatasi, dikurangi atau diingkari oleh siapa pun juga, karena merupakan nilai-nilai dan martabat kemanusiaan setiap individu." Jan Martenson, HAM adalah, “Human Right could be generally defined as those rights which are inherent in our nature and without which we can not live as human being (Hak asasi manusia secara umum dapat diartikan sebagai hak-hak yang melekat pada kodrat kita dan tanpanya kita tidak dapat hidup sebagai manusia)”. Wolhoff, "HAM adalah sejumlah hak yang seakan-akan berakar dalam setiap oknum pribadi manusia justru karena kemanusiaannya, tidak dapat dicabut oleh siapa pun juga, karena bila dicabut hilang juga kemanusiaannya"". Kuntjoro Purbopranoto dengan mengacu pada Mukadimah Declaration deL’Homme et du Citoyen mengatakan, "HAM sebagai hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya tidak dapat dipisahkan dari. hakikatnya dan karena itu bersifat dengan mengacu pada suci". sejarah HAM bermula dari dunia Barat (Eropa) melalui kristalisasi pemikiran seorang filosuf Inggris pada abad ke- 17 bernama John Locke. la menyatakan adanya hak kodrati (natural rights) yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Hak kodrati ini terpisah dari pengakuan politis yang diberikan negara kepada mereka dan terlebih dahulu ada dari negara sebagai komunitas politik. Justru negaralah yang harus melindungi dan melayani hak-hak kodrati yang dimiliki oleh setiap individu. Sejarah perkembangan HAM juga ditandai dengan adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika dan Revolusi Perancis. Korelasi dengan proposisi tersebut, terlebih dahulu signifikan dikemukakan perkembangan sistem pemikiran HAM di dunia. a) Periode sebelum kemerdekaan (1908-1945) Pemikiran HAM dalam periode sebelum kemerdekaan dapat dijumpai dalam sejarah kemunculan organisasi pergerakan nasional, seperti Boedi Oetomo (1908), Sarekat Islam (1911), Indische Partij (1912), Partai Komunis Indonesia (1920), Perhimpunan Indonesia (1925), dan Partai Nasional Indonesia (1927). Lahirnya organisasi pergerakan nasional ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah pelanggaran HAM yang dilakukan oleh penguasa kolonial, penjajahan, dan pemerasan hak-hak masyarakat terjajah. Periode 1945-1950 Pemikiran HAM pada periode awal pasca kemerdekaan masih menekankan pada wacana hak untuk merdeka, gak untuk berserikat melalui organisasi- organisasi politik yang didirikan, serta hak untuk menyampaikan pendapat di parlemen. Periode 1950-1959 Dikenal dengan masa demokrasi parlementer. Sejarah pe- mikiran HAM pada masa ini dicatat sebagai masa yang sangat kondusif bagi sejarah perjalanan HAM di Indonesia. Sejalan dengan prinsip demokrasi liberal di masa itu, suasana kebebasan mendapat tempat dalam kehidupan politik nasional. Periode 1959-1966 Periode ini merupakan masa berakhirnya Demokrasi Liberal, digantikan oleh sistem Demokrasi Terpimpin yang terpusat pada kekuasaan Presiden Soekarno. Demokrasi Terpimpin (Guided Democracy) tidak lain sebagai bentuk penolakan Presiden Soekarno terhadap sistem Demokrasi Parlementer yang dinilainya seba- gai produk Barat. Periode 1966-1998 Pada mulanya, lahirnya Orde Baru menjanjikan harapan baru bagi penegakkan HAM di Indonesia. Berbagai seminar tentang HAM dilakukan Orde Baru. Namun pada kenyataannya, Orde Baru telah menorehkan sejarah hitam pelanggaran HAM di Indonesia. Janji-janji Orde Baru tentang pelaksanaan HAM di Indonesia mengalami kemunduran sangat pesat sejak awal 1970-an hingga 1980-an. Setelah mendapatkan mandat konstitusional dari sidang MPRS, pemerintah Orde Baru mulai menunjukkan watak aslinya sebagai kekuasaan yang anti-HAM yang diang- gapnya sebagai produk Barat 1) Tragedi Trisakti dan Semanggi 2) Pembunuhan Marsinah 3) Pembunuhan Munir 4) Periwtiwa Bom Bali 5) Peristiwa Tanjung Priok, dan lain-lain. Pengertian Demokrasi Demokrasi adalah suatu metode politik, sebuah mekanisme untuk memilih pemimpin politik. Sejarah Perkembangan Demokrasi Pada permulaan pertumbuhannya demokrasi telah mencakup beberapa asas dan nilai yang diwariskan kepadanya dari masa yang lampau, yaitu gagasan mengenai demokrasi dari kebudayaan Yunani Kuno dan gagasan mengenai kebebasan beragama yang dihasilkan oleh aliran Reformasi serta perang- perang agama yang menyusulnya. Sistem demokrasi yang terdapat di negara-kota (citystate) Yunani Kuno(abad ke-6 sampai abad ke-3 S.M.) merupakan demokrasi langsung (direct democracy), yaitu suatu bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warganegara yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas. Sifat langsung dari demokrasi Yunani dapat diselenggarakan secara efektif karena berlangsung dalam kondisi yang sederhana, wilayahnya terbatas (negara terdiri dari kotadan daerah sekitarnya) serta jumlah penduduk sedikit (300.000 penduduk dalam satu negara-kota). Masa Orde Lama Soekarno mencoba sistem Demokrasi Terpimpin, yang katanya menjadi demokrasi khas Indonesia. Sekalipun Soekarno mengatakan bahwa pemerintahannya menganut sistem demokrasi, namun praktik yang meluas dalam kehidupan bangsa dan negara justru adalah kekuasaan yang serba terpusat (sentralistik) pada diri Soekarno. Masa Orde Baru Pada masa Orde Baru, diinterpretasikan bahwa budaya politik dijabarkan sedemikian rupa sehingga negara bertindak sebagai aktor tunggal dan sentral. Logika penempatan negara sebagai aktor tunggal ini terartikulasi melalui pengesahan secara tegas dan mutlak bagi sentralitas negara dengan seluruh perangkat birokrasi dan militernya demi kepentingan pembangunan ekonomi dan politik. Era Reformasi Pada masa reformasi, Aspinall (2004) mengatakan bahwa Indonesia sedang mengalami saat yang demokratis. Inisiatif politik yang dimotori oleh Amien Rais mendorong reformasi terus bergulir. Reformasi yang gegap gempita tersebut memberikan secercah harapan akan munculnya tata kehidupan yang benar-benar demokratis, yang ditandai dengan booming munculnya banyak parpol baru, kebebasan berserikat, kemerdekaan berpendapat, kebebasan pers, dan sebagainya, yang merupakan ciri-ciri demokrasi. HAM dan Demokrasi Konsep demokrasi akan mencakup tidak hanya demokrasi politik yang berkaitan dengan pemilihan umum, kepartaian, badan legislatif, tetapi juga demokrasi pembangunan dalam arti luas yang mengatur persamaan kesempatan, pemberdayaan masyarakat, distribusi kesejahteraan, hubungan sipil-militer yang semuanya merupakan the real markers of democracy. Kedua macam bentuk demokrasi tersebut bersifat komplementer untuk merealisasikan hak-hak asasi warga negara baik hak-hak sipil dan politik, hak-hak ekonomi, sosialdan budayamaupun hak.untuk berkembang. Kemajuan dalam pencapaian HAM pada hakikatnya adalah perkembangan demokrasi Penyelesaian kasus Pelanggaran HAM di Indonesia Pelanggaran HAM berat masa lalu di Indoneisa sebagai bagian dari penguasa otoriter banyak yang tidak diselesaikan secara adil oleh sistem yang ada, sehingga menjadi bom waktu atau menjadi duri yang menghalangi upaya perbaikan menuju tatanan yang lebih demokratis. Permasalahan Demokratisasi dan Kebebasan Warga Negara di Indonesia Dalam perkembangan dewasa ini, terjadi salah pemahaman warga Negara terkait kebebasan yang merupakan esensi dari HAM itu sendiri, dimana HAM dipandang sebagai suatu kebebasan tanpa batas dan warga Negara dapat bertindak apapun dengan dalih HAM yang melekat secara konstitusional. Sehingga muncul perbuatan inkonstitusional dengan berlindung dibalik HAM yang salah kaprah. Dari aspek demokrasi yang perlu didemokratisasikan adalah sehubungan dengan pemahaman demokratisasi yang mengarah ke liberalisasi politik. Konsep Ideal Demokratisasi Dan Kebebasan Warga Negara Ditinjau Dari Aspek Konseptual Hukum Tata Negara Demokrasi tentunya tidak terlepas dari unsur yang paling mendasar yaitu adalah rakyat. Demokrasi dalam konteks bernegara adalah sebagai system pemerintahan dimana rakyatlah yang paling diproritaskan. Artinya bahwa segala kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah itu berasasal dari rakyat, oleh rakyat, dan juga untuk kepentingan rakyat. Dalam konteks demokrasi rakyat diposisikan sebagai subjek sekaligus objek dari pelaksanaan sistem Dalam hal pemahaman terhadap kebebasan kerap terjadi salah pemahaman terkait dengan penafsiran HAM, yang mana dalam penafsirannya HAM kerap dipandang sebagai suatu kebebasan tanpa batas, selain itu pengaturan mengenai HAM masih terlalu umum terjabarkan di dalam regulasi peraturan perundang-undangan. Sehingga berdampak kepada kebebasan tanpa batas dalam berdemokrasi yang berujung tidak berkualitasnya hasil demokrasi itu sendiri. Demokrasi tidak berarti kebebasan. Demokrasi juga merupakan sebuah jenis kediktatoran - kediktatoran kaum mayoritas dan Negara. Demokrasi juga tidak sama artinya dengan keadilan, kesetaraan, solidaritas, atau perdamaian.