Anda di halaman 1dari 14

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi

Tahun : 2008

Pertemuan 6

RAS DAN ETNISISTAS


MATERI:
Ras
Etnisitas
Kelompok Mayoritas
Prasangka
Diskriminasi
Pola Interaksi Mayoritas dan Minoritas
Learning Outcome
Mahasiswa dapat mengembangkan pola perilaku yang terbuka
terhadap perbedaan ras dan etnisitas

Bina Nusantara
1. Etnisitas

Kata etnisitas berasal dari bahasa Yunani ethnos


yang diidentikan dengan kerakyatan atau masalah
yang berkaitan dengan rakyat. Ethnos sesuai dengan
arti katanya yakni rakyat atau bangsa yang
menunjukan satu kelompok dengan suatu perasaan
keetnisan atau etnisitas bersama sebagai kelompok
etnis. Dengan demikian (Alqadrie, 1999: 38) istilah
etnisitas mengandung unsur perasaan bersama atau
senasib sepenanggungan dalam suatu kelompok etnis

Bina Nusantara
Etnisitas di dasarkan pada dua hal yakni kesamaan kebudayaan
dan dan perbedaan dalam suatu masyarakat dan bangsa.
Kesamaan adalah dengan anggota dari kelompok etnik yang sama.
Dan perbedaan adalah antara kelompok etnik yang satu dengan
kelompok etnik yang lainnya. Setiap budaya, anggota suatu
kelompok etnik share secara bersama kepercayaan, nilai-nilai,
tingkah laku, kebiasaan, dan norma karena mereka dari
latarbelakang yang sama. Mereka mendefenisikan diri mereka
sebagai kelompok yang berbeda dan khusus karena karena sifat-
sifat budaya mereka. Distingsi ini mungkin muncul dari bahasa,
agama, pengalaman sejarah, isolasi geografis, kekeluargaan atau
mungkin ras. Dalam kelompok etnik ini dapat saja mereka memiliki
nama yang sama, percaya pada keturunan yang sama, kepekaan
solidaritas dan berasosiasi dengan teritori yang khusus

Bina Nusantara
Menurut Fredrik Barth (1969) etnisitas dapat dikatakan eksis bila
orang mengklain suatu identitas etnis bagi diri mereka sendiri dan
didefenisikan oleh orang lain juga memiliki identitas yang sama.
Etnisitas berarti identifikasi dengan, dan merasa bagian dari, suatu
kelompok etnik dan bersifat eksklusif dari kelompok yang lainnya
karena afiliasi ini.

Narral (1964) memberikan beberapa ciri dari kelompok etnis yakni:


• Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan;
• Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa
kebersamaan dalam suatu bentuk budaya.
• Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri.
• Menentukan ciri kelompoknya yang diterima dan dapat dibedakan
dari kelompok lain.

Bina Nusantara
2. Ras
Ras merupakan suatu kategoris sosial yang didasarkan pada
ciri-ciri biologis yang berasal dari satu generasi ke generasi yang
lainnya. Ras biasanya dibedakan berdasarkan pada warna kulit,
tekstur rambut, bentuk muka, dan tubuh.
Pada abad 19 para ahli biologi mengidentifikasi tiga ras utama
yakni caucasians, negroids dan mongoloids. Caucasians ditandai
oleh warna kulit yang terang dan rambut yang lurus, sedangkan
Negroids di tandai oleh warga kulit yang lebih gelap, kasar dan
rambut yang keriting. Dan Mongoloids di tandai oleh warna kulit
yang kuning dan coklat.
Pada umumnya perbedaan-perbedaan di atas menandai juga
perbedaan kebudayaan antara satu kelompok masyarakat dengan
masyarakat yang lain. Terminologi ‘kami’, ‘kita’ atau ‘mereka’ yang
menandai kesadaran kelompok bisa juga berasal dari identifikasi diri
berdasarkan ras.

Bina Nusantara
Perbedaan konsep ras dan etnis terletak pada pendasarannya yaitu
ras didasari oleh biologi sedangkan etnis bersifat kultural. Namun
kedua-duannya sering disamakan. Sehingga tidak mengherankan
karakteristik etnik kadang-kadang secara salah dipandang sebagai
ras

Bina Nusantara
3. Kelompok Minoritas

Kelompok minoritas merupakan kategori masyarakat ditentukan


oleh karakteristik biologis dan kultural yang mana juga secara sosial
tidak beruntung. Kelompok minoritas dalam berbagai jenis termasuk
orang-orang yang cacat, kelompok radikal politik dan lain
sebagainya. Ras dan etnisitas juga biasanya dapat dihubungkan
dengan kelompok minoritas. Kelompok minoritas memiliki dua
karakteristik utama yaitu memiliki identitas khusus (distinctive
identity) dan subordinat.
Pertama, distinctive identity. Kenyataannya bahwa anggota-
anggota dari kelompok-kelompok minoritas memiliki identitas sosial
yang khusus. Pada pertemuan ke 10 kita sudah diperkenalkan
dengan klasifikasi kelompok sosial “in-group dan out-group”.

Bina Nusantara
Identitas khusus dalam kelompok minoritas ini didasari oleh
kesadaran kelompok in group dan out group. Kelompok minoritas
berdasarkan ras dan etnik ini dipertahankan dari satu generasi ke
generasi berikutnya dengan mengawini orang-orang dari kelompok
mereka sendiri. Walaupun mereka menikah dengan anggota yang
berasal dari luar kelompok mereka, hal ini hanya merupakan
kekecualian, bukan merupakan kecenderungan umum.

Kedua, subordinasi. Ras dan etnisitas merupakan bagian dari


stratifikasi sosial. Kelompok-kelompok dengan identitas khusus
secara tipikal memiliki pendapatan yang lebih rendah dan mereka
kurang memiliki kekuasaan, hak-hak istimewa dan pendidikan.
Karena posisi mereka yang subordinat dalam masyarakat,
kelompok minoritas juga disebut sebagai kelompok subordinat.

Bina Nusantara
4. Prasangka Sosial
4.1. Prasangka
Pada umumnya kita cenderung berprasangka positif terhdap orang-
orang yang kita sukai atau yang sekelompok dengan kita dan
berprasangka negatif terhadap orang-orang yang tidak kita sukai atau
yang tidak sekelompok dengan kita. Prasangka erat hubungannya
dengan penilaian terhadap orang lain tanpa dasar, tanpa pembuktian.
Ada semacam pengetahuan umum, common sense tentang orang
lain yang kita dapat melalui sosialisasi dari lingkungan kita. Dalam
setiap kebudayaan prasangka sosial ini diterima begitu saja sebagai
sesuatu yang alamiah.

4.2. Sterotypes
Sterotypes sering meliputi perasaan-perasaan cinta terhadap
kelompok sendiri (in-groups) dan benci atau takut terhadap
kelompok-kelompok lain (out-groups). Sterotypes sulit diubah bahkan
bila mereka salah. Banyak orang misalnya memiliki sterotypes
tentang orang miskin sebagai orang yang malas dan tidak
bertanggung jawab. Atau banyak orang yang menganggap bahwa
perempuan itu lemah dan hanya cocok untuk mengurus rumah
tangga, orang yang hitam berbadan kekar berpembawaan kasar dan
Bina Nusantara
berbagai macam contoh lainnya.
4.3. Rasisme
Rasisme merupakan bentuk prasangka yang destruktif. Rasisme
meliputi kepercayaan bahwa satu kebudayaan lebih baik dari
kebudayaan yang lainnya. Sekelompok manusia yang lain sebih
baik dari pada kelompok manusia yang lainnya.
Sebab-Sebab prasangka
• Scapegoat theory
Prasangka disebabkan oleh frustrasi, misalnya bila seorang
perempuan bekerja di salah satu perusahaan dengan
pendapatan yang sangat rendah. Scapegoat merupakan
suatu perlakuan yang tidak adil terhadap seseorang atau
sekelompok orang terhadap suatu kesalahan. Bila suatu
troubel terjadi misalnya selalu dikaitkan dengan mereka.
Mereka tidak memiliki kekuasaan. Kelompok minoritas
biasanya dengan mudah digunakan sebagai scapegoat.

Bina Nusantara
• The authoritarian personality
Persangka bisa juga disebabkan oleh sifat-sifat pribadi dari beberapa orang,
tidak semua orang dari kategori sosial yang sama memiliki sifat-sifat atau
keperibadian yang berprasangka. Mereka pada umumnya memiliki
pandangan-pandangan moral atau kepercayaan-kepercayaan yang sangat
kaku.
• Prejudice and culture
Prasangka juga bisa bersifat kultural artinya kita menggunakan nilai-nilai
budaya kita sebagai standar dari norma-norma sosial, sehingga nilai-nilai
budaya yang berasal dari luar kita cenderung menilainya secara tidak adil.
• Prejudice and social conflict
Prasangka juga muncul karena terjadi konflik sosial antara berbagai
kelompok sosial atau kelas sosial dalam masyarakat. Dalam
masyarakat kapitalis misalnya, para pekerja tidak mempercayai
kaum kapitalis, dan kaum kapitalis di sisi yang lain tidak
mempercayai para pekerja. Para pekerja berprasangka bahwa
kaum kapitalis hanya mencari keuntungan dengan upah yang
rendah, dan sebaliknya kaum kapital menganggap para pekerj
suka menuntuk upah yang tinggi tanpa bekerja dengan giat.
Bina Nusantara
5. Diskriminasi

Diskriminasi berarti memperlakukan orang atau sekelompok orang


secara berbeda. Diskriminasi dapat bersifat positif dan juga negatif.
Diskriminasi dapat bersifat individual dan bersifat institusional.

6. Pola-Pola Interaksi Mayoritas dan Minoritas

6.1. Pluralisme

Pluralisme mengacu pada pernyataan bahwa semua kelompok


etnik dan ras secara sosial adalah berbeda, namun secara sosial
pula dapat berdiri secara bersama (equal). Pluralisme berarti suatu
sikap di mana mereka menyadari identitas mereka yang khsusus,
namun mereka tidak melakukan prasangka atau diskriminasi
terhadap kelompok yang lainnya.

Bina Nusantara
6.2. Asimilasi
Asismilasi merupakan suatu proses di mana anggota dari kelompok
minoritas secara gradual memodifikasi cara hidup mereka untuk
menyesuaikan diri dengan pola-pola budaya dominan. Banyak orang dari
etnik Thionghoa sekarang ini menggunakan nama Jawa dan berbagai
contoh yang lainnya.

6.3. Segregasi
Segregasi berarti pemisahan baik secara biologis maupun sosial. Banyak
kelompok minoritas melakukan pemisahan bukan karena mereka secara
sukarela melakukannya, tetapi dikarenakan penolakan yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok mayoritas. Segregasi dapat meliputi semua aspek
kehidupan, termasuk tempat tinggal, sekolah dan lain sebagainya.

6.4. Pembinasaan
Pembinasaan dapat kita lihat dalam bentuk genocide. Penghilangan secara
paksa suatu suku bangsa. Upaya Hitler di Jerman merupakan contoh klasik
genocide. Hitler membunuh habis orang-orang Yahudi

Bina Nusantara

Anda mungkin juga menyukai