Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 3

“SURAT PEMBERITAHUAN”

RINA AYU AGUSTIN 2018320082


RIFQI FADHIL AZWIR 2018320094
NUR KHOLIFAH 2018320118
WURI WULANDARI 2018320122
Surat Pemberitahuan (SPT)
Pengertian SPT
Surat Pemberitahuan adalah surat yang digunakan Wajib Pajak untuk melaporkan
penghitungan dan pembayaran pajak, penghasilan, harta, objek pajak, atau kewajiban
pajak lainnya yang disebutkan dalam Undang-Undang
. Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Fungsi SPT
Fungsi surat pemberitahuan bagi wajib pajak penghasilan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak  yang sebenarnya
terutang dan untuk melaporkan tentang:
1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain daam 1 (satu) tahun pajak atau bagian
tahun pajak
2. Penghasilan yang merupakan objek pajakdan /atau bukan objek pajak;
3. harta dan kewajiban dan/atau
4. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan  atau pemungutan
pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) masa pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
Bagi pengusaha kena pajak, fungsi surat pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak pertambahan
nilai dan pajak penjualan atas barang mewah yang sebenarnya terutang dan untuk
melaporkan tentang:
1. Pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran dan
2. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telak dilaksanakan sendiri oleh pengusaha kena
pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan
Bagi pemotongan atau pemungut pajak, fungsi surat pemberitahuan adalah sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang telah dipotong atau
dipungut dan disetorkan

Dasar Hukum SPT


1. Undang-Undang Nomor 28 TAHUN 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 6 TAHUN 1983.
2. SE Dirjen Pajak No. SE - 04/PJ.33/1998 tanggal 30 April 1998 tentang
Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunnan Pajak Penghasilan.
3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 518/PJ./2000tanggal 4 Desember
2000 tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Selain Melalui Kantor Pos.
4. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP - 517/PJ./2000 tanggal 4 Desember 2000
tentang Tempat Pengambilan Surat Pemberitahuan.
5. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE - 01/PJ.9/2000 tanggal 24 April 2000 tentang
pelaksanaan pelaporan menggunakan Media Elektronik.
Jenis Formulir Dalam Pelaporan SPT
Setiap pekerja/pegawai pasti menerima bukti potong sebagai bukti setoran pajak yang
telah dipungut dan dilaporkan oleh perusahaan pemberi kerja. Formulir bukti potong
tersebut terbagi menjadi dua yakni
1.Formulir 1721 A1 khusus untuk para karyawan yang bekerja di perusahaan milik
swasta.
2.Formulir 1721 A2 untuk karyawan yang menjabat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Kedua formulir ini nantinya akan menjadi pedoman wajib pajak ketika lapor pajak.
Selain formulir bukti potong, kita juga mengenal tiga jenis formulir SPT PPh Orang
Pribadi, yakni formulir 1770 yang ditujukan bagi wajib pajak yang bekerja tanpa
ikatan kerja tertentu, formulir 1770 SS yang ditujukan untuk perseorangan atau
pribadi dengan jumlah penghasilan kurang dari atau sama dengan Rp60 juta
setahun dan hanya bekerja pada satu perusahaan, serta formulir 1770 S untuk
wajib pajak pribadi dengan penghasilan tahunan lebih dari Rp60 juta dan bekerja
pada dua perusahaan atau lebih.
Macam-Macam SPT
1. SPT Masa
Pengertian SPT Masa
SPT Masa adalah formulir yang digunakan untuk pelaporan pajak dalam kurun waktu
tertentu (biasanya bulanan). Dan Surat Pemberitahuan Masa tersebut digunakan oleh
WP untuk melaporkan tiap sembilan jenis pajak, yaitu : pph pasal 21/26, pph pasal 22,
pph pasal 23/26, pph pasal 25, pph final pasal 4 ayat 2, pph pasal 15, PPN, PPN
Bagi pemungut, PPnBM

Masing-masing dari kesembilan Surat Pemberitahuan Masa tersebut tentunya memiliki


format yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tarif dan objek pajak
dari masing-masing jenis pajak yang dikenakan.
Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa
Mengacu pada peraturan yang dimuat dalam laman web Dirjen Pajak, terdapat tanggal
batas waktu pembayaran/penyetoran pajak dan batas waktu pelaporan Surat
Pemberitahuan Masa. Jika tanggal jatuh tempo pelaporan pajak berada di hari libur
atau tanggal merah, Anda bisa melaporkan Surat Pemberitahuan pada hari kerja
berikutnya. Berikut batas waktu penyetoran dan pelaporan masing-masing jenis pajak
dan Surat Pemberitahuan Masanya :
1. Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 22
 Bagi PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM oleh Bea Cukai, maka batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah 1 (satu) hari setelah dipungut. Sedangkan untuk batas
waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya adalah pada hari kerja terakhir minggu
berikutnya (melapor secara mingguan).
 PPh Pasal 22 Bendahara Pemerintah memiliki batas waktu pembayaran/penyetoran pajak
pada hari yang sama saat penyerahan barang. Dan untuk batas waktu pelaporan Surat
Pemberitahuan Masa-nya adalah tanggal 14 bulan berikutnya.
 Untuk PPh Pasal 22 Pertamina, maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah
sebelum delivery order dibayar.
 PPh Pasal 22 Pemungut Tertentu memiliki batas waktu pembayaran/penyetoran pajak pada
tanggal 10 bulan berikutnya. Sedangkan untuk batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan
Masa-nya adalah tanggal 20 bulan berikutnya.
2. Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 Ayat 2, PPh Pasal 15,
PPh Pasal 21/26, dan PPh Pasal 23/26
 Untuk PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21/26 dan PPh Pasal 23/26, batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah tanggal 10 bulan berikutnya. Sedangkan batas waktu
pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya adalah tanggal 20 bulan berikutnya.
 Khusus PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, PPN dan PPnBM
bagi WP Kriteria Tertentu, maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah sesuai
batas waktu per Surat Pemberitahuan Masa, sedangkan untuk batas waktu pelaporan Surat
Pemberitahuan Masa-nya adalah pada tanggal 20 setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir.
3. Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa PPN Dan PPnBM
 Bagi PPN dan PPn BM bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP), batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah pada akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya
Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan. Sedangkan untuk batas waktu
pelaporan SPT Masa-nya adalah pada akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa
Pajak.
 Untuk PPN dan PPn BM bagi Bendaharawan, batas waktu pembayaran/penyetoran pajak
adalah pada tanggal 7 bulan berikutnya, sedangkan untuk batas waktu pelaporan SPT
Masa-nya adalah pada tanggal 14 bulan berikutnya.
 Bagi PPN dan PPn BM bagi Pemungut Non Bendaharawan, maka batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah pada tanggal 15 bulan berikutnya, sedangkan
untuk batas waktu pelaporan SPT Masa-nya adalah pada tanggal 20 bulan berikutnya
4. Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25
 Pada PPh Pasal 25 (angsuran pajak) untuk WP OP dan Badan, maka batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah tanggal 15 bulan berikutnya, sedangkan untuk
batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masanya adalah tanggal 20 bulan
berikutnya. Untuk PPh Pasal 25 (angsuran pajak) bagi WP Kriteria Tertentu
(diperbolehkan melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu pelaporan SPT Masa),
batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah pada akhir masa pajak terakhir.
Sedangkan batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya adalah tanggal 20
bulan berikutnya.
2. SPT TAHUNAN

Pengertian SPT Tahunan


Surat Pemberitahuan Tahunan adalah instrumen yang memiliki fungsi yang serupa dengan
SPT Masa. Namun perbedaannya, SPT Tahunan wajib dilaporkan setiap tahun, atau pada
akhir tahun pajak. Terdapat dua kategori SPT Tahunan, yaitu SPT Tahunan Orang Pribadi
(OP) dan SPT Tahunan Badan.

Sementara SPT Tahunan Badan hanya menggunakan satu jenis formulir yaitu SPT Tahunan
1771, SPT Tahunan Orang Pribadi terbagi ke dalam tiga jenis formulir. Formulir tersebut
adalah SPT Tahunan 1770, SPT 1770 S, dan SPT 1770 SS. Berikut perbedaan dari ketiga
jenis formulir tersebut :

1. Formulir 1770 digunakan oleh Wajib Pajak berstatus pegawai yang tidak
memiliki ikatan kerja tertentu.
2. Untuk Formulir 1770 SS ditujukan terhadap pegawai dengan penghasilan
kurang dari atau sama dengan Rp60.000.000 per tahun.
3. Sedangkan mereka yang berstatus pegawai dengan penghasilan lebih dari
Rp60.000.000 per tahun diwajibkan melaporkan SPT Tahunan-nya dengan
formulir 1770 S.
1. Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi (OP) dan Badan
 Untuk PPh WP OP, maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah sebelum SPT
Tahunan PPh WP OP disampaikan, sedangkan untuk batas waktu pelaporan SPT Tahunan-nya
adalah pada akhir bulan ketiga setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun pajak.
 Bagi SPT Tahunan PPh WP Badan, maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah
sebelum SPT Tahunan PPh WP Badan disampaikan. Sedangkan untuk batas waktu pelaporan
SPT Tahunan-nya adalah pada akhir bulan keempat setelah berakhirnya tahun atau bagian
tahun pajak.
2. Tata Cara Penyampaian SPT Masa dan SPT Tahunan
 Anda bisa mendapatkan formulir SPT Masa dan SPT Tahunan di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP). Dan kemudian Anda bisa menyerahkan kembali formulir tersebut secara manual ke
KPP setempat. Namun sekarang, Anda bisa mendapatkan dan menyampaikan SPT Masa dan
SPT Tahunan secara online. Anda bisa mengunduh aplikasi e-filling di smartphone Anda atau
Anda bisa mengunduh aplikasi e-SPT langsung di laman web resmi DJP.
3. Denda atas Keterlambatan Pelaporan SPT
 Sesuai dengan ketentuan resmi dari DJP, keterlambatan pelaporan untuk SPT Masa PPN dikenakan
denda sebesar :
 Rp 100.000,00 untuk SPT Tahunan bagi wajib pajak pribadi.
 Rp 1.000.000,00 untuk SPT Tahunan bagi Pengusaha Kena Pajak.
 Rp 500.000,00 untuk SPT Masa PPN
 Rp 100.000,00 untuk SPT Masa lainnya.
 Sama seperti melaporkan pajak, membayar pajak juga merupakan kewajiban warga negara. Jika
Anda tidak membayar pajak tepat waktu, terdapat sanksi pajak yang tidak ringan.
Jenis – jenis SPT tahunan
Kementerian Keuangan melalui DJP telah mengeluarkan tiga jenis formulir yang
digunakan untuk melakukan menyampaikan SPT Tahunan, yaitu:

1. Formulir SPT Jenis 1770 S merupakan jenis SPT Tahunan khusus untuk orang
pribadi yang memiliki penghasilan tahunan lebih dari Rp 60 juta. Formulir 1770 S
terdiri dari dua lampiran yang harus diisi oleh wajib Pajak secara lengkap dan
benar. Data-data yang harus diisikan diantaranya adalah bukti potong, daftar
anggota keluarga, harta, data penghasilan, dan lain sebagainya.
2. Formulir SPT Jenis 1770 SS merupakan jenis SPT Tahunan untuk Wajib Pajak
dengan penghasilan tahunan kurang dari atau sama dengan Rp 60 juta.
Penggunaan formulir ini juga mencakup penghasilan tambahan yang diperoleh
bukan dari pekerjaan sampingan, melainkan dari bunga koperasi atau bunga bank.
Pengisian formulir ini terbilang sederhana, yaitu hanya memindahkan semua data
yang sudah tertulis pada formulir 1712 A1 atau A2.
3. Formulir SPT Jenis 1770 merupakan formulir yang digunakan oleh Wajib Pajak
dengan status pekerjaan sebagai pemilik bisnis atau pekerja yang memiliki
keahlian tertentu dan tidak memiliki ikatan kerja. Contoh penggunaan formulir ini
adalah untuk Wajib Pajak yang berprofesi dokter, konsultan, penulis, atau notaris
SEKIAN, WASSALAM!

Anda mungkin juga menyukai