Anda di halaman 1dari 22

Differential Diagnose

Mata Merah
TAN

Pembimbing :
Dr. Windi Indria Rini, Sp. M
Dr. RA. Hani Faradis, Sp.M

Penyaji:
Ganda Agyl Pasa Dewa (6120019033)

SMF Ilmu Kesehatan Mata


RSI Jemursari Surabaya Kepaniteraan Klinik
2021
Pendahuluan
Mata merah umumnya terjadi karena pelebaran pembuluh darah di mata. Mata yang
merah mengindikasikan adanya masalah pada mata, bisa masalah ringan ataupun serius yang
memerlukan penanganan lebih lanjut. Hal ini biasanya disebabkan oleh:
1. Udara yang panas/kering
2. Paparan sinar matahari
3. Debu
4. Reaksi alergi
5. Influenza
6. Infeksi Bakteri atau virus
7. Batuk

2
Differential Diagnose Mata Merah
Konjungtivitis Trauma atau
Uveitis anterior Glaukoma akut Episkleritis
infeksi kornea
Insidensi Sangat sering Sering Jarang Sering Sering
Sekret Sedang-banyak Tidak ada Tidak ada Encer atau purulen Tidak ada
Ketajaman Tidak ada efek pada Tidak ada efek pada
penglihatan penglihatan Sedikit kabur Sangat kabur Biasanya kabur penglihatan

Nyeri Tidak ada Sedang Berat Sedang sampai berat Sedang


Injeksi
Difus lebih ke arah
Injeksi konjungtiva episkleraNodul/sekreto
fornices Terutama sirkumkorneal Terutama sirkumkorneal Terutama sirkumkorneal
me/difuse

Kornea Jernih Perubahan kejernihan


Biasanya jernih Berkabut sesuai Penyebab Jernih

Ukuran pupil Normal Kecil Dilatasi sedang danterfiksasi Normal atau kecil Normal

Respon cahaya pupil Normal Buruk Tidak ada Normal Normal

Tekanan intraokular Normal Normal Meningkat Normal Normal

Sediaan apus Organisme penyebab Tidak ada organisme Tidak ada organisme Organisme hanya
ditemukan pada ulkus Organisme penyebab

4
Konjungtivitis

4
Definisi
Suatu keradangan konjungtiva yang disebabkan bakteri, virus, jamur, chlamidia, alergi atau iritasi
dengan bahan-bahan kimia.
1. Konjungtivitis viral
2. Konjungtivitis bakteri
3. Konjungtivitis klamidia
4. Konjungtivitis alergi

5
Manifestasi Virus Bakteri Alergi
Gatal Minimal Minimal Hebat
Hiperemia Generalisata Generalisata Generalisata
Mata berair Banyak Sedang Minimal
Eksudasi Minimal Banyak Minimal
Adenopati preaurikular Sering Jarang Tidak ada
Pada kerokan dan eksudat Monosit Bakteri, polimorfonuklear Eusinofil
yang dipulas (PMN)
Gejala penyerta : demam Sesekali Sesekali Tidak pernah
dan nyeri tenggorok
Tata Laksana Self limiting Tetes mata ciprofloxacin Artificial tears, tetes mata
atau salep mata eritromisin antihistmin
4x/hari
Gambar

6
Uveitis Anterior

7
Uveitis Anterior = iridosiklitis
• Uveitis adalah inflamasi pada uvea (iris, badan siliaris, koroid).
• Dibagi mejadi 4 klasifikasi berdasarkan anatomisnya: anterior (tempat
inflamasi di anterior chamber) , intermediate
(di vitreous) , posterior (di retina atau choroid), panuveitis (seluruh uvea)
• Uveitis anterior adalah inflamasi yang tempatnya dibilik mata depan

Etiologi Uveitis anterior disebabkan oleh infeksi (awalnya keratitis atau


skleritis) atau non infeksi (penyakit sistemik, diinduksi lensa, obat
(bifosfonat, sulfonamide, kontrasepsi oral), idiopatik)

8
Pemeriksaan a. Visus : turun
Fisik b. TIO : bisa meningkat/ menurun
c. COA : flare and cell, sinekia, keratik presipitat, hipopion
d. Konjungtiva : injeksi silier
e. Pupil : miosis jika ada sinekia posterior

Tata Laksana a. Terapi utama : kortikosteroid topical tiap 1-2jam dan di Tapered off (tiap 3jam
lalu 4jam hingga 1tetes seminggu) rute oral atau periokuler jika kasus berat
b. Midiatrik : cyclopentolate 0,5% (short acting) atau hematropine 2% (long
acting) untuk mengurangi spasme otot silier, melepaskan dan mencegah sinekia
posterior

9
Glaukoma Akut

10
Definisi Kelainan mata yang terjadi karena peningkatan tekanan intraokuler (TIO) secara cepat sebagai hasil dari tertutupnya sudut
BMD (bilik mata depan) sehingga terjadi obstruksi aliran humor akuos.
TRIAS :
1. Peningkatan Tekanan Intraokuler (TIO)
2. Kerusakan Saraf Optikus
3. Gangguan Lapang Pandang
Anamnesis a) Mata merah, epifora
b) Penglihatan menurun
c) Melihat warna Pelangi sekitar sumber cahaya (“halo”)
d) Nyeri mendadak pada mata sekitarnya
e) Mual dan Muntah
Pemeriksaan Fisik a. Visus : menurun
b. Palpebra : Edema  lebih ke spasme
c. Konjungtiva : hiperemi konjungtiva dan silier, kemosis
d. Kornea : keruh, edema
e. BMD : BMD dangkal, sudut BMD tertutup, Aueous flare (+)
f. Iris : Atrofi iris
g. Pupil : midriasis, reflek pupil (-)
h. Fellow eye : sudut BMD dangkal
i. TIO : meningkat
j. Funduskopi : Gaung + , edema, hiperemi
k. Lapang Pandang : menurun

11
Terapi 1. Terapi Medikamentosa
A.Menurunkan TIO
• Hiperosmotik
-Gliserin 1,5 gr/KgBB50% larutan dapat dicampur dengan sari jeruk
-Bila Muntah, dapat diganti Manitol 1-15gr/KgBB 20% larutan intravena (dalam infus 3-5cc/menit= 60-100
tetes/menit)
• Carbonic Anhydrase Inhibitor
-Acetazolamide 250mg
B. Menurunkan Reaksi radang
Kortikosteroid Topikal : Prednisolone 1% atau dexamethasone 0,1% sehari 4x
2. Terapi Laser
LPI (Laser Iridektomi Perifer
3. Terapi Bedah
Iridektomi Perifer
Trabekulektomi
Ekstraksi Lensa
 
Gambar

12
Trauma Mata

13
Trauma
Mata

Trauma Trauma Trauma


Fisis Mekanis Kimiawi

Trauma Trauma
Tumpul Basa
Trauma Trauma
Tembus Asam

14
1. Trauma Fisis

a. Retinopati Solaris
Etiologi : Sinar UV matahari.
Biasanya terjadi pada orang pengamat gerhana matahari, pelaut, dan tukang las.
Mekanisme Jejas : berupa proses fotokimia yang mengakibatkan timbulnya skotoma

TRAUMA sentral, maupun retinitis serta makulopati.

FISIS
b. Retinopati Alat Optik
Disebabkan penggunaan oftalmoskop indirek dan pemeriksaan fundus dengan lensa kontak
dan lampu celah.

c. Retinopati Radiasi
Radioterapi retinoblastoma atau melanoma koroid karena sinar merusak endotel kapiler.
Karena endotelnya terganggu maka bisa terjadi perdarahan retina (kalau endotel rusak), edem
makula (kalau permebilitasnya meningkat)

15
2. Trauma Mekanis

a. Trauma Tumpul

1. Trauma Tumpul Konjungtiva

2. Hifema
• Definisi : Darah didalam bilik mata depan
• Etiologi : trauma yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar
• Gejala : Nyeri, Visus Turun, kadang disertai Epifora dan Blefarospasme
• Pemeriksaan : darah mengisi COA

TRAUMA
Tata Laksana :
• SA (sulfas atropine) 1% digunakan untuk mencegah blok pupil (efek midriasis) dan mengistirahatkan

MEKANIS

iris.
Asetazolamid diberikan bila TIO meningkat, untuk mencegah glaukoma.
• Steroid sistemik digunakan untuk mencegah uveitis.
• Koagulansia yang digunakan untuk menghentikan perdarahan juga berfungsi merapatkan endotel. Dapat
digunakan asam traneksamat (menghambat aktivasi plasminogen dan fibrinolisis)

3. Subluksasi Lensa
(pindahnya letak lensa akibat putusnya sebagian zonula Zinni. Apabila zonula Zinni putus maka lensa
mengalami luksasi.)

16
2. Trauma Mekanis

b. Trauma Tembus

Kerusakan yang terjadi dapat berupa trauma penetrans, di mana sebagian ketebalan dinding bola mata
melalui kornea/sclera mengalami kerusakan; atau perforans, di mana seluruh ketebalan dinding bola
mata rusak
Penanganan pertama : profilaksis dengan ATS atau antitetanus serum dan anestesi lokal misal
dengan pantokain 0,5 – 2%. Lalu irigasi gentamisin 1,6 mg/cc dalam larutan fisiologis/salin.

TRAUMA
 
a. Apabila ada luka di palpebra, lakukan reposisi dan rekanalisasi kalau terkena sistem ekskresi

MEKANIS
b.
lakrimal
Pada trauma perforans berikan tetes atropin sulfat. Apabila ada benda asing dilakukan amosio
(pengambilan).
c. antibiotika topikal misalkan subkonjungtiva dan diberi tutup lunak pada mata

17
3.Trauma Kimiawi
1. Trauma Basa
Trauma basa berakibat lebih buruk daripada asam. Ini disebabkan pada trauma basa, terjadi reaksi
penyabunan, sehingga sel dan jaringan menjadi rusak atau nekrosis.
 Sel yang nekrosis ini menghasilkan enzim kolagenase -> Enzim ini menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
 Membran sel rusak sehingga terjadi nekrosis sel karena penetrasi melalui membran sel yang rusak.
 Akibatnya kornea keruh dalam beberapa menit, terjadi simblefaron sehingga gerakan mata terbatas, terbentuk
jaringan parut palpebra dan kelenjar air mata. Tekanan intraokular bisa berubah dan lensa dapat menjadi keruh.

TRAUMA
KIMIAWI

Tata Laksana :
Irigasi air/larutan garam fisiologis 2000 ml dan netralisasi sampai pH air mata kembali normal (pH air mata 7,3).
 Berikan EDTA dan antibiotika.
 Debridement dilakukan untuk mencegah infeksi sekunder.
 Sikloplegika diberikan untuk mencegah iritis dan sinekia posterior.
 Bila terjadi glaukoma dapat diberikan penyekat-  dan asetazolamid. Inhibitor kolagenase diberikan pada 1 minggu
sesudah trauma.
 Apabila luka sebatas epitel saja maka dapat diberikan steroid secara topikal. Tetapi kalau luka sampai dalam dapat
diberikan secara sistemik.
 Vitamin C dapat ditambahkan dalam regimen.
 Mata perlu di bebat dan butuh diberikan air mata buatan. Hal ini penting sebab produksi air mata menurun karena
terbentuk jaringan parut pada kelenjar airmata.

18
3.Trauma Kimiawi
2. Trauma Asam
Asam merusak ikatan protein intramolekular dan menyebabkan koagulasi. Terjadinya
reaksi koagulasi ini berfungsi sebagai barier penetrasi lebih lanjut sehingga proses
berhenti. Dengan demikian trauma kimia karena asam lebih ringan daripada karena basa.

Penyulit yang bisa terjadi adalah katarak, glaukoma, hipotoni, abnormalitas air mata,
iritis, entropion, trikiasis, dan simblefaron

TRAUMA Tata Laksana :

KIMIAWI
irigasi dengan air atau larutan garam fisiologis, pengontrolan pH, dan pertimbangan terapi
lainnya mirip pada trauma basa.

19
Episkleritis- Skleritis

20
  Episkleritis Skleritis
Definisi Inflamasi pada jaringan episklera. Inflamasi pada sklera. Umumnya terjadi di decade 4-6 dan lebih
sering terjadi pada wanita
Biasa terjadi di usia 20-50tahun
Anamnesis a. Mata merah a. Nyeri pada mata yang hebat, memburuk di malam hari
b. Sedikit nyeri b. Nyeri menjalar ke wajah atau kepala di sisi yang terlibat
c. Reda dengan sendirinya c. Proptosis dan motilitas terhambat (pada skleritis posterior
Pemeriksaan Fisik Dari pemeriksaan eksternal diperoleh tampilan inflamasi a) Tampak berwarna merah keunguan
terlokalisasi di episklera, lebih superfisial dan berwarna merah b) Injeksi menempel pada sclera dan tidak dapat digerakkan
cerah atau pink salmon c) Sclera edema
Pemeriksaan Phenylephrine Test (+) Phenylephrine Test (-)
Penunjang
Cotton bud tip test (+) Cotton bud tip test (-)
Tata Laksana Self limiting. Kasus ringan : Kortikosteroid topical, NSAID oral (3x200 mg)

Jika pasien nyeri dapat diberikan NSAID topical atau oral. Kasus Berat (necrotizing) : steroid oral/ IV, antimetabolite,
imunomodulator, atau agen sitotoksik jika tidak membaik dengan
Jika tidak membaik dengan NSAID dan airtificial tears, berikan steroid dalam 2-3minggu terapi
kortikosteroid jangka pendek

21
TERIMAKASIH

22

Anda mungkin juga menyukai