Anda di halaman 1dari 34

Edi Hidayatsyah

DINKES ACEH
 Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang
digunakan untuk membunuh jasad hidup yang
mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang
diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya.
Pest berarti hama, sedangkan cide berarti membunuh.
 Dalam praktek, pestisida digunakan bersama-sama
dengan bahan lain misalnya dicampur minyak untuk
melarutkannya, air pengencer, tepung untuk
mempermudah dalam pengenceran atau penyebaran
dan penyemprotannya, bubuk yang dicampur sebagai
pengencer (dalam formulasi dust), atraktan (misalnya
bahan feromon) untuk pengumpan, bahan yang
bersifat sinergis untuk penambah daya racun, dsb.
Penggolongan pestisida
menurut jasad sasaran
 Insektisida, racun serangga (insekta)
 Fungisida, racun cendawan / jamur
 Herbisida, racun gulma / tumbuhan
pengganggu
 Akarisida, racun tungau dan caplak (Acarina)
 Rodentisida, racun binatang pengerat (tikus
dsb.)
 Nematisida, racun nematoda, dst.
Penggolongan menurut asal dan
sifat kimia
1.   Sintetik
1.1. Anorganik : garam-garam beracun seperti arsenat, flourida,
tembaga sulfat dan garam merkuri.
1.2. Organik :
1.2.1. Organo khlorin : DDT, BHC, Chlordane, Endrin dll.
1.2.2. Heterosiklik : Kepone, mirex dll.
1.2.3. Organofosfat : malathion, biothion dll.
1.2.4. Karbamat : Furadan, Sevin dll.
1.2.5. Dinitrofenol : Dinex dll.
1.2.6. Thiosianat : lethane dll.
1.2.7. Sulfonat, sulfida, sulfon.
1.2.8. Lain-lain : methylbromida dll.
2.   Hasil alam : Nikotinoida, Piretroida, Rotenoida dll.
 
Penamaan pestisida (Nomenklatur )

Contoh :
 I.    Carbophenothion
II. Trithion (R)
III.  (p-chlorophenylthio) methyl ] 0 , 0
-diethyl phosphoro­dithioate
IV.   Keterangan:

                            I. Nama umum (generik)


II. Nama dagang
III. Nama kimia
IV. Rumus (struktur) kimia
Cara masuk insektisida ke
dalam tubuh serangga
 Melalui dinding badan, kulit (kutikel)
  Melalui mulut dan saluran makanan
(racun perut)
  Melalui jalan napas (spirakel) misalnya
dengan fumigan.
Jenis racun pestisida

Dari segi racunnya pestisida dapat dibedakan atas:


 Racun sistemik, artinya dapat diserap melalui sistem
organisme misalnya melalui akar atau daun kemudian
diserap ke dalam jaringan tanaman yang akan
bersentuhan atau dimakan oleh hama sehingga
mengakibatkan peracunan bagi hama.
  Racun kontak, langsung dapat menyerap melalui kulit
pada saat pemberian insektisida atau dapat pula
serangga target kemudian kena sisa insektisida (residu)
insektisida beberapa waktu setelah penyemprotan
Formulasi Pestisida
pada umumnya adalah dalam bentuk:
1.   Untuk Penyemprotan (sprays) dan pencelupan
(dipping)
1.1. Emulsifiable / emulsible concentrates (EC)
1.2. Water miscible liquids (S)
1.2a. Water soluble concentrates (WSC)
1.2b. Soluble concentrates (SC)
1.3. Wettable powder (WP)
1.4. Flowable suspension (F)
1.5. Water soluble powders (SP)
1.6. Ultra Low Volume Concentrates (ULV)
2.   Dalam bentuk Dusts (D)
Cara  kerja racun

1. Racun sel umum / protoplasma, misalnya logam-logam


berat, arsenat dll.
2. Racun syaraf :
 Mempengaruhi keseimbangan ion-ion K dan Na dalam neuron
(sel syaraf) dan merusak selubung syaraf : DDT dan OK
lainnya
 Menghambat bekerjanya ChE (ensim pengurai acethylcholine
yaitu Choline Esterase) : semua OF dan KB
 3. Racun lain misalnya merusak mitokondria, sel darah
dll.
BEBERAPA CONTOH INSEKTISIDA 
1. Organoklorin (OK)
                                   
2. Organofosfat (OF)
3.  Karbamat (KB)
HASIL ANALISA RESIDU
PESTISIDA
No Komodita Asal Contoh Hasil Analisa (mg/kg)
s
1 Pakcoy Kec. : Cicendo, 0,28802
Kota : Bandung
2 Cabai Kec. : Pacet, Kab. : Cianjur 1,59125
merah
3 Cabai Kec. : Pacet, Kab. : Cianjur 0,67074
keriting
4 Buncis 0,56279
5 Sawi putih Kec. : Pacet, Kab. : Cianjur 0,08738
6 Cabai rawit 0,58066
7 Tomat Kec. : Pacet, Kab. : Cianjur 0,53708
8 Bayam Kec. : Pacet, Kab. : Cianjur 0,00166
9 Sawi hijau Tidak terdeteksi dengan
Batas Penetapan (BP)
0,001
HASIL ANALISA RESIDU PESTISIDA
PADA BUAH-BUAHAN
No. Komoditas Asal Contoh Hasil Analisa (mg/kg)

1 Pir sandong Kelurahan Mulyaraya, 0,08956


Kec. Kawaluyaan, Kota
Bandung
2 Pir yali Kel. Cicendo, Kec. 0,00195
Cicendo, Kota
Bandung
3 Apel merah 0,00312
4 Jeruk murkot Tidak terdeteksi dengan
Batas Penetapan (BP) 0,001
5 Semangka 0,01537
6 Strawberi Desa Cibodas, Kamp. 0,15419
Cibeuying, Kec.
Lembang
7 Manggis Mengandung kadar gula =
5,40 %, serat kasar = 45 %,
air = 78,26 %, pati = 0,24 %,
HASIL ANALISA BERAS ORGANIK
No. Parameter Satuan Standar Nasional / Hasil
BMR Pemeriksaan
1 Residu Deltamterin mg/kg 1 Tidak
terdeteksi
2 Kadar Air % - 11,7
3 Kadar Lemak % - 1,01
4 Kadar kalori Kkal - 210,7872
5 Kadar Protein % - 0,0395
6 Kadar Karbohidrat % - 50,3848
7 Kadar Gula Pereduksi % 13,9958
8 Kadar Serat % - 1,914
9 Kadar Abu % - 1,11
10 Kadar besi (Fe) mg/kg - 9,38
11 Kadar Kalium (K) mg/kg - 241,53
12 Kadar Kalsium (Ca) mg/kg - 32,06
13 Kadar Magnesium (Mg) mg/kg - 31,54
14 Kadar Seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0 13,04
15 Kadar Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1,0 0
HASIL ANALISA BERAS ANORGANIK
No. Parameter Satuan Standar Nasional / Hasil
BMR Pemeriksaan

1 Residu Imidakloprid mg/kg 0,05 0,08688


2 Kadar Air % - 12,17
3 Kadar Lemak % - 0,9
4 Kadar Protein % - 8,3323
5 Kadar Karbohidrat % - 55,7603
6 Kadar Gula Pereduksi % 15,53
7 Kadar Serat % - 2,01
8 Kadar Abu % - 0,51
9 Kadar Tembaga (Cu) mg/kg - 0,78
10 Kadar Besi (Fe) mg/kg - 2,47
11 Kadar Kalium (K) mg/kg - 166,33
12 Kadar Kalsium (Ca) mg/kg - 0,00
13 Kadar Magnesium (Mg) mg/kg - 15,79
14 Kadar Seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0 5,08
Kadar Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1,0 0
Waktu Paruh Insektisida yg relatif
persisten dlm tanah
Insektisida Waktu paruh (th)
Organoklorin
DDT 3-10
Heptaklor 7-12
Endrin 4-8
Toksafen 10
Aldrin 1-4
Dieldrin 1-7
Klordan 2-4
BHC 2
Organofosfat
Difonat 0,2
Klorfenvinfos 0,2
Karbofenotion 0,5
Karbamat
Karbofuran 0,05-1
Proses Pengambilan Pestisida oleh MH

PENJERAPAN PENYERAtPAN

Kontak luar dg sel organ Penerobosan dalam melelui


atau jasad hewan atu pembatasan kulit, daun, akar,
tanaman renik, perut, sel, dll

SISTEM ALIRAN
Tubuh, air, darah, getah
tanaman, udara
Biomagnifikasi DDD (turunan DDT) di air danau
Clear California

80.000x

85.000x

500x

265x
Tanda dan Gejala Keracunan
Pestisida
a. Pestisida Golongan Organoklor ( Dicofan 460 EC ; Keltane 250 EC )
 Pestisida golongan organoklor bekerja mempengaruhi sistem syaraf
pusat. Tanda dan gejala keracunan pestisida organoklor dapat berupa
sakit kepala, rasa pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan
lemah, gugup, gemetar, kejang-kejang dan kesadaran hilang.

b. Pestisida Golongan Organofostat ( Basta 150 EC ; Eagle 480 AS )


 Apabila masuk kedalam tubuh, baik melalui kulit, mulut dan saluran
pernafasan maupun saluran pencernaan, pestisida golongan
organofosfat akan berikatan dengan enzim dalam darah yang
berfungsi mengatur bekerjanya saraf, yaitu kholonesterase. Apabila
kholonesterase terikat, maka enzim tersebut tidak dapat
melaksanakan tugasnya sehingga syaraf terus-menerus mengirimkan
perintah kepada otot-otot tertentu. Dalam keadaan demikian otot-otot
tersebut senantiasa bergerak tanpa dapat dikendalikan .
 Disamping timbulnya gerakan-gerakan otot-otot tertentu, tanda dan
gejala lain dari keracunan pestisida organofosfat adalah pupil atau
celah iris mata menyempit sehingga penglihatan menjadi kabur,
mata berair, mulut berbusa atau mengeluarkan banyak air liur, sakit
kepala, rasa pusing, berkeringat banyak, detak jantung yang cepat,
mual, muntah-muntah, kejang pada perut, mencret, sukar bernafas,
otot-otot tidak dapat digerakkan atau lumpuh dan pingsan.

c. Pestisida Golongan Karbamat ( Sevin 85 S ; Darmafur 3


G)
 Cara kerja pestisida Karbamat sama dengan pestisida organofosfat,
yaitu menghambat enzim kholonesterase. Tetapi pengaruh
pestisida Karbamat terhadap kholonesterase hanya berlangsung
singkat karena pestisida Karbamat cepat mengurai dalam tubuh.

d. Pestisida Golongan Senyawa / dipiridil ( Top Star 300


EW )
 Senyawa dipirindi dapat membentuk ikatan dan merusak jaringan
epithel dari kulit, kuku, saluran pernafasan dan saluran pencernaan,
sedangkan larutan yang pekat dapat menyebabkan peradangan.
 Tanda dan gejala keracunan senyawa dipirindil selalu
terlambat diketahui atau disadari karena gejala baru
timbul setelah beberapa lama, 24-72 jam setelah
keracunan baru terlihat gejala yang ringan seperti sakit
perut, mual, muntah, dan diare karena ada iritasi pada
saluran pencernaan, 48-72 jam baru timbul gejala-gejala
kerusakan ginjal seperti albunuria, proteinnura,
haematuria dan peningkatan kretanin lever, 72 jam-24
hari, tanda-tanda kerusakan pada paru-paru.

e. Pestisida Golongan Arsen ( Score 250 EC )


 Keracunan pestisida Arsen pada umumnya melalui mulut
walaupun bisa juga diserap melalui kulit dan saluran
pencernaan.
 Tanda dan gejala keracunan akut pestisida golongan
Arsen adalah nyeri pada perut, muntah, dan diare,
sedang keracunan sub akut akan timbul gejala seperti
sakit kepala, pusing dan banyak keluar ludah.
f. Pestisida Golongan Antikoagulan ( Klerat )
 Pestisida golongan koagulan bekerja menghambat
pembekuan darah dan merusak jaringan-jaringan
pembuluh darah. Hal ini mengakibatkan terjadinya
pendarahan, terutama di bagian dalam tubuh.

 Tanda dan gejala keracunan yang ditimbulkan oleh


pestisida antikoagulan meliputi rasa nyeri pada
punggung, lambung, dan usus, muntah-muntah,
pendarahan pada hidung dan gusi, timbul bintik-
bintik merah pada kulit, terdapat darah dalam air
seni dan tinja, timbul lebam pada bagian sekitar
lutut, sikut, dan pantat serta kerusakan ginjal.
Toksikologi Pestisida

 Organoklorin
 Senyawa-senyawa OK (organokhlorin, chlorinated hydrocarbons) sebagian
besar menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen selubung sel
syaraf (Schwann cells) sehingga fungsi syaraf terganggu.
 Peracunan dapat menyebabkan kematian atau pulih kembali. Kepulihan
bukan disebabkan karena senyawa OK telah keluar dari tubuh tetapi karena
disimpan dalam lemak tubuh.
 Semua insektisida OK sukar terurai oleh faktor-faktor lingkungan dan
bersifat persisten, Mereka cenderung menempel pada lemak dan partikel
tanah sehingga dalam tubuh jasad hidup dapat terjadi akumulasi, demikian
pula di dalam tanah.
 Akibat peracunan biasanya terasa setelah waktu yang lama, terutama bila
dose kematian (lethal dose) telah tercapai. Hal inilah yang menyebabkan
sehingga penggunaan OK pada saat ini semakin berkurang dan dibatasi.
 Efek lain adalah biomagnifikasi, yaitu peningkatan peracunan lingkungan
yang terjadi karena efek biomagnifikasi (peningkatan biologis) yaitu
peningkatan daya racun suatu zat terjadi dalam tubuh jasad hidup, karena
reaksi hayati tertentu
•Organofosfat dan Karbamat
 menghambat aksi pseudokholinesterase dalam
plasma dan kholinesterase dalam sel darah
merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut
secara normal menghidrolisis asetylcholin
menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim
dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin
meningkat dan berikatan dengan reseptor
muskarinik dan nikotinik pada system saraf
pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan
timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh
pada seluruh bagian tubuh.
Pada bentuk ini enzim mengalami
phosphorylasi.
Tabel : Efek muskarinik, nikotinik dan saraf
pusat pada toksisitas organofosfat.
Efek Gejala

1. Muskarinik  Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)


 Kejang perut
 Nausea dan vomitus
 Bradicardia
 Miosis
 Berkeringat
2. nikotinik Pegal-pegal, lemah
Tremor
Paralysis
Dyspnea
Tachicardia
3. sistem saraf pusat Bingung, gelisah, insomnia, neurosis
Sakit kepalaEmosi tidak stabil
Bicara terbata-bata
Kelemahan umumConvuls
Depresi respiras
 dan gangguan jantungKoma
 Semua senyawa OF (organofosfat, organophospates)
dan KB (karbamat, carbamates) bersifat perintang ChE
(ensim choline esterase), ensim yang berperan dalam
penerusan rangsangan syaraf.
 Peracunan dapat terjadi karena gangguan dalam fungsi
susunan syaraf yang akan menyebabkan kematian atau
dapat pulih kembali.
 Umur residu dari OF dan KB ini tidak berlangsung lama
sehingga peracunan kronis terhadap lingkungan
cenderung tidak terjadi karena faktor-faktor lingkungan
mudah menguraikan senyawa-senyawa OF dan KB
menjadi komponen yang tidak beracun. Walaupun
demikian senyawa ini merupakan racun akut sehingga
dalam penggunaannya faktor-faktor keamanan sangat
perlu diperhatikan. Karena bahaya yang ditimbulkannya
dalam lingkungan hidup tidak berlangsung lama,
sebagian besar insektisida dan sebagian fungisida yang
digunakan saat ini adalah dari golongan OF dan KB.
Parameter yang digunakan untuk menilai
efek peracunan pestisida
 nilai LD50 (lethal dose 50 %)
 menunjukkan banyaknya pestisida dalam miligram
(mg) untuk tiap kilogram (kg) berat seekor binatang-uji,
yang dapat membunuh 50 ekor binatang sejenis dari
antara 100 ekor yang diberi dose tersebut.
 Yang perlu diketahui dalam praktek adalah LD50 akut
oral (termakan) dan LD50 akut dermal (terserap kulit).
 Nilai-nilai LD50 diperoleh dari percobaan-percobaan
dengan tikus putih.
 Nilai LD50 yang tinggi (di atas 1000) menunjukkan
bahwa pestisida yang bersangkutan tidak begitu
berbahaya bagi manusia.
 LD50 yang rendah (di bawah 100) menunjukkan hal
sebaliknya.
Nilai LD50 insektisida organofosfat
Komponen LD50 (mg/Kg)

Akton
146
Coroxon
12
Diazinon
100
Dichlorovos
56
Ethion
27
Malathion
1375
Mecarban
36
Methyl parathion
10
Parathion
3
Sevin
274
Systox
2,5
TEPP
1
LD50 (mg/Kg) Pestisida
Pestisida Kijang Piaraan Kambing

Organoklorin
Endrin - 25-50
Dieldrin 75-100 100-200
Toksafen 139-240 >160
Organofosfat
Demeton - 13
Paration 33 42
Monokrotofos 38 35
Dimetoat >200 -
Klorpirifos - >500
Fenitrotion 727 -
Karbamat
Aminokarb 11 -
Metomil 16 -
Meksakarbat 25 22
Profoxur 225 >800
Karbaril 300 -
LC50 (ppb) Pestisida pada MH
Pestisida Larva Nyamuk 12 ikan air tawar
(LC50,24 jam) (LC50, 96 jam)
Organoklorin
DDT 70 2-21
Heptaklor 5,4 -
Endrin 15 -
Toksafen - -
Aldrin - -
Dieldrin 7,9 2-131
Tiodan - 3-18
BHC 27
Organofosfat
Abate 1,6 -
Bayteks 4,2 980-3.404
Klontion 25 -
Diazinon 83 -
Dibrom - -
Dikorvos 75 -
Pengobatan
 Pengobatan keracunan pestisida ini harus cepat dilakukan
terutama untuk toksisitas organophosphat. Bila dilakukan
terlambat dalam beberapa menit akan dapat menyebabkan
kematian.
 Diagnosis keracunan dilakukan berdasarkan terjadinya gejala
penyakit dan sejarah kejadiannya yang saling berhubungan.
 Pada keracunan yang berat , pseudokholinesterase dan aktifits
erytrocyt kholinesterase harus diukur dan bila kandungannya jauh
dibawah normal, kercaunan mesti terjadi dan gejala segera
timbul.
 Pengobatan dengan pemberian atrophin sulfat dosis 1-2 mg i.v.
dan biasanya diberikan setiap jam dari 25-50 mg. Atrophin akan
memblok efek muskarinik dan beberapa pusat reseptor
muskarinik.
 Pralidoxim (2-PAM) adalah obat spesifik untuk antidotum
keracunan organofosfat. Obat tersebut dijual secara komersiil dan
tersedia sebagai garam chlorin.

Anda mungkin juga menyukai