Anda di halaman 1dari 20

Inkompetensi Serviks

Esterlina Ratuanak – 112019107


Ery Lione Nanulaitta – 112019043
Pembimbing : dr. Seindy Glamour, Sp.OG - KFER

K E PA N I T E R A A N K LINIK ILMU K E B I D A N A N D A N P E N YA K I T K A N D U N G A N
R U M A H S A K I T U M U M D A E R A H K O J A , J A K A R T A UTARA
F A K U L T A S K E D O K T E R A N U N I V E R S I T A S K R I S T E N K R I D A WA C A N A
PERIODE 19 OKTOBER 2020 – 21 NOVEMBER 2020
Latar Belakang
• Inkompetensi Serviks menggambarkan kelemahan fungsional leher rahim,
dengan ketidakmampuan untuk mencapai kehamilan penuh oleh karena
defek fungsi maupun struktur pada serviks.

• Serviks merupakan barier mekanik yang memisahkan kehamilan dari flora


bakteri vagina. Ketika terjadi pematangan serviks yang prematur, barier
mekanik terganggu dan selanjutnya dapat menyebabkan proses patologis
(misalnya kolonisasi pada saluran kemih bagian atas) yang berakhir pada
kelahiran prematur spontan.
• Pada inkompetensi serviks yang berhubungan dengan kelainan
mekanik, penanganan suportif misalnya cerclage suture dapat
mencegah infeksi dan dapat memperpanjang masa kehamilan.

• Sebaliknya, jika perubahan pada serviks adalah akibat proses non


mekanik, maka cerclage menjadi kurang efektif dan bahkan
berbahaya dalam beberapa kasus karena kemungkinan adanya
komplikasi inflamasi dan infeksi.
Definisi
• Inkompetensi serviks  kelemahan fungsional leher rahim, dengan
ketidakmampuan untuk mencapai usia kehamilan penuh oleh karena
defek fungsi maupun struktur pada serviks.

• Inkompetensi serviks menyebabkan kehilangan kehamilan yang berulang


disebabkan oleh faktor intrinsik atau diperoleh kelemahan pada integritas
jaringan serviks dimana leher rahim mengalami penipisan dan dilatasi
sebelum waktunya tanpa rasa sakit, dengan prolaps dan ballooning
membrane ke dalam vagina, diikuti oleh pengeluaran janin belum matang.
Etiologi
Diduga 3 faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya
inkompetensi serviks, yaitu :
• Faktor kongenital
Akibat perkembangan abnormal jaringan fibromuskular serviks menyebabkan
kelemahan serviks tersebut.
• Faktor akuisita
Akibat trauma sebelumnya pada serviks uteri yang mencapai ostium uteri
internum.
• Faktor fisiologik
Hal ini ditandai dengan pembukaan serviks normal akibat kontraksi uterus
yang abnormal.
Anatomi Serviks
Normal vs Inkompetensi Serviks
• Tampak perbedaan dilatasi serviks pada inkompetensi serviks dan pada
persalinan normal. Pada persalinan normal dilatasi disertai His atau
kontraksi uterus.
Patofisiologi
• Serviks : struktur anatomi dinamik yang berfungsi selama kehamilan
sebagai pertahanan bagi janin dan sekitarnya , dengan vagina dan dunia
luar.
• Pada waktu gestasi ini, ia terdiri dari struktur yang kuat yang terdiri dari
kolagen, tetapi ketika tiba masanya persalinan, kolagennya mengalami
degradasi dan serviks menjadi lunak dan memulai proses untuk dilatasi.
• Hal ini mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam proses ini dan; atau
waktu pelunakan yang tidak sesuai waktunya dan menjadikan serviks tidak
kompeten lagi sehingga terjadinya kelahiran prematur atau kesulitan
dalam persalinan (distosia).
Diagnosis
Diagnosis inkompetensi serviks umumnya ditegakan berdasarkan keadaan
berikut :
 Tanda & gejala : terjadinya dilatasi serviks yang tidak disertai dengan rasa
sakit merupakan tanda klasik serviks. Sebagian besar wanita tidak memiliki
gejala atau mengalami gejala ringan pada trimester ke2, seperti kram
perut, sakit punggung, tekanan panggul, keputihan yang banyak,
berubahnya warna keputihan dari bening menjadi merah muda, dan
terdapatnya bercak darah.
 Riw. Obstetrik : wanita yang mengalami riw keguguran berulang pada
trimester ke2 atau awal trimester ke3.
 USG : terbukti Inkompetensi Serviks ( Menunjukan penipisan pada serviks,
atau ditemukan funnelling dan ballooning membran yang melewati
orifisium serviks interna, namun pada saat bersamaan orifisium serviks
eksterna tertutup.
• Penyempitan atau funneling serviks yang membentuk huruf T, Y, V, U
(hubungannya dengan panjang serviks dengan perubahan pada ostium
uteri internum).
• Panjang serviks < 25 mm
• Protusi membran amnion
• Adanya bagian fetus dalam serviks atau vagina.
Diagnosis Banding
Ketuban pecah dini

• keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau


dimulainya tanda inpartu
• Didapatkan penderita merasa keluar cairan yang banyak secara
tiba-tiba
• Pemeriksaan inspekulo dengan spekulum steril untuk melihat
adanya cairan yang keluar dari serviks atau menggenang di forniks
posterior
• Jika tidak ada, gerakkan bagian terbawah janin atau minta ibu
mengedan/batuk.
• Memastikan cairan: bau, test nitrazin, gambar pakis pada
mikroskop
• USG: oligohidramnion
Diagnosis Banding
Pertumbuhan janin terhambat
• Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila berat janin<
10% dari berat yang harus dicapai pada usia kehamilan
tertentu.
• Awal pertumbuhan janin terhambat dikenal setelah 28
minggu
• Biometri digunakan untuk pengawasan lingkar abdomen yang
tidak bertambah  petanda PJT.
• Pemeriksaan Dopler, adanya kelainan arus darah dari a.
umbilical, a.uterine dan a.spiralis  PJT
Penatalaksanaan
• Bedah dan Non-bedah.
• Terapi non-bedah  Pengurangan aktivitas atau istirahat total di tempat
tidur, menghindari hubungan seksual, dan penghentian penggunaan
narkotin atau rokok telah direkomendasikan.
• Bedah  penguatan serviks yang lemah dengan jahitan yang di sebut
‘cerclage’ seperti McDonalds dan modifikasi Shirodkar pada bulan ketiga
kehamilan
• Perdarahan, kontraksi uterus, atau ruptur membran biasanya
merupakan kontraindikasi untuk pembedahan.
• Namun, beberapa wanita mungkin perlu dipasangkan
cerclage darurat pada kehamilan lanjut jika terjadi perubahan
seperti pembukaan atau pemendekan serviks.
• Jika sudah ada riwayat pemasangan cerclage darurat, pada
kehamilan selanjutnya juga wanita ini akan memerlukan
pemasangan cerclage pada serviksnya.
• Pendekatan transvaginal adalah teknik
McDonald, yang menggunakan anestesi
local atau regional untuk menempatkan
jahitan monofilament (polypropylene) atau
tape serat polyester di persimpagan
cervicovaginal.

• Pendekatan transabdominal melalui


laparotomi atau laparoskopi, jahitan
ditempatkan di wilayah cervicoisthmic
setelah pembedahan kandung kemih jauh
dari segmen bawah uterus.

• Risiko Transabdominal  perdarahan.

• Pilihan bagi pasien yang gagal bagi


penempatan transvaginal, mempunyai
penyakit bawaan dengan serviks hipoplasia,
atau memiliki jaringan parut besar dari
operasi sebelumnya atau trauma.
Komplikasi
• Pecahnya ketuban,
• Korioamnionitis,
• Perpindahan dari jahitan.
Prognosis
• Dengan penatalaksanaan yang tepat, angka keberhasilan
untuk mencapai kehamilan aterm tinggi.
Thank you
Soal
• Seorang perempuan usia 30 tahun, G3P0A2 usia
kehamilan 8 minggu. Dokter menyarankan operasi
cerclage untuk serviksnya. Diagnosis pasien ini
adalah ?
a. Abortus Imminens
b. Abortus Inkomplet
c. Abortus Habitualis
d. Inkompetensi Serviks
e. Blighted Ovum

Anda mungkin juga menyukai