Anda di halaman 1dari 12

PEMERIKSAAN GLUKOSA

URIN TEST BANEDICT


(SEMI KWANTITATIF)
Tujuan praktikum
• Mengetahui prinsip pemeriksaan glukosa pada urine dengan test
benedict.
Dasar teori
Merupakan pemeriksaan penyaring untuk mengetahui adanya gula dalam
urin dan sifatnya semi kuantiatif. Salah satu reagen yang dapat digunakan untuk
melakukan test ada tidaknya glukosa adalah dengan Benedic T yang
menggunakan sifat glukosa sebagai sifat pereduksi. Benedic T adalah reagen
yang berwarna biru jernih (karena mengandung kupri, CU++) Tetapi ketika
dicampurkan laau dipanaskan hingga mendidih dengan suatu substart yang
mengandung gukosa dirantai kimianya, ION KUPRI akan direduksi menjadi CU+
Atau KUPRO lalu dioksidasi menjadi CU2O. Hasil oksidasi ini akan menghasilkan
substrat yang berwarna orange-kecoklatan yang tidak bisa dilarutkan diair.
Ketika reagen benedic T dicampurkan dan dipanaskan dengan glukosa,
dimana glukosa memiliki elektron untuk diberikan, tembaga (salah satu
kandungan di reagen benedic T) akan menerima elektron tersebut dan
mengalami reduksi hingga terjadilah perubahan warna. Selama proses ini CU2+
tereduksi menjadi CU+. Ketika CU mengalami eduksi, glukosa memberiakan salah
satu elektronnya dan dioksidasi. Karena glukosa mampu mereduksi CU pada
benedic T, maka gula tersebut sebagai gula pereduksi.
Lanjutan...
Pemeriksaan dengan reagen benedic T paling sering untuk
mendeteksi diabetes melitus dengan melihat ada tidaknya
glukosa dalam urin pasien. Penderita diabetes mensekresikan
glukosa didalam urin karena pada diabetes glukosa tidak dapat
diabsorbsi secara maksimal kedalam sel-sel atau jaringan. jika
hasil benedict memberikan hasil positif pada seorang pasien,
alangkah baiknya dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
memastikan diagnosis. Pada keadaaan normal karbohidrat
diekskresi melalui urin dalam urin dengan jumlah kecil ( kurang
dari 50 mg/ml).
Lanjutan...
• Untuk membantu membuat diagnosa atau mengikuti perjalanan
penyakit atau metabolisme atau gangguan organ-organ atau faktur-
faktur yang berhubungan dengan metabolisme tersebut.
• Untuk mengetahui kandungan glukosa yang terdapat dalam urin baik
secara normal atau patologis.
• Glukosa dalam urin dapat diukur. Penanganan glukosa di ginjal
bergantung pada transportasi yang diperantarai oleh pembawa, karena
glukosa difiltrasi secara bebas menembus kapiler glomerolus. Pada
orang non diabetes, semua glukosa yang difiltrasi didalam urin akan
diserap secara aktif kembal oleh darah.
Glukosa urin dalam keadaan normal adalah nol. Apabila kadar gula lebih
dari 180mg per 100ml darah, seperti yang dapat terjadi pada diabetes,
maka pengangkutan pada ginjal yang membawa glukosa keluar urin
untuk masuk kembali ke dalam darah mengalami kejenuhan. Dengan
demikin pengangkutan-pengangkutan tersebut tidak dapat mengangkut
glukosa lebih banyak. Setiap glukosa yang lebih dari 180mg per 100ml
akan keluar melalui urin. (referensi, Elizabeth J Corwin : HLM, 456).
Prosedur praktikum
ALAT :
1. Tabung reaksi
2. Tabung ukur
3. Pipet ukur
4. Rak tabung reaksi
5. Penjepit tabung reaksi
6. Api bunsen
7. Korek api

BAHAN :
8. 2,5ml pereaksi benedic T kwlitatif
9. Urin normal dan patologis (masing-masing 4 tetes)
Prosedur percobaan
1. Siapkan urin yang akan diperiksa bersama semua alat dan bahan
yang diperlukan.
2. Siapkan tabung ukur lalu ukurlah pereaksi benedic T kwlitatif
sebanyak 2,5ml
3. 2,5ml pereaksi benedic T kwlitatif tersebut dimasukkan kedalam
tabung reaksi
4. Teteskan urin sebanyak 4 tetes ke dalam tabung reaksi yang telah
berisi 2,5ml pereaksi benedic T kwlitatif
5. Nyalakan api bunsen
6. Didihkan urin dan pereaksi benedic T kwlitatif yang dicampur
tersebut diaas bunsen selama 1 menit
7. Biarkan menjadi dingin perlahan-lahan
8. Lakukan penafsiran dan catat hasil percobaan
Hasil percobaan

A B C D E F G
2,5 pereaksi benedict KET KADAR GLUKOSA
A : 0% E : 2%
B : 0,4% F : 3,8%
C : 0,8% G : 4,5%
D : 1,2%
ANALISA PERCOBAAN
Biru - -
Hijau + Kurang dari 0,5%
Kuning ++ 0,5-1,0%
Jingga +++ 1,0-2,0%
Merah ++++ Lebih dari 2%
Pembahasan
• Pada prektikum ini digunakan pereaksi benedict karena reaksi
benedick sensitive terhadap larutan sakar dalam jumlah sedikit
menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit
menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sehingga
praktis lebih mudah untuk mengidentifikasi warnanya. Uji
benedict lebih peka karena, benedict dapat dipakai untuk menafsir
kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa
memberikan warna yang berlainan
• Pada praktikum ini ditambahkan glukosa dengan bermacam-macam
kadar 0% sebagai kontrol (urin normal), 0,4% , 0,8% , 1,2% , 3,8% , 4,5%
• Pada setipa kadar setelah dilakukan pemanasan 10 menit
menunjukkan warna yang berbeda-beda. Pada kadar 0% didapatkan
warna biru, pada kadar 0,4% hijau, pada kadar 0,8% hijau muda, 1,2%
hijau kekuningan, 3,8% jingga, 4,5% merah bata.
Lanjutan...
• Jika setelah penambahan urin kelarutan benedict tidak cocok maka hasil
setelah pemanasan dapat terjadi pemisahan larutan menjadi 2 fase, sehingga
tidak memberikan perubahan warna yang maksimal
• Pada penderita diabetes dengan kadar gula yang tinggi dibuang melalui air
seni, dengan demikian air seni penderita kencing manis yang mengandung
glukosa sehingga sering dilebung atau dikerebut semut, selanjutnya orang
tersebut akan kekurangan energi/tenaga, mudah lelah, lemas, mudah haus,
mudah lapar, sering kesemutan, sering buang air kecil, gatal-gatal, dan lain
sebagainya.
• Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam
urin (kurang dari 130mg/24jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin)
terjadi karna nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorsi tubulus yang
menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun glukosuria
dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan bidang gula dalam darah,
oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang
diagnosi diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urin, reagen strip
diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD), dan zat warna.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai