Anda di halaman 1dari 26

BIOAVAILABILITAS OKULAR

MATA KULIAH BIOFARMASETIKA


2021
PENDAHULUAN

 Pemberian obat mata memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi karena struktur
dan fungsi mata yang khas.
 Dalam bentuk sediaan oftalmik, bioavailabilitas yang rendah disebabkan oleh
produksi air mata, absorpsi yang rendah, waktu tinggal pendek, dan permeabilitas
epitel kornea yang rendah.
 Eliminasi prekornea ini yang menjadi masalah terbesar dalam pemberian obat mata.
FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA BIOAVAILABILITAS
FAKTOR FISIKOKIMIA FAKTOR FISIOLOGIS
Ukuran partikel Drainase larutan yang diteteskan
Berat molekul Volume tetesan
Konsentrasi Pengenceran obat oleh pergantian air mata
Kelarutan Ikatan protein
Lipofilisitas Metabolisme enzimatik
Koefisien partisi Absorpsi non produktif
Konstanta ionisasi Faktor membrane
pH Blood retinal barrier
Blood aqueous layer
Kornea
Tear film
Transport aktif ion
FAKTOR FISIKAKIMIA
UKURAN PARTIKEL
 Konsentrasi, bentuk, ukuran partikel saling berinteraksi dan menentukan
potensi iritasi partikel tersuspensi.
 Iritasi memicu efek lakrimasi dan mengedipkan mata.
 Suspensi komersial diformulasi untuk mengandung partikel dengan ukuran
mendekati sferis dengan ukuran < 10 µm.
BERAT MOLEKUL

 Senyawa dengan berat molekul > 500 Da penetrasi buruk, karena difusi
pasif tidak terjadi.
 Senyawa dengan berat molekul < 500 Da dapa berdifusi melewati
membrane.
 Senyawa hidrofobik permeabilitas transkorneal tidak terkait oleh berat
molekulnya namun kelarutan dalam lipid.
 Senyawa hidrofil permeabilitasnya terkait berat molekul.
KONSENTRASI & OSMOLARITAS
 Larutan hipertonik akan menimbulkan ketidaknyamanan dan lakrimasi
sehingga meningkatkan kecepatan hilangnya obat.
 Larutan hipotonik tidak kurang dari 100 mOsm masih bias diterima oleh
mata.
KOEFISIEN PARTISI
 Koefisien partisi menentukan efisiensi penembusan korneal.
 Senyawa hidrofil (log koefisien partisi < 0) epitel menjadi
menjadi barrier yang resisten terhadap penetrasi.
 Jika senyawa lipofilik (log koefisien partisi 1.6-2.5) stroma
menjadi barrier utama.
 Untuk senyawa dengan log koefisien partisi 0-1.6, stroma
dan endothelial memiliki resistensi terhadap penetrasi yang
sama dengan epitel.
KONSTANTA IONISASI
 Derajat ionisasi menentukan jumlah difusi menembus membrane.
 Bentuk terion memiliki kelarutan lipid yang rendah, ukuran molekularnya
besar maka akan sulit menembus kornea untuk menghasilkan efek terapi.
 Fraksi terion dan tidak terion dapat diperhitungkan menggunakan
persamaan Handerson-hasellbach.
LIPOFILISITAS & KELARUTAN
 Semakin meningkat lipofilisitas semakin mudah menembus kornea.
 Semakin meningkat kelarutan akan meningkatkan absorpsi melalui
peningkatan gradien konsentrasi antara film air mata dengan epitel
kornea.
PH

 Mata bisa mentoleransi pH 6.5 – 8.0, sehingga pH sediaan disesuaikan


dengan pH mata, untuk kenyamanan dan menghindari iritasi.
FAKTOR FISIOLOGIS
DRAINASE LARUTAN DARI MATA
 Mata mampu mengakomodasi volume 7µL dalam kondisi normal, 30 µL
jika tidak berkedip.
 Satu tetes mata 50µL, sekitar 90% akan hilang karena reflek berkedip
sehingga keluar dari mata atau drainase menuju saluran lakrimal.
 Kecepatan drainase larutan 100x lebih cepat daripada proses absorpsi
kornea.
 FAKTOR VOLUME TETESAN
 Semakin sedikit volume tetes mata semakin sedikit yang hilang.
 Meningkatkan konsentrasi obat dalam volume yang lebih sedikit.
 Multiple dosis lebih efisien.
 FAKTOR PENGENCERAN OLEH PERGANTIAN AIR MATA
 Pengenceran oleh air mata dipicu oleh karaktersitik obatnya, pH, dan
tonisitas.
 ABSORBSI NON PRODUKTIF
 Jika obat diabsorbsi melalui konjunctiva daripada kornea, hal ini sangat mungkin
karena luas permukaan absorbsi dan permeabilitas konjunctiva lebih besar dibanding
kornea.
METABOLISME ENZIMATIK
 Terjadi precorneal atau pada kornea, mengurangi bioavailabilitas obat sehingga perlu
pemberian berulang.
 IKATAN PROTEIN
 Air mata mengandung protein 0.7% yang memungkinkan timbulnya ikatan obat dengan
protein. Kadar protein meningkat oleh adanya inflamasi dan infeksi.
 TRANSPORT IONIK
 Epitel korneal memiliki ion channel yang memungkinkan lewatnya ion-ion.
 FAKTOR MEMBRAN
 Ketebalan, porositas, tortuositas dan keseimbangan hidrofiik-lipofilik
berpengaruh pada transport membrane.
PENDEKATAN UNTUK MENINGKATKAN
BIOAVAILABILITAS

 Memperpanjang waktu kontak obat dengan permukaan kornea


 Meningkatkan permeabilitas kornea
 Mengubah sementara struktur korneal
 Modifikasi struktur kimia obat
1. VISCOSITY ENHANCER
 Viskositas yang meningkat akan memperlambat eliminasi sehingga waktu
tinggal di mata meningkat yang memungkinkan meningkatnya permeasi
transkorneal. Selain itu memberikan efek pelepasan sustaine release
sehingga frekuensi pemberian bias dikurangi. Contoh: salep, gel, larutan
yang mengandung polimer.
 Polimer yang digunakan PVP, PVA, HPMC, HPC
 Kekurangannya penglihatan kabur.
2. IN SITU ACTIVATED GEL
PENETRATION ENHANCER
 Memfasilitasi penetrasi obat sehingga meningkatkan bioavailabilitas.
 Contoh : actin cytoskeleton inhibitor, surfaktan, garam empedu, kelator, ion
pairing salt, preservative
PRO DRUG
 Termetabolisme menjadi aktif akibat metabolism enzimatik.
 Contoh : epinefrin

SEDIAAN MUKOADESIF/BIOADESIF
 Berinteraksi dengan mucin atau komponen epitel sehingga tertahan lebih lama
di cul de sac sehingga meningkatkan interaksi dengan kornea untuk absorpsi.
 Mukoadesif system dapat berupa larutan polimer atau suspensi mikropartikel.

COLLAGEN SHIELDS
 Berbentuk seperti lensa kontak, dimanfaatkan untuk pengganti film air mata
dan drug delivery.
 SIKLODEKSTRIN (carrier hidrofilik
untuk membawa obat yang kurang larut
agar berada dalam bentuk larutan)
 MICRONEEDLE (menghantarkan obat
ke bagian posterior mata (non invasive)
dan anterior mata)
MIKROEMULSI
 Sistem mikroemulsi w/o memiliki daya
sebar dan wetting yang baik, serta
memiliki efek sustained release.
 Kationik surfaktan menurunkan sudut
kontak dan memfasilitasi penyebaran
yang lebih baik.
TIPE MATRIK

 HIDROFILIK SOFT LENSA KONTAK


 Membentuk hydrogel dengan menyerap air
 Menghantarkan obat pada bagian depan mata
 SOLUBLE OCULAR INSERT
 Melarut setelah menyerap air mata (30-90 menit)
 Mengontrol pelepasan, meningkatkan penyerapan dan bioavailabilitas.
 INTRAVITREAL INJEKSI & IMPLAN
 NANOPARTIKEL
 Mengontrol pelepasan
 Meningkatkan waktu tinggal menggunakan polimer mukoadesif/bermuatan
 Meningkatkan pereabilitas dan bioavailabilitas
 LIPOSOM
 Biokompatibel, biodegradable, non toksik
 Dapat mengakomodasi obat hidrofilik maupun lipofilik
 Permeabilitas baik
IONTOFORESIS

 Menghantarkan molekul obat bermuatan menggunakan arus listrik lemah.


 Rute yang digunakan: transkorneal, trans scleral, corneoscleral.
 Aplikable untuk kisaran molekul obat yang lebih luas termasuk gen.
 Digunakan untuk menghantarkan obat di bagian anterior dan posterior
 Perlu pengulangan pemberian yang mengakibatkan kepatuhan pasien kurang
 Kadang menimbulkan sakit ringan, namun tidak ada resiko infeksi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai