Metode
Tujuan
bertuju dinilai
an mengg
untuk
unakan
mengiv
dipstik
estigasi
protein
dan
uria diukur
yang dengan
terjadi dengan
selama urine
penyaki protein
t :
dengue creatini
pada n ratio
anak (UPCR)
dan
pada
menilai
sampel
jika
penguk dari
uran pasien
pada rawat
parame inap
ter ini dengan
dapat infeksi
memba dengu
ntu e
petugas terkonf
dalam irmasi
manaje
dan
men
pada
klinis
pada kontrol
pasien. sehat.
Abstrak
Hasil
●
Hasil positif dengan disptik terdapat pada 42,9% pasien di rumah sakit dengan dengue dan 20,0% pada kontrol
sehat. UPCR meningkat selama fase kritis penyakit; memuncak satu minggu setelah onset demam dan menurun
ketika pasien sembuh. Pasien dengan tanda bahaya atau dengue yang parah lebih mungkin terjadi proteinuria
dideteksi dengan UPCR pada saat penerimaan di rumah sakit dibandingkan dengan pasien tanpa tanda bahaya.
Namun, sensitivitas marker ini terbatas hanya 16,1% pasien dengan tanda bahaya memiliki proteinuria.
Abstrak
Kesimpulan
• Manifestasi penyakit parah terjadi selama fase kritis dimulai sekitar hari ke 4
-7 setelah onset demam dan biasanya berakhir 48-72 jam.
• Manajemen klinis yang cepat berdasarkan terapi penggantian cairan
mengurangi morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan dengue
parah
Latar Belakang
Menginvestigasi adanya proteinuria selama penyakit dengue pada anak dengan strip urinalisis sederhana dan dengan protein : creatinin ratio dan menilai jika parameter ini dapat membantu
petugas untuk meningkatkan manajemen klinis pada kasus dengue
Tujuan
Metode
●
Proyek DENFREE telah disetujui oleh Canadian National Ethic Committee for
Health Research (otorisasi no. 063NECHR). Perwakilan anak resmi
menandatangani persetujuan tertulis sebelum pendaftaran pasien.
Metode
Adanya protein pada urin dikumpulkan pada saat pasien diterima di rumah sakit diperiksa menggunakan semi-quantitave mission urine dipstick . Hasil penilaian: tidak ada protein; 150 mg/L; 300 mg/L; 1000
mg/L; 3000 mg/L; dan 20.000 mg/L. UPCRs diukur dalam sampel yang dikumpulkan selama rawat inap menggunakan Cobas integra 400 plus analyzer. Proteinuria didefinisikan UPCR ≥ 45 mg/mmol.
Analisis Urin
Metode
Analisis Statistik
Uji statistik menggunakan STATA versi 11.0 (StataCorp, USA).
Perbedaan statistik antara kelompok kategori dideteksi menggunakan Fisher’s exact
test.
Kruskal-Wallis test dan Mann Whitney U Test digunakan untuk variabel independent
Wilcoxon Test digunakan untuk varibel dependen.
Korelasi diantara dua variabel dinilai dengan Spearman’s rank correlation test.
Generalized Additive Mixed Model (GAMM) digunakan untuk mengevaluasi faktor i
ndependent terkait dengan nilai UPCR dan dengan kejadian proteinuria.
Signifikansi ditetapkan pada p<0,050.
Hasil
Hasil
Deteksi protein dengan dipstik dalam spesimen urin yang terkumpul saat pendaftaran
Hasil
Proteinuria ditentukan oleh UPCR selama rawat inap
Hasil
Proteinuria ditentukan oleh UPCR selama rawat inap
Hasil
Faktor pemodelan terkait secara independen dengan nilai UPCR pada demam
dengue
Hasil
Hubungan antara serum protein
total dan UPCR
Tingkat serum protein
total dan UPCR dinilai
secara paralel pada 51 Pasien dengan
pasien dengue. konsentrasi Pasien
UPCR cenderung lebih t serum protein hipoproteinemia
normal
inggi pada pasien dengan
hipoproteinemia tetapi
perbedaannya tidak
signifikan (P = 0,096).
Hasil
• Peningkatan ekskresi protein urin pada pasien yang terinfeksi oleh DENV dianggap
sebagai tanda defek pada sel endotel vaskular dan kebocoran plasma terkait
dengan bentuk kompleks dengue dan dianggap sebagai penanda prognostik.
• Pada tingkat ginjal, perubahan lapisan glikokaliks yang melapisi glomerulus sel
endotel memungkinkan lewatnya makromolekul di dalam urin primer.
• Dalam kondisi normal, bagian ini dibatasi untuk menjaga konsentrasi albumin
intravaskular. Sebagai makromolekul tidak dapat diserap kembali oleh tubulus,
glomerulus proteinuria, terutama ditandai dengan kehadiran albumin dalam urin ter
akhir.
Diskusi
• Peneliti mengamati bahwa dipstick urin digunakan pada sampel yang dikumpulkan
pada saat konsultasi medis awal sebelum masuk ke rumah sakit bukanlah alat yang
dapat diandalkan untuk triase pasien dengue.
Diskusi
• Proporsi tes positif menggunakan dipstik pada kontrol (20%) dan pada dengue
WS- (38,1%) dan WS+ (32%) secara statistik tidak berbeda.
• Vasanwala et al. dan Lumpaopong et al. juga menilai nilai prognostik dipstick urin
dan menunjukkan bahwa tes cepat ini tidak dapat membedakan antara demam d
engue (DF) dan DHF.
• Dalam penelitian ini, perbandingan hasil dipstick dengan hasil UPCR m
enunjukkan bahwa hanya 43,5% dari pasien yang dites positif proteinuria de
ngan dipstick memiliki proteinuria yang signifikan dengan yang didefinisikan oleh
UPCR ≥ 45 mg / mmol .
Diskusi
• Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan WS+ dan dengue parah lebih m
ungkin untuk mengalami peningkatan UPCR pada saat masuk di rumah sakit diba
ndingkan dengan pasien WS-.
• Namun, sensitivitas dari penanda ini terbatas karena hanya 16,1% dari pasien WS
+ memiliki proteinuria yang signifikan.
Diskusi
• Puncak UPCR terjadi pada akhir fase kritis penyakit dan penurunan rasio tampaknya
sesuai dengan awal fase pemulihan.
Diskusi
• Proteinuria yang signifikan lebih sering terjadi pada pasien dengan hipoproteinemia
tetapi UPCR ≥ 45 mg /mmol yang diamati hanya pada 38,1% pasien dengan h
ipoproteinemia
Pola yang kompatibel dengan proteinuria tubular, proteinuria glomerulus selektif dan proteinuria
glomerulus non-selektif, diamati pada 51,9%, 22,2% dan 14,8% dari sampel yang diuji oleh UPEP.
Diskusi
• Tiga kategori utama proteinuria dapat dibedakan dengan UPEP: proteinuria yang m
eluap (overflow proteinuria), proteinuria tubular dan proteinuria glomerular
• Proteinuria tubular = 51,9%
• Proteinuria glomerulus selektif (albumin) = 22,2%
• Proteinuria glomerulus non-selektif ( serum-like) = 14,8%
Diskusi
Keterbatasan Penelitian
• Jumlah pasien sedikit tanpa tanda-tanda peringatan karena spesimen klinis hanya
dikumpulkan dari anak-anak yang dirawat di rumah sakit dan bukan dari kasus rawat
jalan sehingga kurang terwakilinya bentuk penyakit dengue dan hal ini menjelaskan a
lasan peneliti tidak mengamati perbedaan dalam proteinuria antara pasien dengan at
au tanpa tanda-tanda peringatan.
• Tidak adanya pengukuran UPCR harian untuk setiap pasien
• Peneliti tidak dapat mengeksplorasi potensi faktor perancu seperti jumlah etiologi
proteinuria lainnya, termasuk infeksi virus primer
• Proteinuria diukur secara retrospektif dan fungsi ginjal tidak dinilai oleh dokter
Diskusi
Kesimpulan