Anda di halaman 1dari 36

MANAJEMEN BUDIDAYA AIR

TAWAR
Aquaculture di perairan waduk /
danau

Luas perairan waduk dan danau di


Indonesia 2,1 juta Ha

Jika 1% digunakan untuk budidaya maka


akan menghasilkan 800 ton / hari.
PERMASALAHAN TEHNOLOGI KJA

a) Pakan yang mahal


b) Kekurangan benih ikan
c) Pemasaran hasil Produk
d) Tata ruang atau tata letak KJA
e) Penurunan kualitas perairan
Pengelolaan Lingkungan Aquaculture di
Waduk / Danau
1. Tata Ruang Perairan
Lokasi memenuhi kriteria lingkungan untuk
budidaya karena akan menentukan
keberhasilan. Kualitas air pembatas.
Penentuan luas areal budidaya dan jumlah KJA
berdasarkan pada perhitungan ambang batas
yang aman bagi penyuburan yang disebabkan
oleh fosfor dari bahan yang terbuang dan
limbah kotoran ikan.
2. Daya Dukung Perairan
Daya Dukung Perairan :
Tingkat produksi ikan maximum yang dapat
dihasilkan dari perairan tersebut secara
berkelanjutan.
Tingkat produksi budidaya ikan dalam KJA
berbanding terbalik dengan tingkat
kesuburan perairan.
Budidaya intensif dalam KJA
menyebabkan limbah / kotoran ikan sisa
pakan yang terbuang merangsang
produktifitas perairan mempengaruhi
KARAKTERISTIK BIOTIK dan ABIOTIK PERAIRAN
Pada kondisi yang tidak berlebihan unsur hara
(P dan H) merangsang pertumbuhan
phytoplankton (algae) menyebabkan
produktifitas perairan.
Pada keadaan yang berlebihan akan
menurunkan kualitas perairan dan dalam
keadaan ekstrim kematian ikan dalam
budidaya serta memicu timbulnya penyakit.
Dalam perhitungan daya dukung digunakan beberapa uraian :

• Luas waduk adalah luas efektif (luas minimum)


pada waktu permukaan air mencapai titik
terendah.
• Ekosistem waduk dapat mentolelir 0,367 kg
P2O5 (Fosfot) per Ha per hari tanpa
menambah trofek levelnya.
• Ikan diberi makan pakan buatan 3% dari berat
biomas per hari.
Budidaya Karamba Jaring Apung ( KJA ) di
Waduk / Danau

Budidaya KJA biasanya dilakukan dalam waduk


dengan kedalaman lebih dari 40 m.
Pada Kondisi ini terjadi :

1. Suhu Air dipermukaan lebih panas dari pada


air di dasar.
2. Sisa pakan dan kotoran ikan menumpuk di
dasar / dibawah lokasi keramba.
3. Sisa pakan dan kotoran ikan menumpuk di
dasar diuraikan oleh bakteri tetapi terisolasi
di dasar.
4. Pada saat musim hujan, suku permukaan
waduk turun drastis. Air dengan suhu rendah
ini akan tenggelamke dasar waduk dan air
dasar yang lebih panas ke permukaan. UP
WELLING.
5. Pada saat up welling, air dasar yang
mengandung kotoran ikan meracuni ikan
dalam keramba secara mendadak.
6. Peristiwa ini disebut KERACUNAN atau
INTOKSIKASI dan kebanyakan ikan mati lemas
dalam jumlah banyak.
7. Penanggulangan keracunan atau intoksikasi
sulit dicegah.

Budidaya KJA usaha pembesaran ikan pada


keramba yang terbatas dan efektif namun
mengambil (keuntungan maupun kerugian)
dari luas total alami waduk atau danau.
Keuntungan budidaya ikan dalam sistim KJA

1. Persediaan O2 hampir tidak terbatas untuk


mendukung kehidupan ikan
2. Budidaya bisa dilakukan sangat intensif dalam
luasan terbatas.
3. Pemberian pakan lebih efisien (ikan berada
dalam kelompok besar).
4. Bisa memanfaatkan bahan alami waduk
5. Mudah mengamati jika terjadi penyakit atau
kematian.
6. Mudah mengamati pertumbuhan dan
estimasi produksi.
7. Persiapan bahan relatif lebih mudah dan
sederhana.
8. Panen ikan lebih efisien dan efektif.
Kerugian budidaya ikan sistem KJA
1. Jika lingkungan waduk mengalami perubahan
yang merugikan ikan.
2. Kesulitan transportasi ke tengah waduk.
3. Lahan budidaya milik umum / pemeritah.
4. Sisa pakan dan kotoran tidak bisa
dibersihkan.
PERBEDAAN WADUK DAN DANAU
WADUK :
1. Mempunyai gas keliling yang panjang
banyaknya lekukan.
2. Kedalaman relatif sedang 20 – 100 m.
3. Tebing landai dan curam.
4. Pengeluaran air lewat bawah.
5. Fluktuasi naik turunnya permukaan air
tahunan (DERODON) tinggi (10 – 15m).
DANAU :

1. Terjadi secara alami


2. Perairan relatif tenang
3. Kedalaman rata – rata lebih dari 100 m
4. Tebing curam dan gas keliling lebih sempit
jika dibanding dengan waduk.
6. Permukaan air lewat permukaan unsur hara
dapat dimanfaatkan oleh organisme.
7. Fluktuasi air (DERODON) kecil 1- 2 m.
8. Perairan jernih dan tenang cahaya matahari
dapat menembus lebih dalam fotosintesis
dapat maksimal.
BERDASARKAN MORFOLOGI – berdasarkan luas
permukaan air

1. Waduk sangat luas bila luas genangan >


100.000 Ha.
2. Waduk luas, luas genangan antara 1.000-
<100.000 Ha.
3. Waduk sedang, luas genangan 1.000-
<10.000Ha.
4. Waduk kecil, luas genangan antara 100-
<1.000Ha.
5. Waduk sangat kecil, luas genangan 1-<100Ha.
BERDASAR KEDALAMAN :

• Waduk dangkal bila rataan kedalaman < 15 M


• Waduk dalam, rataan kedalaman > 15 m
BERDASARKAN FUNGSI DAN MORFOLOGI
(LUAS DAN KEDALAMAN)

• Waduk lapangan luas < 20 Ha, kedalaman


minimal 5 m, fungsi penampungan air.
• Waduk irigasi, luas 20 – 500 Ha, kedalaman 5-
30 m, fungsi mengairi sawah.
• Waduk serbaguna, luas 7.500 Ha, kedalaman
30 – 100 m, fungsi bermacam – macam
kepentingan.
BERDASARKAN TINGKAT KEPENTINGAN
WADUK
• Perairan kurang subur (OLIGOTROPIK),
umumnya perairan sangat dalam produktivitas
primer 0 – 200 mg C/m3/hari dan jumlah
phytoplankton < 2.000 individu/liter.
• Perairan agak subur (MESOTROPIK) umumnya
dangkal, produktivitas primer 200 – 750 mg
C/m3/hari. Jumlah phytoplankton 2.000 –
15.000 individu / Liter.
• Perairan Subur (EUTROPIK) umumnya relatif
dangkal, produktivitas primer > 750 mg
C/m3 /hari. Jumlah phytoplankton > 15.000
individu/Liter.
OPTIMALISASI BUDIDAYA IKAN DALAM KJA DI
WADUK DAN DANAU
Tehnologi budidaya dalam KJA telah meningkatkan
produksi ikan.
Tujuan utama dari pengelolahan perikanan dari
suatu perairan adalah meningkatkan produksi
ikan dan memelihara produksi serta mengelola
sumber daya perairan tersebut.
Dengan kata lain :
Pengelolaan budidaya KJA adalah suatu aspek
pengelolaan terpadu satu ekosistem.
OPTIMALISASI BUDIDAYA IKAN DALAM KJA

Kegunaan optimalisasi adalah untuk


mengoptimalakan pemanfaatan waduk dan
danau yang digunakan untuk budidaya ikan
dalam KJA sesuai dengan daya dukung.
Cara Optimalisasi – Monitoring Kualitas Air
untuk Aktifitas Budidaya Ikan dalam KJA

1. DO meter 6. Water Sample


2. PH meter 7. Spectrofotometer,
3. Sechi disk digunakan untuk
4. Termometer mengukur fosfat,
amonium, nitrar dan
5. Net Plankton
sulfat
METODE MONITORING
1. Survai dengan straktifikasi contoh
pengambilan air dengan kedalaman 0m, 2m,
4m, 8m dan dasar perairan.
2. Keragaan KJA
3. Kualitas air secara fisik, kimia dan biologis,
pada musim kemarau, hujan dan peralihan
serta aspek – aspek pendukung budidaya ikan
di perairan waduk.
KERAGAMAN KJA
Tehnologi KJA telah berkembang di perairan
waduk dan danau dengan ukuran KJA 7x7x3 M3.
Pada ukuran tersebut ikan – ikan mempunyai
kebiasaan mengelompok pada salah satu sisi KJA
produksinya hanya 20 – 40 m3 dengan
menambah padat penebaran ( STD ).
Pakan yang terbuan mengakibatkan dampak
negatif yaitu kualitas air menjadi jelek dan
menyebabkan kematian ikan.
MASALAH LINGKUNGAN
Nutrien C, N dan P sebagai penyebab terjadinya
eutropikasi namun kecepatan proses
eutropikasi sangat di dukung oleh faktor
lingkungan yang lain seperti cahaya, suhu dah pH.
Air sebagai pelarut yang baik perairan mudah
sekali mengalami perubahan kualitasnya akibat
masuknya bahan – bahan pencemar seperti
limbah rumah tangga, industri, sisa pupuk,
sintetis dan pestisida.
TANDA – TANDA PERAIRAN YANG
MENGALAMI EUTRIFIKASI
• Blooming Phytoplankton dan tanaman air
Tumbuhan bisa tumbuh dengan cepat karena
adanya unsur hara makro dan mikro, suhu dan
cahaya serta pH yang mendukung.
Unsur makro misalanya C, H, O, N, S, P, K, Ca
dan Mg.
Unsur Mikro Mn, Cu, Bo, Zn dan Fe.
• Unsur – unsur yang tidak mutlak diperlukan
untuk pertumbuhan tanaman ( Algae ) yaitu K,
Na, Cl dan Si.
• Dari Unsur C, N dan P sebagai kunci eutrofikasi
terutama P keberadaannya dalam air sangat
sedikit unsur pembatas.
DEFINISI EUTROFIKASI
1. Eutrofikasi proses pengkayaan nutrien dari
permukaan perairan karena meningkatnya
kandungan Phospor dan Nitrogen. (Kouwe,
1979) menghasilkan pertumbuhan
makrophyta dan algae.
2. Penyuburan perairan (eutrofikasi) diakibatkan
limbah rumah tangga atau dometik maupun
oleh pupuk sintetis yang masuk ke perairan
menimbulkan terjadinya algae blooming
maupun makro hidrophyta ( gulma air ).
3. Eutrofikasi dapat diartikan suatu proses yang
berlebihan di suatu perairan dari permukaan
sampai lapisan bawah atau suatu perairan
yang kaya koleh nutrien karen aktifitas
manusia ( Fogg et all, 1973).
BEBERAPA PROBLEM ATAU MASALAH YANG
TERJADI KARENA EUTROFIKASI
1. Turbiditas atau kekeruhan perairan sangat
tinggi.
2. Menurunnya intensitas cahaya dalam air
3. Meningkatnya kandungan bahan organik dalam
air
4. Menurunnya kandungan O2 pada malam hari
5. Tidak stabilnya pH perairan
6. Adanya gas – gas beracun seperti H2S dan NH3
Menyebabkan kematian biota – biota
hewani seperti Zooplankton, Bentos
maupun ikan yang hidup di perairan
AKIBAT EUTROFIKASI TERHADAP IKAN

• Mempengaruhi pertumbuhan ikan


• Mempengaruhi ruang gerak ikan

Untuk mengatasi hal tersebut :


SULIT DILAKUKAN

Anda mungkin juga menyukai