Ahmad Izzuddin, M.Pd.I Yang Membuat Kita Kembali Adalah Kenangan, Yang Membuat Kita Maju Adalah Impian
1. Peradaban di Era Digital
2. Menakar cinta kita kepada IPNU-IPPNU 3. Peran Pelajar Terhadap Masyarakat Peradaban di Era Digital Semua orang punya musuh, lalu berada dimana musuh kita? Berada dalam diri kita sendiri, bukan diluar diri kita Siapa musuh kita? Kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan Bagaimana cara IPNU-IPPNU memerangi musuh & menciptakan peradaban yang unggul? Belajar pada strategi kerajaan Turki Utsmani saat dipimpin oleh Khalifah Muhammad I pada tahun 1404 M mengirim wali songo 1. Kerajaan turki utsmani menyiapkan kader-kader terbaik (sebagaimana ungkapan Bung Karno datangkan 1000 orang tua dan datangkan 10 pemuda) 2. Memilih jalur pantura sebagai tempat singgah para wali 3. Menempatkan wali di jawa timur 5, jawa tengah 3, jabar 1 Karenanya siapapun yang berkualitas akan menjadi pemenang dan mengambil peran kesejarahan/peradaban. Sebaliknya yang tidak Menakar Cinta Kita Kepada IPNU-IPPNU Dunia seisinya dari tidak ada menjadi “diadakan” oleh Allah karena cinta IPNU-IPPNU didirikan juga karena cintanya KH. Moh. Tholhah Mansoer da Ibu Hj. Umroh Machfudzoh terhadap para pelajar NU, sebagai wadah untuk belajar, berjuang dan bertaqwa. Cinta yang tulus dari para pendiri tidak diragukan lagi, namun apakah kita juga sudah mencintai IPNU-IPPNU? Menurut Erich Fromm dalam buku “The Art Of Loving” / Seni Mencintai, ciri-ciri orang yang mencintai (IPNU-IPPNU) adalah : Selalu ingat, orang yang mencintai pasti selalu mengingat yang dicintai, dimanapun dia berada dan apapun yang dilakukan senantiasa teringat yang dicintai. Begitu pula jika kita bersaksi mencintai IPNU-IPPNU. (seperti Qois yang tidak mau diajak membicarakan sesuatu selain membicarakan Laila, begitu juga ketika Qais sakit dan akan dilakukan pembedahan Qais hawatir Laila akan terluka); Ingin selalu bersama, jika kita mencintai IPNU-IPPNU kita pasti ingin bersama dan berlama-lama di organisasi ini; Berfikir memberi tidak berfikir meminta, orang yang mencintai IPNU-IPPNU tidak pernah ngitung balasannya apa, tidak pernah bertanya apa yang bisa diberikan IPNU- IPPNU kepada kita, tetapi kita bertanya apa yang bisa kita berikan kepada IPNU-IPPNU. Adapun beberapa unsur dasar cinta IPNU-IPPNU adalah : Care (Perhatian), yaitu menaruh perhatian yang serius terhadap perkembangan, maju dan mundurnya, baik dan buruknya obyek yang kita cintai. Responsibility (Tanggung-jawab), bertanggung-jawab atas kesejahteraan obyek yang dicintai. Respect (hormat), menghargai dan menjaga nama baik obyek yang dicintai. Knowledge (Pengetahuan), memahami seluk beluk obyek yang dicintai Peran Pelajar Terhadap Masyarakat (Khairunnas ‘anfa’uhum linnas) Selain harus shaleh pribadi, kita dituntut untuk shaleh sosial (Masyarakat) Hasil penelitian KH. Jalaludin Rahmat yang tercantum dalam bukunya Prof Abuddin Nata 1. Dalam Al-Quran dan Hadits proporsi terbesar urusan sosial 2. Bila Urusan ibadah waktunya bersamaan dengan urusan muamalah, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tentu bukan ditinggalkan). 3. Ibadah yang mengandung segi sosial pahalanya lebih besar daripada ibadah perseorangan 4. Bila ibadah tidak sempurna/batal maka kafaratnya (tebusannya) yang berhubungan ibadah sosial. Namun mayoritas manusia mementingkan diri sendiri (Contoh : orang berkopyah jarang masuk masjid, saat Kyai dan sopir Bus antri masuk surga) Contoh orang yang soleh sosial sehingga diabadikan Allah dalam surat Al-Hasur :9 Contoh Semut dan Nabi Sulaiman Ber IPNU-IPPNU adalah bagian mengasah jiwa sosial (bermasyarakat) Lalu apa peran yang seyogyanya dilakukan pelajar untuk masyarakat? Jawaban sederhananya adalah “lakukan apapun yang bisa kamu lakukan asalkan membawa manfaat dan kebaikan bagi orang tua, saudara dan masyarakat. Jika belum bisa melakukan apa- apa untuk membahagiakan orang tua, keluarga dan masyarakat – minimal jangan sampai kita menyakiti mereka”