Anda di halaman 1dari 33

PAPER

Pelvic Inflammatory Disease (PID)


Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)
Ilmu Kedokteran Kebidanan dan Kandungan
Rumah Sakit Haji Medan Sumatera Utara

Pembimbing
dr. Ahmad Khuwailit, Sp.OG
Disusun Oleh
Suci Ramadhani Dahlan (102118042)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT


KANDUNGAN RSU HAJI MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BATAM
2018
DEFINISI

 Pelvic Inflammatory Disease (Salpingitis, PID, Penyakit


Radang Panggul) adalah suatu proses peradangan
infeksius organ kelamin wanita yang terdapat di rongga
panggul termasuk tuba fallopii (salpingitis), atau ovarium
(ooforitis) maupun sekitarnya termasuk peritonium.
EPIDEMIOLOGI

 PID menyerang lebih dari 1 juta wanita di Amerika


dalam satu tahun
 Per tahunnya hampir 250.000 wanita masuk rumah
sakit akibat PID
 Penyakit ini merupakan penyebab ginekologis tersering
bagi pasien untuk masuk departemen emergensi
(350.000/tahun)
 wanita dewasa yang aktif secara seksual dan wanita
kurang dari 25 tahun mempunyai resiko lebih besar
ETIOLOGI
 Penyebab paling sering dari
penyakit ini adalah infeksi
chlamydia trachomatis (60%) atau
Neisseria gonorrhoeae (30-80%)
 Infeksi Gardnerella vaginalis
 Infeksi Bacteroides : •Golongan virus seperti:
 Bacterial vaginosis Coxsackie B5
 Stretococcus Group B Echo 6
 Escherichia coli Herpes type 2
Haemophilus influenzae
 Actinomycosis
 Enterococcus
FAKTOR RESIKO
 Wanita kurang dari 25 tahun yang aktif secara seksual
 Adanya riwayat chlamydia atau penyakit menular
seksual lain
 Episode pelvic inflammatory disease sebelumnya
 Banyaknya jumlah seksual partner
 Pemakaian kondom yang tidak teratur
 Hubungan seksual pada usia yang sangat muda
 Wanita pekerja seks
 Pemakaian IUD
PATOFISIOLOGI

 
 Terjadinya radang panggul dipengaruhi beberapa faktor
yang memegang peranan, yaitu :
A. Terganggunya barier fisiologik
B. Adanya organisme yang berperan sebagai vektor
C. Aktivitas seksual
D. Peristiwa haid
MANIFESTASI KLINIS

 Nyeri perut bawah, demam lebih dari 380 C, perdarahan


bercak (spotting) diantara siklus haid atau siklus yang
tidak teratur, nyeri berkemih, dispareni, mual dan muntah
terutama pada kasus yang berat
 Mendapatkan keluhan terbanyak adalah fluor albus
(68%), nyeri perut bawah (65%), dispareni (57%)
 Sedangkan temuan klinis yang paling sering adalah nyeri
adneksa (83%), nyeri goyang serviks (75%) dan servisitis
(56%)
DIAGNOSIS
 Diagnosis radang panggul berdasarkan kriteria dari “Infectious
Disease Society for Obstetrics & Gynecology”, USA. ialah :
 Ketiga gejala klinik dibawah ini harus ada :
 Nyeri tekan pada abdomen, dengan atau tanpa rebound.
 Nyeri bila servik uteri digerakkan.
 Nyeri pada adneksa.
 Bersamaan dengan satu atau lebih tanda-tanda dibawah ini :
 Negatif gram diplokok pada secret endoserviks.
 Suhu diatas 38º C.
 Lekositosis lebih dari 10.000 per mm³.
 Adanya pus dalam kavum peritonei yang didapat dengan
kuldosentesis maupun laparaskopi.
 Adanya abses pelvic dengan pemeriksaan bimanual maupun USG
 Berdasarkan rekomendasi “infectious disease society for
obstetrics & gynecology”, USA, hager membagi derajat
radang panggul menjadi :
 Derajat I : radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada
tuba dan ovarium), dengan atau tanpa pelvio – peritonitis.
 Derajat ii : radang panggul dengan penyulit (didapatkan
masa radang, atau abses pada kedua tuba ovarium) dengan
atau tanpa pelvio – peritonitis.
 Derajat iii : radang panggul dengan penyebaran diluar
organ-organ pelvik, misal adanya abses tubo ovarial.
DIAGNOSIS BANDING
 Tumor adnexa
 Appendicitis
 Servisitis
 Kista ovarium
 Torsio ovarium
 Aborsi spontan
 Infeksi saluran kemih
 Kehamilan ektopik
 Endometriosis
PENATALAKSANAAN
 Indikasi untuk dilakukan rawat inap yaitu :
 Diagnosis yang tidak jelas
 Abses pelvis pada ultrasonografi
 Kehamilan
 Gagal merespon dengan perawatan jalan
 Ketidakmampuan untuk bertoleransi denganregimen oral
 Sakit berat atau mual muntah
 Imunodefisiensi
 Gagal untuk membaik secara klinis setelah 72 jam terapi rawat
jalan terapi dimulai dengan antibiotik empiric berspectrum luas
Pengobatan rawat jalan
 Pengobatan rawat jalan dilakukan kepada penderita radang
panggul derajat I. Obat yang diberikan ialah :
 Regimen A : berikan ceftriaxone 250 mg im dosis tunggal tambah
doxisiklin 100 mg per oral 2 kali sehari selama 14 hari , dengan
atau tanpa metronidazole 500 mg per oral 2 kali sehari selama 14
hari.
 Regimen B : berikan cefoxitin 2 gr im dosis tunggal dan
proibenecid 1 gr per oral dosis tunggal atau dosis tunggal
chepalosphoringenerasi ketiga ditambah dozisiklin 100 mg per oral
2 kali sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500
mg per oral 2 kali sehari selama 4 hari.
 Pengobatan rawat inap
 Dilakukan kepada penderita radang panggul derajat II dan III.
Obat yang diberikan ialah :
 Regimen A : berikan cefoxitin 2 gr iv atau cefotetan 2 gr iv per 12
jam ditambah doxisiklin 100 mg per oral atau iv per 12 jam.
Lanjutkan regimen ini selama 24 jam setelah pasien membaik
secara klinis, lalu mulai doxisiklin 100 mg per oral 2 kali sehari
selama 14 hari. Jika terdapat abses tubaovarian, gunakan
metronidazole atau klindamisin untuk menutupi bakteri anaerob.
 Regimen B : berikan clindamisin 900 mg iv per 8 jam tambah
gentamisin 2 mg/kgBB dosis awal iv dengan dosis lanjutan 1,5
mg/kgBB per 8 jam. Terapi iv dihentikan 24 jam setelah pasien
membaik secara klinis, dan terapi per oral 100 mg doxisiklin 2
kali sehari selama 14 hari.
 Pembedahan
 Pasien yang tidak mengalami perbaikan setelah 72
jam terapi harus dievaluasi ulang bila mungkin
laparoskopi dan intervensi pembedahan.
KOMPLIKASI
 Infertilitas
 Ektopik pregnancy
 Nyeri pelvis kronis
 PID berulang
 Abses
PROGNOSIS
 Prognosis pada umumnya baik jika didiagnosis dan
diterapi segera. Terapi dengan antibiotik memiliki
anggka keberhasilan sebesar 33-75 %. Terapi
pembedahan lebih lanjut dibutuhkan pada 15-20 %
kasus.
PENCEGAHAN

 Peningkatan edukasi masyarakat, penapisan rutin, diagnosis dini,


serta penanganan yang tepat terhadap infeksi Chlamydia
 Adanya program penapisan penyakit seksual dapat mencegah
terjadinya PID pada wanita. Adanya program penapisan pada pria
untuk mencegah penularan kepada wanita.
 Pasien yang telah didiagnosis dengan PID dan penyakit menular
seksual harus diterapi dengan tuntas, dan terapi juga dilakukan
pada pasangannya untuk mencegah penularan kembali.
 Wanita usia remaja harus menghindari aktivitas seksual hingga usia
16 tahun atau lebih.
 Kontrasepsi oral dikatakan dapat mengurangi resiko PID.
 Wanita berusia 25 tahun keatas harus dilakukan penapisan
chlamydia tanpa memandang faktor resiko.
LAPORAN KASUS GINEKOLOGI
 
I. IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. EW
 Umur : 43 Tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : IRT
 Pendidikan : SMA
 Alamat : Dusun 1 Kamboja, Desa Laut Dendang
 Tanggal Masuk : 01- November-2018
 Pukul : 12.30 WIB
  
 Nama : Tn. BS
 Umur : 45 Tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Pendidikan : SMA
 Alamat : Dusun 1 Kamboja, Desa Laut Dendang
II. ANAMNESA
 Ny. EW, 43 th, P3A0, Islam, IRT, SMA. I/d suami Tn. BS, 45 th, Islam, Wiraswasta, SMA, datang ke
RS Haji Medan pada tanggal 01-November- 2018 pada pukul 12.30 WIB dengan :
 Keluhan Utama : Keluar darah dari kemaluan.
 Telaah : Pasien datang ke RS Haji Medan dengan keluhan keluar darah dari kemaluan secara
terus menerus ± 11 hari ini, pasien mengatakan bahwa ia dapat mengganti duk ± 4x ganti per hari,
terdapat bekuan darah, dan dalam 1 bulan pasien 2x haid ± sudah 5 bulan ini, pasien mengeluhkan
terdapat nyeri perut, BAB (N) BAK (N), lemas dan ada penurunan nafsu makan.
 RPT : -
 RPO : Os lupa nama obat.
 RPK : -
 R. Alergi : obat (-), makanan (-)
 Riwayat Haid:
 Menarche : Umur 12 tahun
 Siklus : Tidak teratur
 Lama : ± 7 hari.
 Banyak darah : 2-3 kali ganti duk/ hari
 Dysmenorrhoea : (+)
 Darah beku : (+)
 Metrorrhagia :- Contact bleeding :-
 Menorrhagia :- Climacterium :-
 Spotting :- Menopause :-
 Riwayat Keputihan :
 Jumlah :-
 Warna :-
 Bau :-
 Konsistensi :-
 Gatal (pruritus vulvae) :-

 Riwayat Pernikahan dan seksual :


 Umur Kawin : 25 tahun
 Lama Kawin : 18 tahun
 Kemandulan :-
 Frigiditas / Vaginismus :-
 Libido : kurang / sedang / kuat / hiperseksual.
 Frekuensi koitus : 2-3 kali/minggu
 Orgasmus : Tidak di tanya
 Dispareuni :-

 Riwayat Kehamilan dan persalinan yang lalu: P3A0


 1. Laki-laki, 2800 gr, aterm, PSP, Bidan, sehat, 17 tahun
 2. Perempuan, BBL 3200 gr, aterm, PSP, Bidan, sehat, 15 tahun
 3. Perempuan, BBL 3400 gr, aterm, PSP, Bidan, sehat, 12 tahun
 Gizi dan Kebiasaan :
 Nafsu makan : Menurun
 Perubahan berat badan :-
 Merokok :-
 Alkohol :-
 Kebiasaan makan obat :-
 Obat yang dimasukkan ke dalam vagina : -
  
 Riwayat Penyakit yang Pernah diderita :
 Anemia : (-) Tuberculosis : (-)
 Hipertensi : (-) Penyakit jantung : (-)
 Penyakit Ginjal : (-) Penyakit lain : (-)
 Reumatik : (-) Veneral diseases : (-)
 Diabetes : (-) Operasi : (-)
 
III. PEMERIKSAAN FISIK:
A. Status Present :
 Sensorium : Compos Mentis
 Tekanan darah: 100/70mmHg
 Heart rate : 80 x/i
 Respirasi Rate : 20 x/i
 Temperatur : 36 C
 Tinggi Badan : 168 cm
 Berat Badan : 63 kg

B. Status lokalisata
 Abdomen
 Inspeksi : Tidak ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-)
 Palpasi : Teraba massa padat dengan pole atas 2 jari di bawah pusat dan
pole bawah 1 jari diatas simfisis pubis, konsistensi kenyal, mobile dan rata.
Tidak ada nyeri tekan.
 PEMERIKSAAN INSPEKULO :
 Portio
 - Erosi :- - Polip :-
 - Ectropion : - - Bunga kol (exophytik) : -
 - Laserasi :- - Leukoplakia :-
 - Ovula naboti :- - Schiller test :-
 - Darah : Tampak darah mengenang di ferniks posterior, dibersihkan, kesan : tidak aktif
 PEMERIKSAAN DALAM (VT) :
 Uterus :
 - Posisi : Antefleksi
 - Besarnya : Kepalan tangan ( 2 jari dibawah pusat dan 1 jari diatas simpisis pubis)
 - Mobilitas : Mobile
 - Konsistensi : Kenyal, Permukaan Rata
 -Nyeri Tekan : (-)
 Cavum Douglas :
 - Douglas crise : (-)
 - Menonjol / tidak : Tidak
 Parametrium:
 - Parametrium kanan/kiri : lemas 
 Adnexa :
 - Adnexa kanan/kiri : tidak teraba 
 Rektovaginal :Tidak dilakukan
IV. DIAGNOSA BANDING
 Mioma Uteri
 Kista / Neoplasma Ovarium
 Adenomiosis

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 USG TAS:
 Kandung Kemih: terisi baik
 Uterus sulit dinilai, tampak masa hipercor berbentuk kumparan
 Adnexa kanan dan kiri dalam batas normal
 Cairan bebas: (-)
 Kesan : Mioma Uteri
 Hasil laboratorium tanggal 01-11-2018

 Hematologi
 Darah rutin Nilai Nilai Rujukan satuan
 Hemoglobin 11,6 12 – 16 g/dl
 Hitung eritrosit 4,3 3,8 - 5,2 10*5/µl
 Hitung leukosit 13.610 4,000- 11,000 /µl
 Hematokrit 35,0 35-47 %
 Hitung trombosit 326.000 150,000-450,000 /µl

 Index eritrosit
 MCV 79.5 80 – 100 fL
 MCH 27,3 26 – 34 pg
 MCHC 34,3 32 – 36 %

 Hitung jenis leukosit


 Eosinofil 2 1–3 %
 Basofil 0 0–1 %
 N.Stab 0 2– 6 %
 N. Seg 65 53–75 %
 Limfosit 28 20–45 %
 Monosit 5 4–8 %
 LED 11 0-20 mm/jam
 Hasil pemeriksaan Skrining Kanker :
 idak dilakukan pemeriksaan
 
V. DIAGNOSA
- Mioma uteri
 
VI. PERSIAPAN PREOPERASI
 Informed Concern
 Surat izin operasi
 Konsul dokter anestesi dan persiapan anestesi, IVFD RL terpasang abocath no.18
 Kateter urine terpasang.
 Pasien tidak makan dan minum 8 jam sebelum jadwal operasi.
 Hasil pemeriksaan x-ray
 Hasil pemeriksaan laboratorium
 ADVICE
 IVFD RL 20 gtt/menit
 Inj. Ceftriaxon 1gr/12jam
 Inj. Ketorolak 30mg/8jam
 Inj. Ranitidin 50mg/8jam
 VII. LAPORAN OPERASI
 Supervisor : dr. H. Muslich Perangin-angin, Sp.OG
 Tanggal : 02/11/2018
 Jam : 09.30 WIB
 Jenis Operasi : TAH – BSO (Total Abdominal Histerektomi – Bilateral Salpingo Oopharectomy)
 Ibu dibaringkan di meja operasi posisi supine, dengan infuse dan keteter terpasang baik.
 Dibawah spinal anastesi dilakukan tindakan septik dan aseptik pada lapangan operasi, kemudian
ditutup dengan duk steril, kecuali lapangan operasi.
 Dibuat insisi mediana / Pl annensteil ± 10 cm. Insisi dilakukan sampai menembus peritonium.
 Setelah peritonium dibuka, dilakukan eksplorasi, tampak uterus, tuba dan ovarium.
 Diputuskan melakukan histerektomi total.
 Uterus dikeluarkan dari rongga abdomen dan dipasang untuk melindungi usus, ligamen rotundum
kiri di identifikasi, di klem pada dua tempat, dipotong dan diikat dilakukan hal yang sama pada
bagian kanan. Plika vesikauterina dibebaskan.
 Lembaran belakang ligamentum latum kanan dan kiri dibuka secara tajam dengan gunting sedekat
mungkin dengan uterus. Menyisih sisi uterus sampai setinggi ligamentum sakraouterina.
 Plika vesika uterina dibuka melintang dengan gunting, vesikaouterina dibebaskan secara tumpul dari
serviks dan dipotong kebawah dengan jari yang dibungkus kain kasa sekaligus dilepaskan dari
bagian bawah uterus.
 Jaringan ligamentum yang terbuka di dorong ke lateral untuk menjauhi ureter.
 Peritonium dilapisan belakang ligamentum digunting pada pinggir uterus lalu vasa uterina kanan dan
kiri dengan cabang- cabangnya dijepit didekat uterus, digunting dan diikat.
 Cerviks bagian atas dijepit 2 cunam lalu di potong diantara 2 cunam tersebut luka yang terbentuk dijahit.
 Setelah diyakini tidak ada perdarahan, ligamentum sakraouterina, pangkal tuba, ligamen Ovarii propium dan
ligamentum rotundum diikatkan kesudut puncak vagina yang sepihak, dan semua ujung yang ditahan, diklem dan
di potong.
 Dilakukan reperitonealisasi, diyakini tidak ada perdarahan lagi, maka dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
 Operasi selesai, didapat masa dengan berat ± 200 gram.

VIII. TERAPI DAN RENCANA POST OPERASI


 Terapi
 - IVFD RL 20 gtt/i
 - Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
 - Inj. Ketorolac 30 mg/8jam
 - Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam 
 Post Operasi
 Tindakan operasi : TAH –BSO
 Temuan pada operasi : Ditemukan Massa Tumor
 PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI
 Makroskopis : Diterima jaringan dari uterus dengan kedua ovarium. Pada pemotongan tampak massa tumor
berwarna putih keabuan.
 Mikroskopis : Sediaan jaringan dari seviks dalam batas normal. Sediaan jaringan dari massa tumor tampak
gambaran sel-sel bentuk spindel yang tersusun sejajar ke segala arah dan sebagian berbentuk kumparan. Sediaan
jaringan dari ovarium tampak gambaran kista yang dilapisi oleh epitel dengan inti kromatin masih dalam batas
normal.
 Kesimpulan : Suatu Mioma Uteri
FOLLOW UP
 Follow up (tanggal 02-11-2018, pukul 19.00)
S : Nyeri diluka Operasi, Pusing (+)
Follow up (tanggal 03-11-2018, pukul 07.00)
O : Sensorium : CM  
 TD : 100/70 mmHg S : Nyeri diluka Operasi, Pusing (-)
O : Sensorium : CM
 HR : 86 x/i • TD : 110/80 mmHg
 RR : 24 x/i • HR: 78 x/i
 Temp : 37.2o C • RR : 24 x/i
• Temp : 36.8o C
 SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+) • SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+)
 P/V : (-) • P/V : (-)
• L/O : Tertutup verban
 L/O : Tertutup verban
• BAK : (+) Via Kateter
 BAK : (+) Via Kateter • BAB : (-)
 BAB : (-) • Flatus : (+)
A : Post TAH a/i Mioma uteri
 Flatus : (-)
P : - IVFD RL 20 gtt/menit
A : Post TAH a/i Mioma uteri - Inj. Ceftriaxon 1gr / 12 jam
P : - IVFD RL 20 gtt/menit - Inj. Ranitidin 50 mg / 8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam
- Inj. Ceftriaxon 1gr / 12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg / 8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam
 
 Follow up (tanggal 03-11-2018, pukul  Follow up (tanggal 04-11-2018, pukul
18.00) 07.00)
S : Nyeri diluka Operasi mulai berkurang S : Nyeri luka bekas operasi berkurang
O : Sensorium : CM O : Sensorium : CM
 TD : 110/70 mmHg  TD : 120/70 mmHg
 HR : 72 x/i  HR : 72 x/i
 RR : 24 x/i  RR : 24 x/i
 Temp : 37o C  Temp : 36.6o C
 SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+)  SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+)
 P/V : (-)  P/V : (-)
 L/O : Tertutup verban  L/O : Tertutup verban
 BAK : (+) Via Kateter  BAK : (+) Via Kateter
 BAB : (-)  BAB : (+)
 Flatus : (+)  Flatus : (+)
A : Post TAH a/i Mioma uteri A : Post TAH a/i Mioma uteri
P : - IVFD RL 20 gtt/menit P : - IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Ceftriaxon 1gr / 12 jam - Inj. Ceftriaxon 1gr / 12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg / 8 jam - Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam - Inj. Ketorolac 30 mg / 12 jam
 
 Follow up (tanggal 05-11-2018, pukul 07.00)
 Follow up (tanggal 04-11-2018, pukul
19.00) S :-

S :- O : Sensorium : CM

O : Sensorium : CM
 TD : 120/80 mmHg
 TD : 120/80 mmHg
 HR : 78 x/i
 HR : 78 x/i
 RR : 24 x/i
 RR : 22 x/i
 Temp : 36.5o C
 Temp : 36.5o C
 SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+)
 SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+)
 P/V : (-)
 P/V : (-)
 L/O : Tertutup verban
 L/O : Tertutup verban
 BAK : (+) Via Kateter
 BAK : (+) Via Kateter
 BAB : (+)
 BAB : (+)
 Flatus : (+)
 Flatus : (+) A : Post TAH a/i Mioma uteri

A : Post TAH a/i Mioma uteri P : - IVFD RL 20 gtt/menit

P : - IVFD RL 20 gtt/menit - Inj. Ceftriaxon 1gr / 12 jam

- Inj. Ceftriaxon 1gr / 12 jam - Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam

- Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam - Inj. Ketorolac 30 mg / 12 jam

- Inj. Ketorolac 30 mg / 12 jam R : - Aff Infus


- Aff Kateter
- PBJ
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai