Anda di halaman 1dari 6

Diskusi

1. Ulkus kornea sering merupakan efek samping dari keratitis yang mengalami infeksi .
Pengobatannya sediri terdiri dari antibiotik topikal dan kadang-kadang sistemik,
seperti fluoroquinolones. Antivirus topikal juga ditambahkan: trifluridine menjadi
yang paling umum di AS, sementara asiklovir adalah terapi antivirus lini pertama di
Eropa, Terapi tambahan steroid topikal juga dapat digunakan
2. Ulkus yang disebabkan oleh infeksi jamur seringkali memiliki hasil yang lebih buruk
daripada yang disebabkan oleh bakteri, karena pilihan pengobatannya lebih sedikit.
Natamycin, golongan polienuntuk penggunaan topikal, adalah pengobatan utama,
diperkenalkan pada 1960-an. Pilihan pengobatan alternatif adalah amfoterisin B 0,3-
0,5%, meskipun penggunaannya terbatas karena toksisitasnya. Prognosis ulkus kornea
tergantung pada etiologi, ukuran, dan lokasinya, serta respon terhadap pengobatan
3. Laporan ini menjelaskan keberhasilan pengobatan ulkus kornea dengan formulasi baru
yang terdiri dari larutan nanopartikel yang mengandung asam hialuronat, trigliserida
rantai menengah (medium-chain triglycerides), dan 0,66% PVP-I.
Mekanisme
1. PVP-I adalah agen desinfektan dan antiseptik dengan spektrum aktivitas mikrobiologis
yang luas. Ini efektif melawan bakteri, virus, jamur, dan protozoa yang resistan terhadap
banyak obat . Selain itu, aktif terhadap biofilm bakteri dan melawan Acanthamoeba.
Povidone bertindak sebagai reservoir yodium "bebas"; bersifat hidrofilik dan bertindak
sebagai pembawa untuk mentransfer yodium melalui membran sel ke sel target.
2. Pengiriman yodium bebas diatomik (I2) ke sel target adalah penyebab yang menjadikan
PVP-I sebagai agen antimikroba . Dengan adanya hal ini dapat menghasilkan efek
bakterisida yang cepat melalui aksinya pada sitoplasma dan membran sitoplasma dengan
menonaktifkan protein kunci sitosol, asam lemak, dan nukleotida yang segera
menghancurkan sel prokariotik.PVP-I masih merupakan ukuran antiseptik penting dalam
operasi mata . Untuk alasan ini, digunakan secara luas terutama untuk persiapan pra
operasi kulit dan selaput lendir, serta kelopak mata, bulu mata, dan konjungtiva, sebelum
operasi intraokular
Penelitian Sebelumnya
1. Kemanjuran PVP-I untuk pengobatan ulkus kornea telah dinilai dalam beberapa
penelitian.Pada tahun 1960, PVP-I dilaporkan efektif dalam pengobatan ulkus kornea bila
diterapkan sebagai tambahan untuk Neosporin pada pasien dengan kerusakan jaringan
mata yang cepat terkait dengan ulkus kornea pseudomonas.
2. Beberapa tahun kemudian, Katz et al. melakukan penelitian pada pasien dengan ulkus
kornea di pedesaan Nepal,dan hasil dari penambahan 2,5% PVP-I ke terapi antibiotik
standar tidak meningkatkan hasil visual pada pasien.
3. Isemberg dkk. melakukan uji coba prospektif secara acak membandingkan penggunaan
1,25% PVP-I dengan antibiotik yang umum tersedia di negara berkembang.
• Dalam pengobatan keratitis bakterial, PVP-I dibandingkan dengan neomycin-polymyxin
B gramicidin di Filipina dan ciprofloxacin 0,3%. di India Responennya adalah anak-anak
dan orang dewasa dan dirawat di rumah sakit selama 7 hari. Dari penelitian ini tidak ada
perbedaan yang signifikan antara efek topikal 1,25% PVP-I dan antibiotik tersebut.
4. Makalah terbaru lainnya juga menunjukkan adanya resolusi klinis dan eradikasi
adenoviral pada pasien dengan konjungtivitis adenoviral akut yang diobati dengan
kombinasi Dexamethasone dan PVP-I 0,6%
Pembahasan
1. Faktanya, dalam banyak kasus PVP-I membunuh bakteri lebih cepat pada konsentrasi
encer (0,05-1,0%) daripada konsentrasi yang lebih konvensional (5-10%).
• Paparan in vitro bakteri yang diisolasi dari ulkus kornea ke larutan PVP-I 0,25% yang
encer tidak menghasilkan pertumbuhan setelah 30 detik, sedangkan larutan 10% dan 5%
membutuhkan waktu lebih lama untuk membunuh beberapa bakteri yang diisolasi .
Demikian juga, pada 0,66% PVP-I menunjukan hasil yang lebih cepat dari larutan 5%
PVP-I dalam membunuh bakteri gram positif dan gram negatif .Efek ini mungkin
disebabkan oleh ketersediaan yang lebih tinggi dari yodium bebas diatomik yang ada
dalam larutan encer, karena merupakan bagian bakterisida dari PVP-I. Fakta ini sangat
penting, karena toksisitas in vitro dan in vivo PVP-I relatif terhadap konsentrasinya
dalam terapi mata , dan sangat penting untuk mengelola PVP-I pada konsentrasi yang
aman dan efektif.

2. PVP-I terutama digunakan sebagai antiseptik dalam profilaksis bedah. Namun, dapat
digunakan sebagai terapi tambahan untuk mengobati infeksi, hal ini untuk mengurangi
durasi penggunaan antibiotik, dan dapat juga di gunakan sebagai pengobatan utama
untuk infeksi. Resistensi terhadap PVP-I belum dilaporkan pada kultur konjungtiva, dan
bahkan paparan berulang terhadap PVP-I juga tidak menghasilkan resistensi
Keterbatasan Penelitian
Hasil yang berhasil dari satu laporan kasus, tentu saja, terbatas, dan perlu untuk
mengkonfirmasi hasil saat ini dengan lebih banyak temuan dari kasus yang lainnya.
Kontrol pada penelitian juga kurang, serta perlu adanya desain studi yang mencakup
analisis terapi yang lebih ketat. Namun,dengan adanya pengalaman klinis dengan
formulasi 0,66% PVP-I yang mengandung asam hialuronat dan trigliserida rantai
menengah, yang merupakan zat yang diterima dengan baik dan dapat memberi
nutrisi pada permukaan mata, dapat menjadi awal untuk meningkatkan pengetahuan
dalam uji klinis terkontrol berikutnya.
Kesimpulan
Karena PVP-I memiliki aktivitas spektrum luas terhadap bakteri, jamur, virus dan
protozoa, PVP-I bisa menjadi alat terapi yang berguna, terutama dalam kasus patogen
yang tidak diketahui penyebabnya,di mana penggunaan antibiotik mungkin hanya
mengakibatkan peningkatan paparan antibiotik atau resistensi tanpa adanya
keberhasilan klinis.

Anda mungkin juga menyukai