Anda di halaman 1dari 102

Diklat Auditor Terampil/Ahli

KEUANGAN NEGARA

Pusat Pendidikan dan Pelatihan


Badan Pemeriksa Keuangan RI
Tahun 2009

Leading Learning Center


Curicullum Vitae:
 Nama : Agustin Sugihartatik, SE, MM, CFE
 Unit Kerja : SAP Jateng I,II,II
 Pendidikan : - D3 STAN 1994
- S1 USNI 1997
- S2 UGM 2001
 Pekerjaan: - 1995 – 1998 BPK Jakarta
- 1998 – 2003 BPK Pwk
Palembang
- 2003 – sekarang BPK Pwk DIY
 Jabfung : Ketua Tim Senior

Pusdiklat BPK RI @ 2009 2


Pengalaman Audit BUMN
 1996 Audit Pdtt atas PT TWCBP dan RB
 1996 General Audit pd PT Phapros
 1996 General Audit pd PT Propertindo
 1996 General Audit pd PT Hotel Mirtasari
 1997 Audit Pdtt atas PT Damri dan PPD
 1997 Audit Pdtt atas PT Pelindo Surabaya
 1997 Audit Pdtt atas PT Pos Indonesia

Pusdiklat BPK RI @ 2009 3


 2003 Audit atas Perhitungan APBD Kab
Pacitan
 2004 Audit Pdtt RSUD Jombang
 2005 Audit Belanja dan Hutang Kab Blitar
 2005 General Audit PDAM Kediri
 2005 Audit Pdtt PAD Kab Sidoarjo
 2006 General Audit Lapkeu Kab Pwrejo
 2006 Audit Pdtt Belanja Kab Pwrejo

Pusdiklat BPK RI @ 2009 4


 2007 General Audit Lapkeu Kab
Sukoharjo
 2007 Audit Pilkada Jepara
 2008 General Audit Lapkeu Kab
Purworejo
 2008 Audit Pdtt Dana BOS Kab Bantul
 2009 Audit LKPD Kota Yogyakarta
 2009 Audit Pdtt BPD DIY

Pusdiklat BPK RI @ 2009 5


 2010 Audit LKPD Kota Yogyakarta
 2010 Audit PDTT BPR Sleman
 2010 Audit PDTT DAK Pendidikan
 2011 Audit LKPD Kab Sleman

Pusdiklat BPK RI @ 2009 6


Tujuan Pembelajaran

Para peserta lebih memahami dan mampu


menjelaskan mengenai konsep dan ruang
lingkup keuangan negara dalam rangka
mendukung pelaksanaan tugas
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara

Pusdiklat BPK RI @ 2009 7


Sistematika Pembahasan
 Bab I : Pendahuluan
 Bab II : Struktur Anggaran
 Bab III : Siklus Anggaran
 Bab IV :Pengelolaan Keu Negara yang dipisahkan
 Bab V : Hubungan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
 Bab VI : Hubungan Keuangan antara Pemerintah
dengan Bank Sentral, BUMN, Pemerintah/Lembaga
Asing, Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola
Dana Masyarakat
 Bab VII : Topik Khusus BLU

Pusdiklat BPK RI @ 2009 8


BAB I PENDAHULUAN

Pusat Pendidikan dan Pelatihan


Badan Pemeriksa Keuangan RI
Tahun 2009

Leading Learning Center


Bab I : Pendahuluan
Pokok Bahasan:
 Pengertian Keuangan Negara
 Asas-asas Umum Pengelolaan Keuangan
Negara
 Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan
Negara
 Ruang Lingkup Keuangan Negara

Pusdiklat BPK RI @ 2009 10


Pengertian Keuangan Negara
 Menurut Para Ahli
 Menurut Undang-Undang

Pusdiklat BPK RI @ 2009 11


Pokok-pokok Pengertian Keuangan
Negara menurut Para Ahli:
Keuangan Negara mencakup:
1. Anggaran pendapatan dan belanja negara
2. Kebijaksanaan-kebijaksanaan anggaran pendapatan
dan belanja negara
3. Akibat dari kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut di
bidang ekonomi
4. Kegiatan mencari dan menggunakan dana untuk
mencapai tujuan, hak dan kewajiban negara
5. Uang dan barang yang dapat dijadikan milik negara
6. Keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan badan-badan usaha lainnya.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 12


Pasal 1 butir 1 UU 17/2003 tentang
Keuangan Negara

 Yang dimaksud dengan Keuangan Negara


adalah semua hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang, serta
segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 13


Pendekatan yang digunakan
dalam merumuskan Keuangan Negara
adalah dari sisi

1. Obyek
2. Subyek
3. Proses
4. Tujuan

Pusdiklat BPK RI @ 2009 14


1. Obyek
Meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara
yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
2. Subyek
Meliputi seluruh obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau
dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan
badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.
3. Proses
Mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek
sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan sampai dengan pertanggungjawaban.
4. Tujuan
Meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan
pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan negara

Pusdiklat BPK RI @ 2009 15


Asas-asas Umum yang telah lama dikenal dalam
pengelolaan keuangan negara :

1. Asas Tahunan: siklus 1 th anggaran


2. Asas Universalitas: setiap transaksi
disampaikan secara utuh
3. Asas Kesatuan: pendapatan dan belanja
disajidan 1 dlm dokumen anggaran
4. Asas Spesialitas: kredit anggaran yang
disediakan dirinci dgn jelas

Pusdiklat BPK RI @ 2009 16


Asas-asas baru sebagai
pencerminan best practices
1. Akuntabilitas berorientasi pada hasil
2. Profesionalitas
3. Proporsionalitas
4. Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara
5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang
bebas dan mandiri

Pusdiklat BPK RI @ 2009 17


Apakah azas-azas tersebut
telah diterapkan dalam
pengelolaan keuangan
negara di Indonesia?
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Badan Pemeriksa Keuangan RI
Tahun 2009

Leading Learning Center


Kekuasaan atas Pengelolaan
Keuangan Negara
 Berdasarkan Pasal 6 Ayat (1) UU 17/2003
tentang Keuangan Negara, Presiden
selaku Kepala Pemerintahan memegang
kekuasaan pengelolaan keuangan negara
sebagai bagian dari kekuasaan
pemerintahan.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 19


Kekuasaan atas Pengelolaan
Keuangan Negara
 Kewenangan yang bersifat umum

meliputi penetapan arah, kebijakan umum, strategi, dan
prioritas dalam pengelolaan APBN, antara lain
penetapan pedoman pelaksanaan dan
pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman
penyusunan rencana kerja kementerian negara/lembaga,
penetapan gaji dan tunjangan, serta pedoman
pengelolaan penerimaan negara.
 Kewenangan yang bersifat khusus

meliputi keputusan/kebijakan teknis yang berkaitan
dengan pengelolaan APBN, antara lain keputusan sidang
kabinet di bidang pengelolaan APBN, keputusan rincian
APBN, keputusan dana perimbangan, dan penghapusan
aset dan piutang negara.
Pusdiklat BPK RI @ 2009 20
Pelimpahan Wewenang Kekuasaan atas
Pengelolaan Keuangan Negara
Berdasarkan Pasal 6 Ayat (2) UU 17/2003 Kekuasaan
atas Pengelolaan Keuangan Negara:
1. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku
pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan
kekayaan negara yang dipisahkan.
2. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku
pengguna anggaran/pengguna barang kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya;
3. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku
kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan
daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
4. Tidak termasuk kewenangan di bidang moneter, yang
meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan
uang, yang diatur dengan undang-undang.
Pusdiklat BPK RI @ 2009 21
Hubungan Delegasi Wewenang atas
Pengelolaan Keuangan negara

PRESIDEN
sebagai
CEO

MENTERI/ MENTERI
PIMPINAN LEMBAGA KEUANGAN
Sebagai Sebagai
COO CFO

Pusdiklat BPK RI @ 2009 22


Menteri Keuangan
Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal,
sesuai dengan Pasal 8 UU 17/2003, Menteri Keuangan mempunyai
tugas sebagai berikut:
a. Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;
b. Menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN;
c. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
d. Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;
e. Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah
ditetapkan dengan undang-undang;
f. Melaksanakan fungsi bendahara umum negara;
g. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN;
h. Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal
berdasarkan ketentuan undang-undang.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 23


Menteri/Pimpinan Lembaga
Sedangkan menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya, sesuai dengan Pasal 9 UU 17/2003 mempunyai tugas
sebagai berikut:
a. Menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga
yang dipimpinnya;
b. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

c. Melaksanakan anggaran kementerian negara/lembaga yang


dipimpinnya;
d. Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak
dan menyetorkannya ke Kas Negara;
e. Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung
jawab kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;
f. Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawab kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;
g. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya;
h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung
jawabnya berdasarkan ketentuan undang-undang.
Pusdiklat BPK RI @ 2009 24
Gubernur/Bupati/Walikota
 Sesuai dengan asas desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara
sebagian kekuasaan Presiden tersebut
diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota
selaku pengelola keuangan daerah.
 Gubernur/bupati/walikota selaku kepala
pemerintah daerah, sesuai dengan Pasal 5 PP
Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah adalah pemegang kekuasan
pengelolaan keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan
daerah yang dipisahkan.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 25


Sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah,
gubernur/bupati/walikota mempunyai kewenangan:
a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;

b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;

c. Menetapkan kuasa pengguna anggaran/barang;

d. Menetapkan bendahara penerimaan dan / atau bendahara


pengeluaran;
e. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan
penerimaan daerah;
f. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan
utang dan piutang daerah;
g. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan
barang milik daerah; dan
h. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian
atas tagihan dan memerintahkan pembayaran.
Pusdiklat BPK RI @ 2009 26
 Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
oleh gubernur/bupati/walikota tersebut di
atas dilaksanakan oleh:

Kepala satuan kerja pengelola keuangan
daerah selaku pejabat pengelola APBD;

Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku
pejabat pengguna anggaran/barang daerah.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 27


Bank Sentral (Bank Indonesia)
 Untuk mencapai kestabilan nilai rupiah,
tugas menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter serta mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran
dilakukan oleh bank sentral.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 28


Ruang Lingkup Keuangan Negara
Pasal 2 UU 17 / 2003
a. Hak negara untuk memungut pajak,
mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan
tugas layanan umum pemerintahan negara dan
membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan negara;
d. Pengeluaran negara;
e. Penerimaan daerah;
f. Pengeluaran daerah;
Pusdiklat BPK RI @ 2009 29
Ruang Lingkup Keuangan Negara
Pasal 2 UU 17 / 2003
g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang
dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta
hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perusahaan negara/perusahaan daerah;
h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh
pemerintah dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan/atau kepentingan
umum;
i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan
menggunakan fasilitas yang diberikan oleh
pemerintah.
Pusdiklat BPK RI @ 2009 30
BAB II
STRUKTUR ANGGARAN

Pusat Pendidikan dan Pelatihan


Badan Pemeriksa Keuangan RI
Tahun 2009

Leading Learning Center


Bab II: Struktur Anggaran

Pokok Bahasan:
 Perbedaan Struktur dan Penganggaran
antara Sebelum dan Sesudah UU Nomor
17 Tahun 2003
 Struktur APBN
 Struktur APBD

Pusdiklat BPK RI @ 2009 32


Perbedaan Struktur dan Penganggaran
Sebelum dan Sesudah UU Nomor 17/2003

No Sebelum Sesudah
UU Nomor 17 Tahun 2003 UU Nomor 17 Tahun 2003
1 Anggaran belanja dual-budgeting Anggaran belanja unified
budgeting
2 Traditional budgeting / line-item Performance-based budgeting
budgeting
3 Penuangan rencana Pengeluaran jangka menengah
pembangunan dalam suatu (Medium Term Expenditure
dokumen perencanaan nasional Framework)
lima tahunan (Repelita)
4 Prinsip APBN/APBD adalah Anggaran surplus/defisit
Anggaran berimbang dinamis
5 Format dan struktur APBN/APBD : I-Account
T-Account

Pusdiklat BPK RI @ 2009 33


Struktur APBN
1. Pendapatan Negara dan Hibah
a. Penerimaan Dalam Negeri
1) Penerimaan Perpajakan
a) Pajak Dalam Negeri
b) Pajak Perdagangan Internasional
2) Penerimaan Negara Bukan Paja
a) Penerimaan SDA
b) Bagian Laba BUMN
c) PNBP Lainnya
b. Hibah
2. Belanja Negara
a. Belanja Pemerintah Pusat
1) Belanja Pegawai
2) Belanja Barang
3) Belanja Modal
4) Pembayaran Bunga Utang
5) Subsidi
6) Belanja Hibah
7) Bantuan Sosial
8) Belanja Lainnya

Pusdiklat BPK RI @ 2009 34


b. Belanja ke Daerah
1) Dana Perimbangan
2) Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
3. Keseimbangan Primer
4. Surplus/Defisit Anggaran (1 – 2)
5. Pembiayaan (5.a + 5.b)
a. Pembiayaan Dalam Negeri
1) Perbankan Dalam Negeri
2) Non-Perbankan Dalam Negeri
b. Pembiayaan Luar Negeri (Netto)
1) Penarikan Pinjaman Luar negeri (Brutto)
2) Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri

Pusdiklat BPK RI @ 2009 35


Struktur APBD
1. Pendapatan Daerah
a. Bagian Pendapatan Asli Daerah
1) Pos Pajak Daerah
2) Pos Retribusi Daerah
3) Pos Laba Perusahaan Milik Daerah (Hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan)
4) Pos Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
b. Dana Perimbangan
1) Pos Bagi Hasil Pajak
2) Pos Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber Daya Alam
3) Pos Dana Alokasi Umum
4) Pos Dana Alokasi Khusus

Pusdiklat BPK RI @ 2009 36


c. Bagian Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
1) Penerimaan Dari Pemerintah
2) Penerimaan Dari Provinsi
3) Penerimaan Dari Kabupaten/Kota Lainnya
4) Dana Darurat
5) Lain-Lain
2. Belanja Daerah
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Perjalanan Dinas
d. Belanja Pemeliharaan
e. Belanja Lain-lain
f. Belanja Modal
g. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
h. Belanja Tidak Tersangka
3. Pembiayaan Daerah
a. Penerimaan Daerah
b. Pengeluaran Daerah

Pusdiklat BPK RI @ 2009 37


 Contoh struktur APBN
 Contoh struktur APBD

Pusdiklat BPK RI @ 2009 38


Pusdiklat BPK RI @ 2009 39
Pusdiklat BPK RI @ 2009 40
Pusdiklat BPK RI @ 2009 41
Pusdiklat BPK RI @ 2009 42
Latihan-1:
Persamaan dan Perbedaan
Struktur APBN dan APBD

Pusat Pendidikan dan Pelatihan


Badan Pemeriksa Keuangan RI
Tahun 2009

Leading Learning Center


BAB III
SIKLUS ANGGARAN

Pusat Pendidikan dan Pelatihan


Badan Pemeriksa Keuangan RI
Tahun 2009

Leading Learning Center


Bab III: Siklus Anggaran

Pokok Bahasan:
 Prinsip-Prinsip Umum dalam Setiap
Tahapan Siklus APBN/APBD
 Siklus APBN
 Siklus APBD
 Pemeriksaan BPK atas
Pertanggungjawaban Pelaksanaan
Anggaran

Pusdiklat BPK RI @ 2009 45


Siklus anggaran di Indonesia secara konseptual
dihubungkan dengan Undang-Undang:

Penerimaan:
(UU no. 17/2003)
- Pajak
- Non pajak
- Hibah Pemeriksaan
pengelolaan keuangan
negara (UU no. 15/2004)

Perencanaan Persetujuan RAPBN/D Pelaksanaan


anggaran untuk menjadi APBN/D di anggaran (UU no.
(UU no. 17/2003) Parlemen (UU no. 17/2003)
- Ekonomi 17/2003)
- Keuangan publik

Proposal
anggaran

Umpan balik

Penyimpanan
Uang Negara (UU
no. 1/2004)

Pusdiklat BPK RI @ 2009 46


 Mengacu pada UU Nomor 17 Tahun 2003, siklus APBN dan APBD menurut
jadwal waktunya meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

S IKLUS AP BN/AP BD
P a ling
P e me riks a a n la mba t 2 bl
Ole h s tlh
me ne rima
BP K La p Ke u

P e me -
P e me - DP R/ P e me - P e me - Rinta h P e me -
Rinta h DP RD Rinta h Rinta h & DP R/ Rinta h
DP RD

La pora n P e rta ng-


P e nyu- P e ne - P e la k- Re a lis a s i P e ru- DP R
S e m e s te r
gungja -
s una n ta pa n s a na a n ba ha n
I wa ba n

P a ling P a ling
Mula i
la mba t 2 bl 12 bl, Akhir S blm TA la mba t 6 bl
mid Me i s blm TA, s tlh TA
J a n-De s J uli be ra khir
s blm TA Akhir Okt be ra khir

Pusdiklat BPK RI @ 2009 47


Prinsip-prinsip Umum dalam setiap
Tahapan Siklus APBN/APBD

1.Penyusunan Anggaran

APBN/APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun
pendapatan negara (Pasal 12 Ayat (1) UU Nomor 17 Tahun 2003)

Penyusunan Rancangan APBN/APBD (RAPBN/RAPBD)
berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah dalam rangka
mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

Upaya memperbaiki proses penganggaran di sektor publik adalah
penerapan anggaran berbasis prestasi kerja.

Perkembangan dinamis dalam penyelenggaraan pemerintahan
membutuhkan sistem perencanaan fiskal yang terdiri dari sistem
penyusunan anggaran tahunan yang dilaksanakan sesuai dengan
kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term
expenditure framework) sebagaimana dilaksanakan di
kebanyakan negara maju

Pusdiklat BPK RI @ 2009 48


2. Penetapan Anggaran
 RAPBN/RAPBD yang ditetapkan oleh DPR/DPRD menjadi
APBN/APBD adalah suatu produk hukum yang mutlak harus
diikuti dan ditaati tanpa syarat oleh pemerintah.
3. Pelaksanaan Anggaran
 Meskipun dinyatakan bahwa penyusunan dan pelaksanaan
anggaran adalah “berbasis kinerja”, namun demikian
pendekatan dan prinsip yang harus dilakukan pertama kali
dalam melaksanakan anggaran adalah ‘ketaatan dan
kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan. Setelah
pendekatan dan prinsip ‘ketaatan dan kepatuhan’ dilakukan,
barulah dilakukan prinsip-prinsip yang menyangkut kinerja
seperlunya yang menyangkut nilai-nilai efisiensi, ekonomis,
dan efektivitas suatu kegiatan anggaran.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 49


4. Laporan Realisasi Semester I Pelaksanaan Anggaran
 Untuk memberikan informasi mengenai perkembangan
pelaksanaan APBN/APBD, pemerintah menyampaikan Laporan
Realisasi Semester Pertama dan prognosis untuk 6 bulan
berikutnya kepada DPR/DPRD.
5. Perubahan Anggaran
 Penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan
keadaan dibahas bersama DPR dengan Pemerintah Pusat dalam
rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBN tahun
anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi:
 Perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi
yang digunakan dalam APBN;
 Perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;
 Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran
anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis
belanja;
 Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun
sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaran yang
berjalan.
Pusdiklat BPK RI @ 2009 50
6. Pertanggungjawaban Anggaran
 Salah satu upaya kongkrit untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian
laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang
memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan
mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima
secara umum.
 Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara,
menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota selaku
pengguna anggaran/pengguna barang bertanggungjawab atas
pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam UU tentang
APBN/Perda tentang APBD dari segi manfaat/hasil (outcome).
 Sedangkan pimpinan unit organisasi kementerian
negara/lembaga/kepala SKPD bertanggungjawab atas
pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam UU tentang
APBN/Perda tentang APBD dari segi barang dan/atau jasa yang
disediakan (output)

Pusdiklat BPK RI @ 2009 51


Siklus APBN
1. Penyusunan RAPBN
Berdasarkan Pasal 11 s.d. Pasal 15 UU 17/2003, penyusunan RAPBN
mencakup tahap atau proses sebagai berikut:
a. Pokok-pokok Kebijakan Fiskal dan Kerangka Ekonomi Makro
b. Kebijakan Umum dan Prioritas Anggaran
c. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Kementerian Negara/Lembaga

2. Penetapan APBN
Pemerintah pusat mengajukan RUU APBN disertai nota keuangan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR pada bulan Agustus tahun
sebelumnya. DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan
jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam RUU APBN. Pengambilan
keputusan oleh DPR mengenai RUU APBN dilakukan selambat-lambatnya
2 bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 52


3. Pelaksanaan APBN
Setelah ditetapkan dengan undang-undang, pelaksanan APBN diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Presiden (Prepres) sebagai pedoman bagi
kementerian negara/lembaga dalam pelaksanaan anggaran.
Pelaksanaan APBN selanjutnya diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan negara, yang secara ringkas dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Penyiapan Dokumen Pelaksanaan APBN
b. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Negara
c. Pelaksanaan Anggaran Belanja
d. Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan
4. Laporan Realisasi Semester I Pelaksanaan APBN
Untuk memberikan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan
APBN, pemerintah menyampaikan Laporan Realisasi Semester Pertama
dan prognosis untuk 6 bulan berikutnya kepada DPR pada akhir bulan Juli
tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPR
dan pemerintah.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 53


5. Perubahan APBN
Pemerintah Pusat mengajukan rancangan undang-undang (RUU) tentang
perubahan APBN tahun anggaran yang bersangkutan untuk mendapatkan
persetujuan DPR sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.

6. Pertanggungjawaban APBN
Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi:
a. Laporan Realisasi APBN
b. Neraca
c. Laporan Arus Kas, dan
d. Catatan atas Laporan Keuangan
yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan
badan lainnya.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 54


Siklus APBD
1. Penyusunan RAPBD
a. Kebijakan umum APBD
b. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
c. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD
d. Penyiapan Raperda APBD

2. Penetapan APBD
a. Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah
(Raperda) tentang APBD
b. Persetujuan Raperda tentang APBD
c. Evaluasi Raperda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah
tentang Penjabaran RAPBD
d. Penetapan Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah
tentang Penjabaran APBD

Pusdiklat BPK RI @ 2009 55


3. Pelaksanaan APBD
a. Penyiapan Dokumen Pelaksanaan APBD
b. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah
c. Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah
d. Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah

4. Laporan Realisasi Semester I Pelaksanaan APBD


Untuk memberikan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan APBD,
pemerintah daerah menyampaikan Laporan Realisasi Semester Pertama
dan prognosis untuk 6 bulan berikutnya kepada DPRD pada akhir bulan
Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara
DPRD dan pemerintah daerah.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 56


5. Perubahan APBD
Pemerintah daerah mengajukan raperda tentang perubahan APBD tahun
anggaran yang bersangkutan untuk mendapat persetujuan DPRD
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir. Persetujuan DPRD
terhadap raperda selambat-lambatnya 3 bulan sebelum berakhirnya tahun
anggaran.

6. Pertanggungjawaban APBD
a. Pertanggungjawaban di tingkat SKPD
b. Pertanggungjawaban di tingkat PPKD
c. Pertanggungjawaban di tingkat Kepala Daerah

Pusdiklat BPK RI @ 2009 57


Pemeriksaan BPK atas Pertanggungjawaban
Pelaksanaan Anggaran

1. Pemeriksaan atas Pertanggungjawaban APBN


Berdasarkan Pasal 17 Ayat (1) UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
dinyatakan bahwa laporan hasil pemeriksaan BPK atas laporan
keuangan pemerintah pusat disampaikan oleh BPK kepada DPR dan
DPD selambat-lambatnya 2 bulan setelah menerima laporan
keuangan dari pemerintah pusat.
2. Pemeriksaan atas Pertanggungjawaban APBD
Demikian pula halnya dengan pemeriksaan atas pertanggungjawaban
APBD, dalam Pasal 17 Ayat (2) UU 15/2004 dinyatakan bahwa laporan
hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah
disampaikan oleh BPK kepada DPRD selambat-lambatnya 2 bulan
setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah daerah.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 58


Latihan-2:
Persamaan dan Perbedaan
Siklus APBN dan APBD

Pusat Pendidikan dan Pelatihan


Badan Pemeriksa Keuangan RI
Tahun 2009

Leading Learning Center


BAB IV
Pengelolaan keuangan
negara yang tidak
dipisahkan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Badan Pemeriksa Keuangan RI
Tahun 2009

Leading Learning Center


1.PENYUSUNAN APBN/APBD
2.PELAKSANAAN APBN/APBD
3. PENATAUSAHAAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN APBN/APBD
4. PERBENDAHARAAN NEGARA
5. PENGELOLAAN UANG, PIUTANG DSB

Pusat Pendidikan dan Pelatihan


Badan Pemeriksa Keuangan RI
Tahun 2009

Leading Learning Center


Pelaksanaan Anggaran
 Hak pemerintah sbg penambah nilai
kekayaan
 Kewajiban pemerintah sbg pengurang nilai
kekayaan
 Penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan atau pengeluaran yang akan diterima
kembali baik pada tahun anggaran
berjalan maupun tahun berikutnya.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 62


Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
 Setiap K/L/SKPD yang mempunyai sumber
pendapatan wajib mengintensifkan pendapatan
yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.
 Penerimaan harus disetor seluruhnya ke Kas
Negara/Daerah pada waktunya yang ditetapkan
peratuan.
 Penerimaan K/L/SKPD daerah tidak boleh
digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran.
 Penerimaan berupa komisi, potongan, ataupun
bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang jasa oleh negara/daerah adalah
hak negara/daerah.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 63


Pelaksanaan Anggaran Belanja

 PA/KPA melaksanakan kegiatan dalam


dokumen pelaksanaan anggaran yang telah
disahkan.
 Dlm rangka pelaksanaan kegiatan tersebut
PA/KPA pelaksanaan anggaran, mengadakan
ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan.
 Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak
boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa
diterima.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 64


PENATAUSAHAAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN APBN/APBD
a. Akuntansi keuangan
b. Penatausahaan dokumen
c. Pertanggungjawaban keuangan
d. Laporan Keuangan

Pusdiklat BPK RI @ 2009 65


Laporan Keuangan
Pusat
 Menteri/pimpinan lembaga menyusun dan
menyampaikan LRA, Neraca dan CaLK
kpd Menkeu maksimal 2 bl setelah tahun
anggaran berakhir
 Menteri Keuangan menyusun Laporan
Konsolidasi LRA, Neraca dan CaLK
seluruh Kementerian/Lembaga dan
menyusun Lap Arus Kas dan ihtisar lap
keu perusahan negara
Pusdiklat BPK RI @ 2009 66
 Pemerintah menyampaikan Lap Keu kpd
BPK maksimal 3 bl setelah tahun
anggaran berakhir utk dilakukan
pemeriksaan.

Bagaimana Proses pelaporan di Daerah?

Pusdiklat BPK RI @ 2009 67


Asas Umum Perbendaharaan

 Undang-undang tentang APBN dan Perda


merupakan dasar bagi Pemerintah Pusat dan
Daerah untuk melakukan penerimaan dan
pengeluaran negara.
 Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang
berakibat pengeluaran atas beban APBN/APBD jika
anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut
tidak tersedia atau tidak cukup tersedia.
 Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan
bantuan lainnya yang sesuai dengan program
pemerintah pusat/daerah, dibiayai dengan
APBN/APBD.
Pusdiklat BPK RI @ 2009 68
Pengelolaan Uang di BUN
1. Pengelolaan Kas Umum Negara
 Rekening Kas Umum Negara pada bank
sentral
 Rekening Penerimaan menampung
penerimaan setiap hari dan menyetorkan
ke RKUN
 Rekening Pengeluaran menampung
dana dari pencarian RKUN utk mendanai
kegiatan pemerintah
Pusdiklat BPK RI @ 2009 69
Pengelolaan Kas K/L
 Pengelolaan Uang Persediaan
menampung dana yang diterima dan BUN
 Pengelolaan Penerimaan
menampung penerimaan K/L dan
menyetorkan ke RKUN

Pusdiklat BPK RI @ 2009 70


Pengelolaan Utang
1. K/L/Pemda dilarang melakukan perikatan yang dapat
menimbulkan kewajiban atau pinjaman luar negeri.
2. Menteri Keuangan melaksanakan penatausahaan atas
pinjaman dan/atau hibah luar negeri;
3. Penatausahaan mencakup administrasi pengelolaan dan
akuntansi pinjaman
4. Jumlah/bagian dari jumlah pinjaman yg dituangkan
dalam dokumen satuan anggaran, untuk selanjutnya
dituangkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran.
4. Jika APBN telah ditetapkan, jumlah atau bagian dari
jumlah pinjaman ditampung dalam APBN-Perubahan.
5. Penarikan pinjaman dan/atau hibah luar negeri harus
tercatat dalam realisasi APBN.
Pusdiklat BPK RI @ 2009 71
 Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar
kepada Pemerintah Pusat/daerah dan/atau hak
Pemerintah Pusat/daerah yang dapat dinilai
dengan uang sebagai akibat perjanjian atau
akibat lainnya berdasarkan peraturan yang
berlaku atau akibat lainnya yang sah.
 BU Negara/Daerah berwenang mengelola
piutang .
 Kuasa BU Negara/Daerah berkewajiban
memerintahkan penagihan piutang negara
kepada pihak ketiga.
Pusdiklat BPK RI @ 2009 72
BAB V
HUBUNGAN KEUANGAN
ANTARA PEMERINTAH PUSAT
DAN PEMERINTAH DAERAH
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Badan Pemeriksa Keuangan RI
Tahun 2009

Leading Learning Center


Pokok Bahasan:
 Latar Belakang
 Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah
 Lingkup Perimbangan Keuangan
 Sumber Penerimaan Daerah
 Beberapa Permasalahan Penting

Pusdiklat BPK RI @ 2009 74


Latar Belakang
 Tiga Fungsi Utama Pemerintahan:

Fungsi distribusi
 Pendapatan dan kekayaan masyarakat, pemerataan pembangunan.

Fungsi stabilisasi
 Pertahanan-keamanan, ekonomi dan moneter.

Fungsi alokasi
 Sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa pelayanan
masyarakat.

 Fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi pada umumnya


lebih efektif dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat,
sedangkan fungsi alokasi pada umumnya lebih efektif
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah

Pusdiklat BPK RI @ 2009 75


Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah

 Desentralisasi sangat penting dalam otonomi


daerah
 Desentralisasi fiskal merupakan komponen
utama dari desentralisasi
 Agar dapat melaksanakan fungsinya, Pemda
harus mendapat dukungan sumber keuangan
yang memadai yangberasal dari:

PAD

Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

Pinjaman

Subsidi/Bantuan dari Pemerintah Pusat
Pusdiklat BPK RI @ 2009 76
 Perimbangan keuangan pusat dan daerah
di masa Orde Baru dilaksanakan melalui
mekanisme Subsidi dan Bantuan (mis:
Inpres)
 Beberapa permasalahan:

Aspek Perencanaan
 Pusat terlalu dominan

Aspek Pelaksanaan
 Daerah harus tunduk thdp juklak dan juknis

Aspek Pengawasan
 Tumpang tindihnya pengawasan/pemeriksaan
Pusdiklat BPK RI @ 2009 77
Perumusan Definisi Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah berdasarkan Ps. 1 Ay (3) UU 33/2004

No Unsur UU No. 33/2004


1 Karakteristik Sistem pembagian keuangan

2 Tujuan antara Pendanaan penyelenggaraan:


 Desentralisasi
 Dekonsentrasi
 Tugas Pembantuan
3 Sifat  Adil
 Proporsional
 Demokratis
 Transparan
 Efisien
4 Konsideran Mempertimbangkan:
 potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah
 besaran pendanaan penyelenggaraan Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan

Pusdiklat BPK RI @ 2009 78


Sistem Pembiayaan Kegiatan Pemerintahan

Input-Output Model
Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah

Pusat Daerah

PAD
Dana Perimbangan
Pinjaman Daerah
Penerimaan Lain-lain

Alokasi

Pelaksanaan
Desentralisasi

Pusdiklat BPK RI @ 2009 79


Lingkup Perimbangan Keuangan
(Pasal 3 UU No. 33 Tahun 2004)
 Desentralisasi

Adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Dekonsentrasi

Adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah
kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah.
 Tugas Pembantuan

Adalah penugasan dari Pemerintah kepada Daerah
dan/atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban
melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaannya kepada yang menugaskan

Pusdiklat BPK RI @ 2009 80


 Pendanaan desentralisasi dilakukan melalui APBN dan
APBD, dengan ketentuan:
a. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi didanai APBD;
b. Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh
gubernur dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi didanai
APBN;
c. Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh
gubernur dalam rangka Tugas Pembantuan didanai APBN;
d. Pelimpahan kewenangan dalam rangka pelaksanaan
Dekonsentrasi dan/atau penugasan dalam rangka pelaksanaan
Tugas Pembantuan dari Pemerintah kepada Pemerintah
Daerah diikuti dengan pemberian dana.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 81


 Dekonsentrasi diselenggarakan dengan asas umum
berikut:
a. Kewenangan Pemerintah Pusat di Daerah Provinsi dalam
rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dilimpahkan kepada
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
b. Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan oleh Dinas Provinsi sebagai perangkat Daerah
Provinsi.
c. Penyelenggaraan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dibiayai atas beban pengeluaran pembangunan APBN.
d. Pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam penyelenggaraan
Dekonsentrasi dilakukan secara terpisah dari APBD.
e. Gubernur memberitahukan kepada DPRD tentang kegiatan
Dekonsentrasi.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 82


 Asas umum pelaksanaan Tugas Pembantuan adalah:
a. Tugas Pembantuan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan
Desa dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan
mempertanggungjawabkannya kepada Pemerintah Pusat.
b. Penyelenggaraan Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dibiayai atas beban pengeluaran pembangunan
APBN.
c. Pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam penyelenggaraan
Tugas Pembantuan dilakukan secara terpisah dari APBD dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
d. Pemerintah Daerah memberitahukan adanya Tugas Pembantuan
kepada DPRD dan Pemerintah Desa memberitahukannya kepada
Badan Perwakilan Desa.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 83


Sumber Penerimaan Daerah
No Sumber pembiayaan Desentralisasi
1 Pendapatan Pendapatan Asli Daerah  Pajak Daerah APBD
Daerah (PAD)  Retribusi Daerah
 Hasil pengelolaan kekayaan Daerah
yang dipisahkan
 Lain-lain PAD yang sah
Dana Perimbangan  Dana Bagi Hasil APBN
 Dana Alokasi Umum
 Dana Alokasi Khusus.
Lain-lain pendapatan  Pendapatan hibah APBN
 Pendapatan Dana Darurat
2 Pembiayaan Sisa lebih perhitungan --
anggaran Daerah
Penerimaan Pinjaman  Pemerintah Menkeu
Daerah  Pemerintah Daerah lain Obligasi
 Lembaga keuangan bank
 Lembaga keuangan bukan bank
 Masyarakat
Dana Cadangan Daerah --
Hasil penjualan kekayaan --
Daerah yang dipisahkan
Pusdiklat BPK RI @ 2009 84
Beberapa Permasalahan Penting
 Kegiatan yang bersifat proyek/pembangunan
dalam bidang lainnya, selain ke-5 kewenangan
utama, yang didekonsentrasikan dan ditugas
pembantuan terlihat sangat kecil karena
kegiatannya lebih bersifat perencanaan,
koordinasi, penetapan pedoman, perizinan dan
fasilitasi
 Pembiayaan Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan akan dijadikan skema alternatif
oleh Pemerintah Daerah untuk mendapatkan
sumber dana tambahan di luar dana
perimbangan.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 85


 Kecenderungan Departemen/LPND untuk
membuat proyek agar dilaksanakan melalui pola
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan padahal
besarnya dana APBN sangat terbatas.

 Departemen Keuangan c.q. Ditjen Perimbangan


Keuangan Pusat dan Daerah, Ditjen Anggaran
dalam rangka UU Nomor 25 tahun 1999
berkewajiban mencegah berlangsungnya proses
“setting back” serta meminimalkan implikasi
keuangan dari penyelenggaraan Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan dengan menyelaraskan
unsur – unsur pembiayaan lainnya
(Desentralisasi / APBD).
Pusdiklat BPK RI @ 2009 86
BAB VI
KEUANGAN NEGARA
YANG DIPISAHKAN
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Badan Pemeriksa Keuangan RI
Tahun 2009

Leading Learning Center


Pokok Bahasan:
 Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dengan Bank Sentral
 Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dengan Pemerintah/Lembaga Asing
 Hubungan Keuangan Antara Pemerintah
dengan Perusahaan Negara, Perusahaan
Daerah dan Perusahaan Swasta
 Hubungan Keuangan Antara Pemerintah
dengan Badan Pengelola Dana Masyarakat

Pusdiklat BPK RI @ 2009 88


Hubungan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dengan Bank Sentral
 Pasal 6 Ayat (2) huruf d UU Nomor 17 Tahun 2003
menyatakan bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan
negara yang dimiliki oleh Presiden selaku Kepala
Pemerintahan tidak termasuk kewenangan di bidang
moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan
mengedarkan uang.
 Kewenangan di bidang moneter ini merupakan
kewenangan Bank Indonesia selaku Bank Sentral
berdasarkan UU Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank
Indonesia.
 Meskipun demikian, Pemerintah Pusat dan Bank
Indonesia berkoordinasi dalam penetapan dan
pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 21 UU Nomor 17 Tahun 2003.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 89


Bagaimanakah
kedudukan Keuangan BI
dalam Keuangan
Negara?
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Badan Pemeriksa Keuangan RI
Tahun 2009

Leading Learning Center


 Kedudukan keuangan dalam BI tetap merupakan
keuangan negara.
 Konsepsi ini dapat dilihat dari kedudukan keuangan
negara dalam BI yang modalnya berasal dari negara.
 Namun berdasarkan aspek pengelolaan dan
pertanggungjawabannya, ada perbedaan mendasar
pada risiko yang ditanamkan oleh negara dalam BI.
 Perlu dipahami bahwa penanaman modal negara
mengandung makna pemerintah menyisihkan kekayaan
negara untuk menambah dan memperkuat struktur
permodalan BI dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 91


Hub keu negara dg BUMN

Pokok Bahasan:
 Kedudukan BUMN dalam Keuangan
Negara menurut UU Nomor 17 Tahun
2003 dan UU Nomor 19 Tahun 2003
 Dinamika yang Berkembang mengenai
Kedudukan BUMN dalam Keuangan
Negara

Pusdiklat BPK RI @ 2009 92


Kedudukan BUMN dalam Keuangan Negara
menurut UU 17/2003 dan UU 19/ 2003

UU Nomor 17 Tahun 2003:


 Pasal 1, Angka 1:

Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
 Pasal 2, huruf g:

Pengertian keuangan negara tersebut antara lain
meliputi kekayaan negara/kekayaan daerah yang
dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain
yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan
yang dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah.
Pusdiklat BPK RI @ 2009 93
UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN
 Pasal 1, Angka 1:

Yang dimaksud dengan BUMN adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
oleh negara melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
 Pasal 4:

Modal BUMN merupakan dan berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan.

Penyertaan modal negara dalam rangka pendirian
atau penyertaan pada BUMN bersumber dari APBN,
kapitalisasi cadangan dan sumber lainnya.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 94


 Sesuai dengan pernyataan Pasal 1 dan
Pasal 2 UU Nomor 17 Tahun 2003 serta
Pasal 1 dan Pasal 4 UU Nomor 19 Tahun
2003  kekayaan BUMN adalah termasuk
keuangan negara.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 95


Hubungan Keuangan Pemerintah
dengan BUMN

Pasal 24 UU Nomor 17 Tahun 2003


 Pemerintah dapat memberikan
pinjaman/hibah/penyertaan modal kepada dan menerima
pinjaman/hibah dari perusahaan negara/daerah dengan
terlebih dahulu ditetapkan dalam APBN/APBD.
 Pemerintah Pusat/pemerintah daerah dapat melakukan
penjualan dan/atau privatisasi perusahaan
negara/perusahaan daerah setelah mendapat
persetujuan DPR/DPRD.
 Dalam keadaan tertentu, untuk penyelamatan
perekonomian nasional, Pemerintah Pusat dapat
memberikan pinjaman dan/atau melakukan penyertaan
modal kepada perusahaan swasta setelah mendapat
persetujuan DPR.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 96


Dinamika yang Berkembang mengenai
Kedudukan BUMN dalam Keuangan
Negara
 Setelah ditetapkannya UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang
BUMN, mulai adanya pihak-pihak yang mempermasalahkan
mengenai kedudukan BUMN dalam keuangan negara.
 Mengacu Pasal 9 dan Pasal 11 UU 17/2003 tentang BUMN
yang menyatakan bahwa terhadap BUMN yang berbentuk
Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang
berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam
UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
 Pernyataan dalam Pasal 9 dan Pasal 11 ini oleh para pihak
tersebut disimpulkan bahwa hukum publik tidak lagi berlaku
terhadap BUMN Persero melainkan hukum privat yang
berlaku pada BUMN Persero sesuai dengan asas lex
specialis derogat lex generalis.
 Permasalahan ini akan dibahas dalam “Studi Kasus”

Pusdiklat BPK RI @ 2009 97


Hubungan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dengan Pemerintah/Lembaga Asing

Pasal 23 UU Nomor 17 Tahun 2003


 Pemerintah Pusat dapat memberikan
hibah/pinjaman kepada atau menerima
hibah/pinjaman dari pemerintah/lembaga asing
dengan persetujuan DPR.
 Pinjaman dan/atau hibah yang diterima
Pemerintah Pusat dapat terus dipinjamkan
kepada pemerintah daerah/perusahaan
negara/perusahaan daerah.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 98


Hubungan Keuangan Antara Pemerintah
dengan Perusahaan Negara, Perusahaan
Daerah dan Perusahaan Swasta

 Pasal 24 UU Nomor 17 Tahun 2003 menyatakan bahwa


pemerintah dapat memberikan pinjaman/hibah/penyertaan
modal kepada dan menerima pinjaman/hibah dari
perusahaan negara/daerah dengan terlebih dahulu
ditetapkan dalam APBN/APBD.
 Selain itu dinyatakan pula bahwa Pemerintah
Pusat/pemerintah daerah dapat melakukan penjualan
dan/atau privatisasi perusahaan negara/perusahaan
daerah setelah mendapat persetujuan DPR/DPRD.
 Dalam keadaan tertentu, untuk penyelamatan
perekonomian nasional, Pemerintah Pusat dapat
memberikan pinjaman dan/atau melakukan penyertaan
modal kepada perusahaan swasta setelah mendapat
persetujuan DPR

Pusdiklat BPK RI @ 2009 99


Hubungan Keuangan Antara Pemerintah
dengan Badan Pengelola Dana Masyarakat

 Pada tingkat pusat, Menteri Keuangan


melakukan pembinaan dan pengawasan
kepada badan pengelola dana masyarakat
yang mendapat fasilitas dari Pemerintah
Pusat.
 Pada tingkat daerah,
gubernur/bupati/walikota melakukan
pembinaan dan pengawasan kepada
badan pengelola dana masyarakat yang
mendapat fasilitas dari pemerintah daerah.

Pusdiklat BPK RI @ 2009 100


Studi Kasus:
Kedudukan Keuangan
BUMN
dan Fatwa MA
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Badan Pemeriksa Keuangan RI
Tahun 2009

Leading Learning Center


Ringkasan dan Simpulan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan


Badan Pemeriksa Keuangan RI
Tahun 2009

Leading Learning Center

Anda mungkin juga menyukai