Anda di halaman 1dari 52

Balut Bidai, Traksi

Skeletal & Kulit,


Perawatan Luka,
Pemberian Obat
Topikal
KONSEP BALUT BIDAI
Kain segitiga (mitella).

•Pembalut pita biasa (zwachtel).


FUNGSI PEMBALUT
a. Supaya jangan kena cahaya.
b. Supaya jangan kena abu atau kotoran.
c. Untuk penekanan, penarikan, penahanan
atau
penunjang, pengunci dan imobilisasi
(anggota itu tidak dapat bergerak).
Cara menggunakan
pembalut mitella (kain
segitiga)

Penggunaan Penggunaan Penggunaan


Pengguna Penggunaan
mitella pada mitella pada mitela pada dahi
mitella pada mitella pada
kepala dengan kepala dengan secara funda
mata hidung secara
cara capitum cara fascia frontis
funda nasi
parvum triangulare nadosa
:
Cara menggunakan
pembalut mitella (kain
segitiga)

Pengguna Penggunaan Penggunaan Penggunaan mitela Penggunaan mitela


mitella pada mitela pada mitela pada sendi pada jari tangan pada pergelangan
dada punggung siku seluruhnya kaki
Cara menggunakan pembalut plaster
(kleffpleister)

Plaster untuk perekatan Plaster untuk


Plaster untuk fiksasi Plaster untuk beunton
kasin basah dilipat-lipat balutan penarik
pada kulit 03
JENIS PEMBIDAIAN

A. Pembidaian sebagai tindakan


pertolongan sementara
B. Pembidaian sebagai tindakan
Dilakukan di tempat cedera sebelum pertolongan definitif
penderita dibawa ke rumah sakit.
Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan
(klinik atau rumah sakit).
Pembidaian pada berbagai fraktur
dalam kegawatdaruratan
A. Patah tulang kepala
Tindakan pertolongannya :
• Korban tidak boleh terlalu sering diangkat-angkat atau di pindahkan sebab gerakan kasar dapat memperparah keadaanya. Bersihkan
mulut, hidung, dan tenggorokannya dari darah, lender/muntahan yang mengganggu jalan nafasnya.
• Baringkan korban dengan kedudukan miring atau kepala ditelungkupkan untuk memudahkan aliran muntah atau lendir yang dapat
menhalangi jalan nafas.
• Apabila tidak ada tanda patah tulang, baringkan korban dengan posisi kepala lebih rendah dari tubuhnya. Bersihkan luka dari kotoran
yang melekat dan setiap pendarahan yang besar harus dihentikan secepat mungkin.
• Pada patah tulang yang terbuka, jangan sekali-kali mencuci lukanya dengan cairan apapun. Bekuan darah atau benda-benda yg masuk
kedalam luka (patah tulang terbuka) tidak boleh disingkirkan.
• Tutuplah lukanya dengan kasa steril dan balutlah dengan balutan yang tidak menekan, korban segera dibawa rumah sakit yang
terdekat.
• Korban yang masih sadar, dilarang membuang ingus atau kotoran dari hidungnya dengan mengendus atau bersin.
Pembidaian pada berbagai fraktur
dalam kegawatdaruratan
B. Patah tulang rahang

Tindakan pertolongannya :
• Untuk mengurangi rasa sakit dan menghambat pembengkakan compress rahangnya dengan es lalu dibalut.
• Cara membalut rahang yang patah dengan mempergunakan pembalut segitiga yang dilipat-lipat miring
(dibelah) sudutnya atau pembalut biasa.
• Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan obat pereda rasa sakit (misalnya asam asetil salisilat, antalgin, &
sebagainya)
• Sementara itu, ia tidak boleh menggerakkan rahangnya kecuali untuk minum dengan menggunakan sedotan.
Pembidaian pada berbagai fraktur
dalam kegawatdaruratan
C. Patah tulang leher
Tindakan pertolongannya:
• Apabila ada kemungkinan patah tulang leher atau punggung, tindakaan untuk memindahkan korban harus
dilakukan hati-hati. Usahkan tidak mengubah posisinya.
• Jika keadaan untuk dipindahkan maka lakukan tanpa menekuk leher
• Jika terjadi pendarahan di daerah leher harus disegera diatasi.
• Cara menolongnya, tekan lah pembuluh darah tersebut pada pangkalnya. Jalan nafas harus di bersihkan agar
tidak menghalangi jalan nafas.
• Setelah pendarahaan diatas dan luka dibersihkan, leher diberi bantal untuk membatasi
gerakaannya. Kemudian angkatlah keatas usungan yang beralas kayu. Dibawa dan disekeliling
leher diberi bantal. Segera bawa korban kerumah sakit.
Pembidaian pada berbagai fraktur
dalam kegawatdaruratan
D. Patah tulang selangka
Tindakan pertolongannya :
• Tindakan pertolongan yang pertama adalah kenakan balutan “ransel” kepada korban.
• Caranya adalah dari pundak kiri pembalut disiliangkan melalui punggung ketiak
kanan. Selanjutnya, dari bawah ketiak kanan kedepan dan keatas pundak kanan. Dari
pundak kanan di silangkan lagi ketiak kiri lalu pundak kanan.
• Sebaiknya dibawah ketiak diberi alas kain agar pembalut tidak melukai kulitnya
kemudian bawah penderita kerumah sakit.
Pembidaian pada berbagai fraktur
dalam kegawatdaruratan
E. Patah tulang lengan atas
Tindakan pertolongannya:
• Pasanglah bidai disepanjang lengan atas dan berikan balutan untuk mengikatnya.
Kemudian dengan siku terlipat dan lengan bawah merapat ke dada, lengan
digantungkan ke leher.
• Apabila patah tulang terjadi didekat sendi siku, biasanya siku tidak dapat dilipat.
• Pasanglah bidai yang juga meliputi lengan bawah. Lalu biarkan lengan dalam lurus
tanpa perlu digantungkan ke leher.
Pembidaian pada berbagai fraktur
dalam kegawatdaruratan
F. Patah tulang lengan bawah
Tindakan pertolongannya:
• Pasangkan sepasang bidai disepanjang lengan bawah. Bidai ini dapat dibuat dari 2
bilah papan atau dapat pula bahan lain misalnya tumpukan kertas atau kertas Koran.
Apabila menggunakan dua papan maka sebilah dipasang disisi luar lengan dan
sebilahnya lagi di sisi dalamnya. Ikat bidai itu dengan pembalut, lalu gantungkan
lengan yang patah itu ke leher.
Pembidaian pada berbagai fraktur
dalam kegawatdaruratan
G. Patah tulang pergelangan/ telapak tangan
Tindakan pertolongannya:
• Pertolongan pertama tidak beda dengan patah tulang lengan bawah, hanya saja bidai diperpanjang
hingga telapak tangan.
• Tulang telapak tangan dapat patah apabila terkena pukulan langsung yang keras, misalnya pada petinju.
• Lakukan pertolongan dg menarik tangan korban kuat-kuat dan pertahankan tarikan selama 5-10 menit
agar patahan tulang saling menjauh.
• Lalu minta orang lain mempertahankan tarikan inidan penolong lain menluruskan tulang yang patah
lalu perlahan tarikan dikndorkan sehingga ujung tulang saling bertemu.
• Setelah itu, telapak tangan dibidai dalam kedudukan jari-jari melengkung
• Antara bidai dan telapak tangan diberi bantalan lembut padat. Bidai dipasang lurus dan meliputi ujung
lengan bawah.
Pembidaian pada berbagai fraktur
dalam kegawatdaruratan
H. Patah tulang jari tangan

Patah tulang jari tangan dapat dibidai


dengan beda-beda yang mudah didaapat
di sekitar kita seperti bambu, sendok
kayu, es cream, atau kawat tusuk konde.
Apabila memungkinkan (tidak terasa
sakit bila membengkokkan jari),
sebaliknya jari di bidai dalam kedudukan
setengah melengkung.
Pembidaian pada berbagai fraktur
dalam kegawatdaruratan
I. Patah tulang rusuk

Tindakan pertolongannya:
• Iga yang patah difiksasi (yaitu ditopang agar tidak bergerak) dengan
menggunakan plaster biasanya, jangan memakai bidai atau pengikat dada kaku.
• Cara pembidaian langsung dengan plaster ini disebut stapping
• Kadang-kadang sulit untuk memastikan iga mana saja yang patah maka stapping
dilakukkan pada seluruh iga
• Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan obat pereda nyeri, misalnya astaminofen,
asam mefenamat, dan metamisol.
Pembidaian pada berbagai fraktur
dalam kegawatdaruratan
J. Patah tulang belakang

Tindakan pertolongannya :

• Biarkan korban dalam keadaan terbaring dan jangan merubah posisinya.


• Siapkan usungan yang beralas keras, misalnya dengan mempergunakan
papan lalu dengan hati-hati angkat korban ke usungan tersebut.
• Beri bantalan dibawah pinggangnya untuk mengurangi rasa sakit dan agar
tidak bergerak jika di usung.
Pembidaian pada berbagai fraktur
dalam kegawatdaruratan
K. Patah tulang pinggul

Tindakan pertolongannya :
• Saat pemeriksaan, jangan menekan daerah pinggul yang terluka karena akan
merusak jaringan organ yang ada didalam rongga pinggul
• Korban harus dibawah dengan usungan, dimana kedua kaki dan lututnya diikat
menjadi satu
• Dibawah lutut diberikan bantalan yang lunak, bantalan juga dipasang dibawah
pinggul, samping, dan kanan pinggul.
Pembidaian pada berbagai fraktur
dalam kegawatdaruratan
L. Patah tulang paha

Tindakan pertolongannya

Bidai dipasang memanjang dari punggung hingga ke


kaki. Harus dipastikan bidai telah terpasang sebelum
korban dipindahkan atau diusung ketempat lain.
Pembidaian pada berbagai fraktur
dalam kegawatdaruratan
M. Tempurung lutut pecah

Tindakan pertolongannya :
• Berikan balutan menekan diatas lutut untuk menghambat atau
mengurangi pembengkakan, kompres air dingin untuk mengurangi
nyerinya.
• Kemudian dengan posisi lutut sedikit terlipat, pasang bidai dibawah
lutut, dan pergelangan kaki diberi bantalan yang lunak
• Sementara menunggu untuk usung lutut yang cedera diletakkan lebih
tinggi dari bagian tubuh lainnya.
Pembidaian pada berbagai fraktur
dalam kegawatdaruratan
N. Patah tulang tungkai bawah

Tindakan pertolongannya :
• Tungkai dibidai dengan dua buah bidai yang dipasang mulai dari
mata kaki sampai beberapa jari diatas lutut. Papan bidai dibungkus
dengan kain untuk selimut pada bagian yang menempel betis.
• Tungkai yang patah harus di gips atau bidai sekitar 2 bulan
lamanya.
• Apabila tulang yang patah diatas pergelangan kaki, pembidaian
Pembidaian pada berbagai fraktur
dalam kegawatdaruratan
O. Patah tulang telapak kaki

Tindakan pertolongannya:
Berikan balutan yang menekan dan pasang bidai di
bawah telapak kaki serta letakkan bantalan kain di
belakang tumitnya.
SOP PROSEDUR BALUT BIDAI
LIHAT DI WORD
KONSEP TRAKSI
Pengertian

Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi


digunakan untuk meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi,
menyejajarkan, mengimobilisasi fraktur, mengurangi deformitas, dan
untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang.
Untuk itu, traksi diperlukan untuk reposisi dan imobilisasi pada
tulang panjang.
Tujuan Pemasangan

a. Traksi kulit digunakan untuk mengontrol spasme kulit,


b. Memberikan imobilisasi.
c. Untuk mengurangi dan mempertahankan kesejajaran
tubuh
d. Untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan
patahan tulang
Keuntungan dan Kekurangan
Pemasangan Dalam Traksi

Keuntungan pemakaian traksi:

a. Menurunkan nyeri spasme

b. Mengoreksi dan mencegah deformitas

c. Mengimobilisasi sendi yang sakit


Kerugian pemakaian traksi

a. Perawatan RS lebih lama

b. Mobilisasi terbatas

c. Penggunaan alat-alat lebih banyak.


Cara Menghitung Beban Traksi :

Beban Traksi

Dewasa = 5 – 7 Kg.

Anak = 1/13 x BB
Jenis - Jenis Traksi Kulit

Traksi dari Gallow atau traksi dari Traksi dari Hamilton Russel, digunakan
Brayant, dipergunakan pada fraktur pada anak-anak usia lebih dari 2 tahun.
femur anak-anak usia di bawah 2
tahun .
Indikasi dan Komplikasi
Indikasi
Komplikasi :
a. Traksi kulit merupakan terapi pilihan pada fraktur
femur dan beberapa fraktur suprakondiler humeri
anak-anak. a. Penyakit trombo emboli.
b. Pada reduksi tertutup dimana manipulasi dan
imobilisasi tidak dapat dilakukan. b. Abersi, infeksi serta alergi pada
c. Merupakan pengobatan sementara pada fraktur sambil
menunggu terapi definitif. kulit. 
d. Fraktur-fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil
misalnya fraktur suprakondiler humeri pada anak-anak.
e. Untuk traksi pada spasme otot atau pada kontraktur
sendi misalnya sendi lutut dari panggul.
f. Untuk traksi pada kelainan-kelainan tulang belakang
seperti hernia nukleus pulposus (HNP) atau spasme
otot-otot tulang belakang.
SOP PROSEDUR PEMASANGAN
TRAKSI LIHAT DI WORD
Konsep Perawatan Luka
Konsep Dasar Perawatan Luka
Definisi Luka

Luka didefinisikan sebagai terputusnya kontinuitas jaringan tubuh oleh sebab-


sebab fisik, mekanik, kimia dan termal. Luka, baik luka terbuka atau luka
tertutup, merupakan salah satu permasalahan yang paling banyak terjadi di
praktek sehari-hari ataupun di ruang gawat darurat. Penanganan luka
merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh dokter umum.
Jenis-jenis Luka
Berdasarkan penyebabnya luka dibagi menjadi:

Erosi : Luka hanya sampai stratum corneum

Abrasi : Luka sampai stratum spinosum

Excoriasi : Luka sampai stratum basale


Kontusio

1) Biasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau ledakan.

2) Dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang luas.

3) Pada awalnya, lapisan kulit di atasnya bisa jadi intak, tapi pada akhirnya
dapat menjadi non-viable.

4) Hematoma berukuran besar yang terletak di bawah kulit atau atau di dalam
otot dapat menetap.

5) Kontusio luas dapat mengakibatkan infeksi dan compartment syndromes.


Laserasi

Laserasi terjadi jika kekuatan trauma melebihi

kekuatan regang jaringan, misalnya robekan kulit

kepala akibat trauma tumpul pada kepala.

Laserasi diklasifikasikan berdasarkan mekanisme

terjadinya, yaitu :
Insisi : - Luka sayatan, disebabkan oleh benda tajam.

- Kerusakan jaringan sangat minimal.

- Contoh : luka tusuk, luka pembedahan, terkena pecahan kaca.

- Ditutup dengan bantuan jahitan, klip, staples, adhesive strips (plester)

atau lem. Luka pembedahan dapat terbuka kembali secara spontan

(dehisensi) atau dibuka kembali karena terbentuk timbunan cairan, darah

(hematoma) atau infeksi.


Tension laceration :
- Disebabkan oleh trauma tumpul, biasanya karena tangential force yang
kekuatannya melebihi daya regang jaringan.

- Akibatnya adalah terjadinya robekan kulit dengan tepi tidak teratur


disertai kontusio jaringan di sekitarnya.

- Contoh : benturan dengan aspal pada kecepatan tinggi, laserasi kulit


karena pukulan tongkat dengan kekuatan tinggi.
Crush laceration atau compression
laceration :
- Laserasi kulit terjadi karena kulit tertekan di antara objek dan tulang di bawahnya.

- Laserasi tipe ini biasanya berbentuk stellate dengan kerusakan sedang dari jaringan di
sekitarnya.

- Kejadian infeksi lebih tinggi.

- Hasil kosmetik kurang baik.

- Contoh : laserasi kulit di atas alis seorang anak karena terjatuh dari meja.
Berdasarkan tingkat kontaminasinya, luka
dibagi menjadi

Luka bersih Luka bersih terkontaminasi


Berdasarkan tingkat kontaminasinya, luka
dibagi menjadi

Luka terkontaminasi Luka kotor/infeksi


Berdasarkan tingkat kontaminasinya, luka
dibagi menjadi

Luka terkontaminasi Luka kotor/infeksi


Luka terkontaminasi Luka kotor/infeksi
Berdasarkan onset terjadinya luka, luka
diklasifikasikan menjadi:

LUKA AKUT LUKA KRONIS

Ulkus pressure
Abrasi Kulit Luka Pembedahan Ulkus kronis di kaki (dekubitus) grade
4 pada
tuberositas ischii
dengan tendon
Tipe Penyembuhan Luka
a. Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu penyembuhan yang terjadi segera setelah diusahakan
bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.

b. Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan primer.
Tipe ini dikarakteristikkan oleh adanya luka yang luas dan hilangnya jaringan dalam jumlah besar. Proses penyembuhan
terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.

c. Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah
tindakan debridement. Setelah diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari). Luka ini merupakan tipe penyembuhan
luka yang terakhir
Penatalaksanaan/Perawatan Luka
a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).

b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit.


Prinsip Perawatan Luka
Ada dua prinsip utama dalam perawatan luka kronis semacam ini. Prinsip pertama menyangkut
pembersihan/pencucian luka. Luka kering (tidak mengeluarkan cairan) dibersihkan dengan teknik
swabbing, yaitu ditekan dan digosok pelan-pelan menggunakan kasa steril atau kain bersih yang
dibasahi dengan air steril atau NaCl 0,9 %.

Sedang luka basah dan mudah berdarah dibersihkan dengan teknik irrigasi, yaitu disemprot lembut
dengan air steril (kalau tidak ada bisa diganti air matang) atau NaCl 0,9 %.
SOP PROSEDUR PERAWATAN LUKA
TERKONTAMINASI
SOP PROSEDUR PERAWATAN LUKA
TERKONTAMINASI
Konsep Pemberian Obat
Topikal

Pengertian Obat-obatan Topikal


Obat-obatan topikal adalah jenis obat yang dimaksudkan untuk
memberikan reaksi atau pengaruh langsung pada tempat tertentu
atau secara lokal.
Tujuan Pemberian Obat
Topikal

Tujuan pemberian obat topikal secar umum


adalah untuk memperoleh reaksi lokal dari obat
tersebut.
Macam-macam Penggunaan
Obat Topikal
Tujuan pemberian obat topikal secar
umum adalah untuk memperoleh
reaksi lokal dari obat tersebut.

a. Pemakaian pada kulit


b. Tetes mata
c. Instilasi telinga
d. Instilasi hidung
Prinsip 12 Benar
Pemberian Obat
• Benar Pengkajian
• Benar obat
• Benar dosis
• Benar klien
• Benar rute/cara pemberian
• Benar waktu
• Benar Penolakan
• Benar riwayat pengobatan
• Interaksi antara obatdengan obat atau obat dengan makanan
SOP PROSEDUR PEMBERIAN OBAT
TOPIKAL

Anda mungkin juga menyukai