Disusun oleh :
Kelompok V (Lima)
Angelica Siahaan
Deltarianto Zalukhu
Destini Zebua
Mei Krismon Laoli
Putra Budiman
Rachelia Sembiring
Reza Syahputri
Dosen : Patimah Sari Siregar, S.Kep., Ns.
A. Isu dan tren pelayanan kesehatan lansia
Menurut Ratnawati & Emmelia ( 2018 ) ada beberapa hal menjadi isu
mengenai lansia yang ada di indonesia sebagai berikut :
Pada tahun 2000 jumlah lansia diproyeksikan sebesar 7.28% dan pada
tahun 2002 meningkat menjadi sebesar 11.34%.
Data Biro Sensus Amerika Serikat memerkirakan Indonesia bakal
mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar di seluruhdunia pada
tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414%.
Data dari Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi
lansia berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta
orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050
Diperkirakan pula lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0- 14 tahun)
Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan antara tahun
2005-2010 jumlah lansia sama dengan jumlah anak balita yaitu sekitar 19
juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk
B. Jenis upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia
Jenis-jenis upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia di bagi menjadi 5 yaitu :
( Ratnawati & Emmelia 2018 )
1. Promotif
a. Upaya promotif juga menjadi proses advokasi kesehatan dalam meningkatkan dukungan
klien, tenaga profesional serta masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif
menjadi norma-norma sosial.
b. Upaya perlindungan kesehatan lansia meliputi:
Mengurangi cedera.
Meningkatkan keamanan di tempat kerja.
Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk.
keamanan, penanganan makanan serta obat-obatan.
Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut.
2. Prevention
a. Melakukan pencegahan primer yaitu:
Imunisasi
Konseling seperti berhenti merokok berhenti
konsumsi, dsb,
Dukungan nutrisi
Olah raga secara teratur.
b. Melakukan pencegahan sekunder yaitu:
Kontrol hipertensi.
Deteksi sekaligus pengobatan kanker.
Skrining, yaitu pemeriksaan mamogram, rectal, papsmer, gigi, mulut, dsb.
Melakukan pencegahan tersier yaitu:
Mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi sarana prasarana rehabilitasi,
dan juga membatasi ketidakmampuan akibat kondisi kronis. Misalnya kondisi kronis
osteoporosis atau inkontinensia urine.
Mendukung usaha agar mempertahankan kemampuan untuk berfungsi.
3. Diagnosis dini dan pengobatan
Dapat dilakukan oleh lansia sendiri, seperti misalnya dengan melakukan tes diri
dan skrining kesehatan.
Petugas profesional dengan melakukan pemeriksaan meliputi; status fisik,
wawancara kondisi keschatan masa lalu dan saat ini, obat yang dikonsumsi,
kebiasan merokok, riwayat keluarga, dsb.
Pengobatan terhadap semua gangguan sistem dan gejala. manifestasi klinik,
serta terhadap masalah geriatri
4. Pembatasan kecacatan
Kecacatan sementara (dapat dikoreksi)
Kecacatan menetap tidak bisa pulih)
Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:
Asesmen
Identifikasi masalah
Perencanaan
Pelaksaan
Evaluasi
5. Pemulihan/rehabilitasi
Prinsip-prinsip yang dianut untuk menjalankan pemulihan antara lain:
Lingkungan harus aman dari gangguan
Senantiasa jaga kenyamanan, istirahat, aktivitas, dan mobilitas.
Pertahankan kecukupan gizi.
Jalankan fungsi pernapasan.
Pertahankan aliran darah
Pertahankan fungsi pencernaan dengan baik,
Pertahankan fungsi saluran perkemihan maksimal
Meningkatkan fungsi psikososial.
C. Prinsip pelayanan kesehatan pada lanjut usia
A. Prinsip Holistik
Sifat holistik mengandung artian baik secara vertikal atau horizontal. Secara
vertikal dalam arti pemberian pelayanan harus dimulai dari pelayanan di masyarakat
sampai ke pelayanan rujukan tertinggi, yaitu rumah sakit yang mempunyai
pelayanan subspesialis geriatri. Holistik secara horizontal berarti bahwa pelayanan
kesehatan harus merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan usia lanjut secara
menyeluruh.