Anda di halaman 1dari 24

ADMINISTRASI

PAJAK
C3
Untuk
SMK/ MAK
Kelas XII
Bab
1 A. PAJAK
PENGHASILAN FINAL

B. MENGHITUNG
Penghitungan PAJAK
Pajak Penghasilan PENGHASILAN
Wajib Pajak Badan WAJIB
PAJAK BADAN

C. SURAT SETORAN PAJAK


D. LAMPIRAN SPT PPH BADAN
A. PAJAK PENGHASILAN FINAL
Pajak Penghasilan bersifat Final adalah pa-
jak penghasilan yang pengenaannya sudah
final (berakhir) sehingga tidak dapat dikre-
ditkan (dikurangkan) dari total pajak pengha
silan terhutang pada akhir ahun pajak
1. Penghasilan dari bunga deposito dan ta-
bungan lainnya
Berdasarkan UU No.36 tahun 2008 pasal 4
ayat (2) tentang pajak penghasilan, pajak
penghasilan final terdiri atas bunga
deposito dan bunga obligasi
a. Penghasilan Bunga Deposito
Berdasarkan PP No.31 tahun 2000 tentang PPh
atas bunga deposito dan abungan serta Diskonto
SBI yang mulai berkalu 1 januari 2001.

Deposito adalah dengan nama dan dalam bentuk


apapun termasuk deposito berjangka, sertifikat de
posito dan deposit on call baik dalam rupiah mau-
pun dalam faluta asing, yang ditempatkan pada
atau diterbitkan oleh Bank,termasuk bunga yang
diterima atau diperoleh dari deposito dan tabung-
an yang ditempatkan di luarnegeri melalui bank
yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indo-
nesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
Besarnya PPh atas bunga dari deposito dan ta-
bungan serta diskonto SBI adalah 20% dan jumlah
bruto terhadap wajib pajak dalam negeri dan Ben-
tuk Usaha Tetap (BUT).

Sementara itu dposito yang dikecualikan dan pe-


motongn PPh adalah sebagai berikut:

1). Deposito dan Tabungan serta SBI tersebut ti-


dak melebihi Rp7.500.000,00 dan bukan meru-
pakan jumlah yang dipecah pecah

2). Bunga dan diskonto yang diterima atau diper-


oleh bank yang didirikan di Indonesia atau ca-
bang bank luar negeri di Indonesia.
3). Bunga deposito dan tabungan serta diskonto
SBI yang diterima atau diperoleh dari dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
menteri keuangan sepanjang dananya dipero-
leh dari sumber pendapatan sebagaimana di-
maksud dalam pasal 29 UU No. 11 tahun 1992
tentang dana pensiun, diberikan berdasarkan
Surat Keterangan Bebas (SKB) yang diterbit-
kan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat dana
pensiun.
4). Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pe-
merintah untuk kavling/ pemilikan rumah se-
derhana atau sangat sederhana atau rumah su-
sun sederhana sesuai dengan ketentuan yang
berlaku untuk dihuni sendiri.

5). Orang pribadi subyek pajak dalam negeri yang


seluruh penghasilannya dalam atu tahun pajak
termasuk bunga dan diskonto tidak melebihi
penghasilan tidak kena pajak atau pajak yang
telah dipotong, dapat mengajukan permohon-
an pengembalian (retribusi)
B. MENGHITUNG PAJAK PENGHASILAN
WAJIB PAJAK BADAN
1. Tentang Pajak penghasilan berdasarkan
PP No. 46 tahun 2013 yang diterima/ diper-
oleh wajib Pajak yang memiliki peredaran
bruto tertentu, wajib pajak badan, yang
menerima penghailan dari usaha dengan
peredaran bruto tidak melebihi
Rp4.800.000.000,00 dalam satu tahun pa-
jak dikenai PPh final dengan tarif sebesar
1% dari jumlah peredaran bruto setiap bu-
lan dan setiap usaha, mulai berlaku 1 juli
2013 s.d. 31 juli 2013
2). Pajak Penghasdilan berdasarkan PP No.23 ta-
hun 2013

Persaturan ini berlaku sejak 1 Agust 2018.


Konsekwensi memilih penghitungan pajajk meng-
gunakan tarif ini, perusahaan harus membayar pa-
jak 0,5% dari peredaran bruto.

Ketentuan tarif pajak ini berdasarkan PP No.23 ta


hun 2018 tentang pajak penghasilan atas pengha-
silan dan usaha yang diterima atau diperoleh Wa-
jib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu
antara lain sebagai berikut:
a. Pengenaan tarif PPh final 0,5%
memiliki batas waktu.
Setelah batas waktu tersebut berakhir, WP akan
kembali menggunakan skema normal seperti
diatur oleh pasal 17 UU 36 tahun 2008.
Hal ini ditujukan untuk mendukung wajib pajak
menyelenggarakan pembukuaan dan pengem-
bangan usaha. Batas waktu yang diberikan peme
Rintah bagi WP yang ingin memanfaatkan tarif
PPh final 0,5% adalah sebagai berikut:

1). 7 tahun pajak untuk WP orang pribadi


2). 4 tahun pajak untuk WP badsn berbentuk
koperasi, CV atau Firma
3). 3 tahun pajak agi WP badan berbentuk
perseroan terbatas

b. Tarif PPh final 0,5% bersifat opsional.


Pemerintah telah memutuskn menetapkan tarif
PPh final menjadi 0,5%.
Ketentuan ini bersifat opsional karena wajib pajak
dapat memilih untuk mengikuti tarif dengan
skema final 0,5%
atau menggunakan skema final yang mengacu pa
da pasal 17 UU No.36 tahun 2008 tentang pajak
penghasilan.
C. SURAT SETORAN PAJAK (SSP)

SSP asalah surat yang digunakan oleh Wajib Pa-


jak untuk melakukan pemnayaran atau penyetoran
pajak yang terutang ke kas negara melalui kantor
pos dan/ atau bank badan usaha milik negara atau
tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Mente
ri Keuangan.

1. Jenis Surat Setoran Pajak (SSP)


SSP berfungsi sebagai bukti potong/ bukti pungut,
antara lain pembayaran PPN impor, PPN bendaha-
rawan, PPN pasal 22 impor dan PPh pasal 22 ben-
Daharawan.
a. Surat Setoran Pajak (SSP) Standar.
SSP standar adalah surat yang digunakan untuk
melakukan pembayaran atau penyetoran pajak
yang terutang ke kantor penerima pembayaran
dan digunakan sebagai bukti pembayaran.

SSP standar digunakan untuk pembayaran semua


jenis pajak baik yang bersifat final maupun yang
bukan final, kecuali setoran pajak bumi dan ba-
ngunan bumi dan bangunan serta bea perolehan
hak atas tanah dan bangunan.
b. Surat Setoran Pajak (SSP) Khusus.
SSP Khusus adalah bukti pembayaran atau penye
toran pajak yang terutang ke kantor penerima
pembayaran yang dicetak oleh kantor penerima
pembayaran dengan menggunakan mesin tran-
saksi dan/atau alat lainnya yang isinya sesuai de-
ngan yang ditetapkan dalam keputusan dirjen pa-
jak dan mempunyai fungsi yang sama dengan su-
rat setoran pajak standar dalam administrasi per-
Pajakan.
2. Petunjuk Pengisian Surat Setoran Pajak (SSP)
Dalam mengisi SSP terdapat beberapa unsur po-
kok yang harus dilengkapi oleh penyetor, seba-
gai berikut:
a. Isilah kolom berikut ini
1). Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
2). Nama Wajib Pajak
3). Alamat wajib Pajak
b. Mengapa kode akun pajak dan kode jenis
setoran pajak orang pribadi. Yang harus
diperhatikan
1). Kode akun pajak ditulis dengan mengggu-
nakan angka kode akun pajak untuk setiap
jenis pajak yang akan dibayarkan atau dise
torkan
2). Untuk kode jenis setoran ini, ditulis dengan
angka dalam kolom kode jenis setoran
untuk setiap jenis pajak yang akan dibayar-
kan.
c. Mengisi kolom uraian pembayaran
berdasarkan uraian yang terdapat dalam kolom
jenis setoran.
d. Mengisi masa pajak dengan memberikan tanda
silang untuk kolom bulan masa pajak yang
akan dibayarkan pajaknya.
e. Mengisi tahun pajak dengan menuliskan
terutangnya pajak
f. Mengisi nomor keterangan berdasarkan surat
ketetapan yang tercantum pada surat
ketetapan pajak (SKPKB dasn SKPKBT) atau
surat tagihan pajak (STP) hanya apabila SSP
digunakan untuk membayar atau menyetor
pajak yang kurang dibayar/ disetor.
g. Kolom Jumlah pembayan diisi dengan angka
jumlah pajak yang dibayar atau disetor dalam
rupiah penuh. Apabila pembayaran pajak dila-
kukan dengan menggunakan mata uang asing
seperti dollar amerika, harus diisi secara leng-
kap sampai dengan seri.

h. Pada bagian yang diterima oleh kantor pene-


rima pembayaran (untuk SSP Standar) diisi
tanggal penerimaan pembayaran atau setoran
oleh kantor penerima pembayaran (bank per-
sepsi/ devisa persepsi atau PT Pos Indonesia)
tanda tangan dan nama jelas petugas penerima
pembayaran atau setoran, cap/ stempel kantor
penerima pembayarsan.
i. Pada bagian wajib pajak/ penyetor (untuk SSP
Standar) diisi dengan tempat, tanggal pemba-
yaran, tanda tangan dan nama jelas wajib pa-
jaknya dengan disertai stempel usahanya.

j. Pada ruang validasi kantor penerima pemba-


yaran (untuk SSP Standar) diisi dengan nomor
transaksi pembayaran dan nomor transaksi
bank yang dilakukan oleh kantor penerima
pembayaran yang sudah mengadakan perjan-
jian dengan dirjen pajak
D. LAMPIRAN SPT PPh BADAN
1. Lampiran Khusus 8A
a. Lampiran 8A-1 untuk perusahaan industri
manufaktur
Perusahaan manufaktur adalah badan usaha yang
kegiatannya mengolah bahan baku menjadi pro-
duk jadi agar dapat memberikan manfaat yang le-
bih banyak.
Perusahaan ini mengolah input dasar menjadi pro
duk jadi yang akan dijual kepada masing masing
pelanggan. Elemen laporan keuangan pada lampir
an 8A-1 untuk perusahaan manufaktur seperti pa-
da contoh.
b. Lampiran 8A-2 jntuk perusahaan dagang.
Perusahaan dagang adalah badan usaha yang ke-
giatannya membeli barang, menyimpan sementa-
ra, tidak mengubah bentuk dan menyalurkan ba-
rang dari produsen kepada konsumen dengan ha-
rapan memperoleh laba sebesar selisih antara har
ga jual dan harga pokok.

Perusahaan ini juga menjual produk ke pelanggan


tetapi perusahaan ini tidak memproduksi sendiri
barang yang akan dijual, melainkan membeli dari
perusahaan lain barang yang akan dijualnya.

Elemen laporan keuangan pada lampiran 8A-2


untuk perusahaan dagang seperti pada contoh ini.
c. Laporan 8A-3 untuk bank convensional
Bank convensional adalah bank yang melaksana-
kan kegiatan usaha convensional yang dalam kegi
atannya memberikan jasa dalam lalu lintas pemba
yaran secara umum berdasarkan prosedur dan ke
tentuan yang telah ditetapkan.
Elemen laporan keuangan pada lampiran 8A-3 un-
tuk bank convensional sebagai contoh ini
d. Laporan 8A-4 unuk bank syariah
Bank syariah adalah entias yang melakukan peng-
himbauan dana dan masyarakat dalam bentuk pem
biayaan. Berdasarkan UU No.21 tahun 2008 tentang
perbankan syariah, adalah bank yang menjalankan
usahanya berdasarksn prinsip syariah.
e. Laporan 8A-5 untuk perusahaan asuransi
Asuransi merupakan bentuk pengalihan resiko
dengan cara menstranfernya kepada pihak lain
yaitu perusahaan asuransi.
Elemen laporan keuangan pada lampiran 8A-5
sebagai berikut.
f. Laporan 8A-6 untuk perusahaan asuransi
non kwalifikasi dengan contoh sebagai berikut
g. Lampiran 8A-7 untuk perusahaan dana pensiun
Merupakan perusahaan yang menerima dan me-
ngelola dana dari masyarakat peserta pernsiun,
dibayarkan kembali setelah jangka waktu tertentu
sesuai perjanjian. Elemen laporannya sebagai
berikut
2. Laporan khusus 1A
a. Tarif Penyusutan aset tetap berwujud.
Dengan persetujuan Dirjen Pasjak, WP diperkenan
kan melakukan penyusutan mulai pada bulan aset
tersebut digunakan untuk mendapatkan , menagih
dan memlihara penghasilan atau pada bulan aset
yang bersangkutan mulai menghasilkan.
Dasar hukum pengelompokan penyusutan dan
amortisasi aset adalah Peraturan Menteri Keuang
an No. 96/PMK.03/2009 tentang jenis jenis harta
yang termasuk dalam kelompok harta berwujud
bukan bangunan untuk keperluan penyusutan.
Penghitungan penyusutan, masa manfaat, dan
tarif penyusutan aset berwujud, seperti contoh
b. Amortisasi aset tetap tidak berwujud
Amortisasi merupakan penurunan atau pengurang-
an nilai secara bertahap padda aset tidak berwujud

Aset tidak berwujud yang dapat diamortisasi


Adalah Pengeluaran untuk memperoleh aset tidak
berwujud dan pengeluaran lainnya (termasuk biaya
perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha
dan hak pakai) yang mempunyai masa manfaat le-
bih dari satu tahun yang digunakan untuk menda-
patkan, menagih dan memelihara penghasilan.
Metodenya sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai