Anda di halaman 1dari 49

Journal Reading

PENYAKIT MATA PADA PASIEN


DIABETES YANG DISKRINING
DENGAN TELEMEDICINE

Oleh
Fadholi Hibatullah 1510070100038
Nurhidayati 1710070100053

PRESEPTOR :
dr. MAYASARI NASRUL, Sp.M

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
PADANG
2021
Anatomi mata
 Bola mata disusun oleh tiga
lapisan, yaitu: sklera,koroid, dan
retina
 Lapisan terluar sklera tampak
putih gelap dan ada yang bening
yaitu pada bagian iris dan pupil
yang membentuk kornea
 Lapisan tengah yaitu koroid
mengandung pembuluh-pembuluh
darah yang arteriolnya masuk
kedalam badan silier yang
menempel pada ligamen
suspensori dan iris
 Lapisan terdalam adalah retina
yang tidak mempunyai bagian
anterior mengandung reseptor
cahaya (fotoreseptor) yang terdiri
dari sel batang dan sel kerucut
Anatomi Retina

 Membran nervosa yg
berisi reseptor-
reseptor khusus yg Ora
serata
menerima bayangan
objek-objek yg dilihat.

 Batasnya ireguler dan


dinamakan ora serata.
Retina
 Retina merupakan membran yang tipis, halus dan tidak
berwarna, tembus pandang.
 Yang terlihat merah pada fundus adalah warna koroid
 Menurut fungsinya retina dibagi menjadi:
1. Pars optica retinae
Merupakan bagian retina yang mempunyai sel khusus penerima
rangsang cahaya
2. Pars coeca retinae
- Merupakan bagian dari retina yang tidak mempunyai sel khusus
- Termasuk disini yaitu: pars ciliaris retinae dan pars iridis retinae
Sel batang dan sel kerucut
 Dua tipe sel batang dan kerucut ialah elemen peka cahaya dari
retina dimana proses transduksi dimulai
 Sel batang berbentuk silindris, sementara sel kerucut agak
meruncing ke ujung
 Sel batang dan kerucut tidak menyebar secara merata di retina
 Di titik buta tidak ada sel batang dan kerucut dan maka dari itu
penglihatan tidak memungkinkan
 Sel kerucut paling banyak ditemui dibagian retina yang disebut
fovea, yang tidak mengandung sel batang sama sekali
 Fovea merupakan bagian retina yang kita pakai untuk melihat
objek yang ingin kita lihat dengan jelas
 Sel batang paling banyak berada sekitar 20 derajat dari fovea
Makula lutea
 Dimana aksis mata memotong retina, terletak makula lutea.
 Di tengah-tengahnya terdapat lekukan dari fovea sentralis.
 Struktur makula lutea:
1. Tidak ada serat saraf
2. Sel-sel ganglion sangat banyak dipinggir-pinggirnya, tetapi
di makula sendiri tidak ada
3. Lebih banyak kerucut daripada batang dan telah
bermodifikasi menjadi tipis-tipis. Di fovea sentralis hanya
terdapat kerucut.
 Nasal dari makula lutea, kira-kira pada jarak 2 diameter papil
terdapat papilla nervi optisi, yaitu tempat dimana N II
menembus sklera.
Lapisan Retina

 Membran limitans interna


 Lapisan serabut saraf merupakan lapisan
akson sel ganglion
 Lapisan sel ganglion merupakan lapisan sel
saraf bercabang.
 Lapisan pleksiform dalam
 Lapisan nukleus dalam
 Lapisan pleksiform luar
 Lapisan nukleus luar
 Membran limitans eksterna
 Lapisan fotoreseptor
 Epitel pigmen retina.
Fisiologi retina

 Fungsi penglihatan normal tergantung pada komunikasi utuh


antara persyarafan, glial, mikroglial, vaskular dan epitel
berpigmen dari retina.
 Fungsi dasar retina – menangkap foto, mengubah energi
fotokimia menjadi energi listrik, menggabungkan potensial aksi
dan mengirimnya ke lobus oksipital otak.
 Struktur retina yang unik memberi fungsi fisiologi
yang unik
1. Axon retina tidak dilapisi myelin, karna myelin adalah
opak dan menghalangi transmisi cahaya.
2. Kepadatan pembuluh darah dalam menyerap cahaya
rendah, sehingga tekanan oksigen dlam retina relatif
hipoksia dengan pO2 hanya 25mm.
3. Bagian dalam retina mempunyai mitokondria lebih
sedikit yang mengandung penyerap cahaya heme-
based protein sitokrom dari rantai transport
elektron.
Retinopati DM
Definisi :
Suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh
kerusakan dan sumbatan pembuluh darah halus yang
meliputi arteriol prekapiler retina, kapiler-kapiler, dan
vena-vena.
Epideimologi :
 Insidensi pada 40-50% penderita DM, prognosis kurang baik
 Di AS terdapat kebutaan 5000 orang pertahun e.c
Retinopati DM
 Di Ingris, retinopati DM menduduki peringkat ke4 penyebab
kebutaan
Faktor Resiko

1). Lamanya pasien menderita diabetes


2). Beratnya hiperglikemi
3). Peningkatan kadar lipid serum
4). Kehamilan
5). Hipertensi
7). Lain-lain ( merokok, usia, jenis diabetes, inaktivitas
fisik, dll)
 
PATOGENESIS

 RD adalah mikroangiopati yang terjadi pada pre


kapiler arteriol , kapiler dan post kapiler vena.

 kelainannya adalah penebalan membrana basalis


endotel dan berkurangnya perycite  kapiler menjadi
tipis dan membentuk seperti kantung 
mikroaneurisma terjadi kebocoran  perdarahan 
iskhemi pada retina.
KLASIFIKASI

Retinopati Diabetik Non Retinopati Diabetik


Proliferative Proliferative

1. Derajat I : terdapat mikroaneurisma dengan atau tanpa


eksudat lemak pada fundus okuli
2. Derajat II : terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik
dan bercak dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus
okuli
3. Derajat III : terdapat mikroaneurisma, perdarahat bintik
dan bercak neovaskularisasi dan proliferasi pada fundus
okuli.
 Nonproliferative diabetic retinopathy ( NPDR ).
- NPDR ringan ditandai dengan paling sedikit terdapat

1 mikroaneurisma
- NPDR sedang ditandai : mikroaneurisma yang
ekstensif, perdarahan intra retinal, penyempitan
vena dan cotton wool spots.
 Makulopati
Makula mengalami iskhemia dan ditandai adanya :
- edema makula
- Perdarahan
- Eksudat
 PROLIFERATIVE DIABETIC RETINOPATHY ( PDR ).
Retina mengalami iskhemi yang progresive 
mengakibatkan terbentuknya neovaskularisasi.
Neovaskularisasi terjadi di Diskus Optikus
( NVD) dan di daerah retina ( NVE ).
NVD dan NVE menyebabkan perdarahan vitreous. 
buta.
Anamnesis

Keluhan
1. Tidak ada Keluhan penglihatan
2. Penglihatan buram terjadi terutama bila terjadi
edema makula
3. Floaters atau penglihatan mendadak terhalang
akibat komplikasi perdarahan vitreus dan atau
ablasio retina traksional
Gejala yang muncul pada retinopati DM

 Mikroaneurisma
Merupakan penonjolan dinding kapiler (terutama vena)
berupa bintik merah kecil terletak pada polus posterior.
Merupaka kelainan mata dini.
 Perdarahan
dapat berbentuk titik, garis, bercak, terletak dekat
mikroaneurismata
Mikroaneurismata -> gangguan permeabilitas /pecahnya
kapiler -> perdarahan
 Dilatasi vena dengan lumen ireguler dan berkelok-kelok
akibat kelainan sirkulasi dan kelainan endotel dan eksudasi
plasma
 Hard exudate
merupakan infeltrasi lipid kedalam retina
 Soft exudate/cotton wool patches
merupakan iskemia retina
 Neovaskularisasi
akibat proliferasi sel endotel pembuluh darah
 Edema retina
dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama makula
-> ganggu tajam pengelihatan
 Hiperlipidemia
Biasanya ditemukan bilateral, simetris, dan
progresif, dengan 3 bentuk:

 Back ground:
mikroaneurismata, perdarahan, edema
 Makulopati:
edema, ganguan fungsi makula
 Proliferasi:
neovaskularisasi
Hasil Pemeriksaan FIsik

1. Riwayat diabetes mellitus (tipe I/tipe 2)


2. Mata tenang dengan atau tanpa penurunan visus.
3. Pada pemeriksaan funduskopi pupil lebar pada
retina, eksudat keras, pelebaran vena, dan
microaneurisma (pada NPDR), yang pada kondisi
lebih lanjut disertai neovaskularisasi didiskus optik
atau di tempat lain diretina (pada PDR)
4. Pada keadaan berat dapat ditemukan
neovaskularisasi iris (rubeosis iridis)
5. Reflek Cahaya pada pupil normal, pada kerusakan
retina yang luas dapat ditemukan RAPD ( Relative
Aferent Pupilary Defect), serta penurunan reflek pupil
pada cahaya langsung dan tak langsung normal.
Pemeriksaan Penunjang

 Angiografi fluoresens juga sangat bermanfaat dalam


mendeteksi kelainan mikrovaskularisasi pada
retinopati diabetikum.
Penatalaksanaan

 NPDR ringan : follow up setiap 6-12 bulan, pengobatan


terhadap hiperglikemi, dan penyakit sistemik lainnya.
 NPDR sedang :
Tanpa edem macula : follow up setiap 4-6 bulan tanpa,
pengobatan terhadap hiperglikemi, dan penyakit sistemik
lainnya.
Dengan edema macula : follow up setiap 2-4 bulan, pengobatan
terhadap hiperglikemi, dan penyakit sistemik lainnya,
pemeriksaan penunjang FFA ( fundus fluorescein angiography )
dan OCT ( ocular coherence tomography )
NPDR berat :

 Tanpa edema makula : follow up setiap 4 bulan,


pengobatan terhadap hiperglikemi, dan penyakit sistemik
lainnya, serta di indikasikan FFA.
 Dengan edema makula : follow up setiap 2-4 bulan,
pengobatan terhadap hiperglikemi, dan penyakit sistemik
lainnya.
Proliferative Diabetic Retinopathy

 PDR dengan atau tanpa CSME ( clinically significant


macula edema ): follow up 2-3 setiap 2-3 bulan,
pengobatan terhadap hiperglikemi, dan penyakit
sistemik lainnya.
 PDR dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani
dengan terapi laser, maka dilakukan pemeriksaan
setiap 6 bulan.
Pencegahan
 mengontrol gula darah,
 Mengontrol tekanan darah,
 obesitas  

Prognosis
 Edema macular dan iskemik : buruk dengan atau
tanpa terapi laser,
Jurnal
Abstrak

 Latar Belakang: Telemedicine dengan kamera


nonmydriatic tidak hanya dapat mendeteksi retinopati
diabetik tetapi juga penyakit mata lainnya.
 Tujuan: Untuk mengetahui prevalensi penyakit mata
yang terdeteksi oleh telemedicine pada populasi
dengan prevalensi tinggi dari etnis minoritas dan
Indian Amerika / Alaskan Native (AI / AN).
 Hasil: Kami memasukkan 820 mata dari 424 pasien dengan
72,3% etnis bukan kulit putih dan 50,3% warisan AI / AN.
Sementara 283/424 (66,7%) pasien memiliki gambaran mata
normal, 120/424 (28,3%) memiliki satu penyakit yang
teridentifikasi; 15/424 (3,5%) memiliki dua penyakit; dan
6/424 (1,4%) memiliki tiga penyakit pada satu atau kedua
mata. Setelah retinopati diabetik (104/424, 24,5%), penyakit
mata tersering adalah gejala glaukoma (44/424, 10,4%) dan
ARMD kering (24/424, 5,7%). Tujuh belas persen (72/424,
17,0%) menunjukkan penyakit mata selain retinopati
diabetik.
Kesimpulan: Telemedicine dengan kamera nonmydriatic
mendeteksi retinopati diabetik, serta penyakit mata yang
signifikan secara visual. Ini menunjukkan bahwa program
skrining retinopati diabetik perlu mendeteksi dan
melaporkan penyakit mata lainnya, termasuk glaukoma dan
penyakit makula.
Pengantar

 Peneliti memperkirakan bahwa 29,1 juta


warga AS menderita diabetes.1 Diantara
pasien diabetes yang berusia lebih dari 40
tahun, 28,5% menderita retinopati diabetik.
 Retinopati diabetik adalah penyebab utama
kebutaan di Amerika Serikat pada kelompok
usia 20 hingga 74
 Skrining telemedicine menggunakan kamera
nonmydriatic telah muncul sebagai teknik
baru yang menjanjikan untuk retinopati
diabetik karena memiliki presisi diagnostik
yang tinggi tanpa memerlukan pemeriksaan
tatap muka dengan penyedia perawatan mata
Subjek dan Metode

Institutional Review Boards of Legacy Health


(Portland, OR), Oregon Health and Science
University (Portland), dan Northwest Portland
Area Indian Health Board (Portland) meninjau
dan menyetujui protokol penelitian. Semua
peserta memberikan persetujuan, dan
penelitian mengikuti prinsip Deklarasi Helsinki.
Populasi Studi

 Kami mendaftarkan pasien diabetes yang berusia 18


tahun atau lebih, dijadwalkan dengan penyedia
perawatan primer dari Yellowhawk Tribal Health
Center (Pendleton, OR) dan Hunter Health Clinic
(Wichita, KS), dan mengalami kesulitan untuk
mendapatkan pemeriksaan skrining retinopati
diabetes tahunan
 Secara singkat, fotografer menggunakan kamera
fundus nonmydriatic digital (model NM-1000; NIDEK,
Fremont, CA). Kami menangkap 6 foto fundus yang
tidak berdilatasi, 1,5 megapiksel, 45 ° dari setiap mata,
termasuk pasangan stereo yang berpusat pada
makula, stereopair foto yang berpusat pada cakram
optik, satu gambar yang berpusat pada retina
temporal superior, dan satu gambar gambar berpusat
pada retina temporal inferior.
Kami menggunakan rasio cup-to-disc vertikal 0,67 menjadi ‡
99,5 persentil berdasarkan analisis populasi AS yang
dilaporkan sebelumnya dan glaukoma ditentukan jika rasio
cup-to-disc vertikal lebih besar atau sama dengan 0,7.
Analisis data

Kami menggunakan Microsoft Excel®


(versi 2010, Bellevue, Washington) untuk
menentukan proporsi mata dengan
retinopati diabetik, degenerasi makula
terkait usia (ARMD), fitur glaukoma, dan
edema makula
Hasil
 Kami mengevaluasi 646 pasien diabetes, dengan 567
(87,8%) terdaftar dan 79 (12,2%) tidak termasuk. Dari
mereka yang tidak termasuk, 78 menolak partisipasi,
dan 1 orang tidak memenuhi syarat (bukan peserta
klinik kesehatan). Grup Telemedicine terdiri dari 296
subjek. Selain itu, 164 dari 271 di Grup Pengawasan
Tradisional memilih pemeriksaan telemedicine setelah
ditawarkan kepada mereka setelah 2 tahun. Dari total
919 mata dari 460 pasien, kami memasukkan 820
mata dari 424 pasien untuk dianalisis dan
mengecualikan 99 (10,7%) mata karena kualitas
gambar yang buruk.
Tabel 1. Definisi Penyakit Mata
Retinopati Definisi dan subkategori retinopati diabetik nonproliferatif ringan,
diabetik sedang, dan berat dan retinopati diabetik proliferatif. 16
Edema makula Didefinisikan sebagai memiliki penebalan retina dalam 500 mikron
dari fovea, eksudat yang terkait dengan penebalan retina dalam
500 mikron dari fovea, atau penebalan retina dengan ukuran
diameter satu cakram dalam satu diameter cakram dari fovea. 16
Fitur Didefinisikan sebagai mengalami penipisan tepi, cacat serat saraf,
glaukoma atau penggalian. 17
Glaukoma Didefinisikan sebagai memiliki rasio cup-to-disc ‡ persentil 99,5
untuk populasi normal (lihat teks untuk detailnya). 17
ARMD Didefinisikan sebagai drusen lunak > 125 mikron
atau drusen dengan perubahan pigmen , tidak disebabkan oleh
kelainan lain. 18
ARMD, degenerasi makula terkait usia.
Tabel 2. Demografi dan Riwayat Medis ( N = 567 Pasien)
Umur (tahun) 51.1 (11.8)
Jenis kelamin perempuan) 51.7
Etnis utama (%)
putih 52.9
AA 18
AI / AN 16.8
Hispanik / Latino 10.9
Asia / lainnya 1.2
Tidak ada respon 0.2
Etnis sekunder (%)
putih 6.2
AI / AN 32.6
AA 0,5
Hispanik / Latino 1.8
Asia / lainnya 0.2
Tidak ada etnis sekunder 58.6
Tidak ada respon 0.2
Riwayat kesehatan
Tekanan darah diastolik (mm Hg) 76.9 (12.2)
Tekanan darah sistolik (mm Hg) 127.8 (19.8)
Hemoglobin A1c 8,3% (2,4)
Diabetes (tahun) 9.5 (8.1)
Data disajikan dalam mean (deviasi standar) kecuali ditentukan lain. AA, Afrika Amerika; AI / AN, Indian Amerika /
Penduduk Asli Alaska.
Tabel 3. Prevalensi dan Proporsi Penyakit Mata pada Peserta dengan Diabetes yang diskrining dengan
Telemedicine
  PREVALENSI (95% CI) PROPORSI (95% CI)
  N = 424 ORANG N = 820 MATA
PENYAKIT
Retinopati diabetik
Total 24,5% (20,4, 28,6%) 17,4% (14,8, 20,0%)
Nonproliferatif ringan 18,4% (14,7, 22,1%) 13,9% (11,5, 16,3%)
Nonproliferatif sedang 4,0% (2,1, 5,9%) 3,2% (2,0, 4,4%)
Nonproliferatif parah 0,0% 0,0%
Proliferatif 2,1% (0,8, 3,5%) 1,6% (0,7, 2,4%)
Edema makula 0,7% (0, 1,5%) 0,6% (0,1, 1,1%)
Fitur glaukoma 10,4% (7,5, 13,3%) 6,8% (5,1, 8,6%)
Glaukoma 2,8% (1,3, 4,4%) 2,4% (1,4, 3,5%)
ARMD 5,7% (3,5, 7,9%) 3,8% (2,5, 5,1%)
Penyakit mata lainnya a 2,4% (0,9, 3,8%) 1,2% (0,5, 2,0%)
Prevalensi penyakit mata adalah proporsi peserta dengan penyakit mata seperti yang dijelaskan pada Tabel 1 pada setidaknya satu
mata. Proporsi dihitung sebagai jumlah mata dengan penyakit tertentu dibagi dengan jumlah mata yang dianalisis.
Lainnya kategori termasuk nevus, epiretinal membran, chorioretinal lesi, cabang retina arteri oklusi, cabang vena retina

oklusi, koroid air mata, dan retinoschisis . Semua penyakit lain ditemukan pada dua mata atau kurang.
Diskusi
Kami tertarik pada prevalensi penyakit mata lainnya saat menggunakan
telemedicine dengan kamera nonmydriatic untuk mendeteksi retinopati
diabetik. Studi kami menemukan bahwa satu dari empat mata memiliki
setidaknya satu penyakit mata, dan 17% pasien memiliki penyakit selain
retinopati diabetik.

Tabel 4. Asosiasi Usia dengan Penyakit Mata Umum pada Peserta dengan Diabetes yang
Disaring dengan Telemedicine
  BERARTI USIA (SD) BERARTI USIA (SD)  
DENGAN PENYAKIT TANPA PENYAKIT P.

Retinopati diabetik 51.2 (11.9) 51.6 (11.4) 0.3


Fitur glaukoma 53.5 (10.4) 51.1 (11.6) 0.1
Glaukoma 57.2 (10.2) 51 (11.3) 0,02
ARMD 57 (9,7) 51 (11.5) 0,001
Penyakit mata dijelaskan pada Tabel 1 .
Beban Penyakit Mata
 Secara keseluruhan, temuan penelitian kami setuju dengan
penelitian lain bahwa program telemedicine retinopati
diabetik akan mendeteksi penyakit mata yang signifikan
secara visual

Beban Referensi
 Penelitian kami menunjukkan bahwa sebagian besar mata
tidak memerlukan tindak lanjut lebih lanjut dengan penyedia
perawatan mata karena tidak memiliki retinopati diabetik
non-proliferatif sedang dan lebih buruk, dan sebagian besar
(66,7%) menjalani pemeriksaan telemedicine normal
sepenuhnya
Keterbatasan Belajar

 Studi kami menunjukkan proporsi penyakit mata yang


terdeteksi oleh telemedicine pada populasi unik ini.
Namun, pencitraan nonmidriatik tidak dapat
mendeteksi semua penyakit mata dan mungkin
melewatkan penyakit kornea, hipertensi okular, dan
uveitis ringan. Demikian pula, program telemedicine
tidak akan dapat mendiagnosis penyakit cakram
retina dan optik dengan kekeruhan media yang
signifikan.

Anda mungkin juga menyukai