Anda di halaman 1dari 19

Isolasi Senyawa Terpenoid Dari

Fraksi N-Heksana Daun Marsilea


crenata Presl. Pada Hasil Kcv
Fraksi No.2
Yuli Puspitasari, Suciati, Mangestuti Agil

REGINA VIONA (18101101039)


Semanggi air (Marsilea crenata) merupakan salah satu
jenis tumbuhan air yang termasuk ke dalam paku-pakuan dan
banyak ditemukan pada pematang sawah, kolam, danau, rawa,
dan sungai. Tumbuhan ini memiliki morfologi yang sangat khas
yaitu bentuk daunnya menyerupai payung yang tersusun dari
empat kelopak anak daun yang berhadapan. Di daerah Jawa
daun semanggi muda banyak digunakan sebagai bahan pangan.
Sumber gambar :
https://apitchan.wordpress.com/20
17/05/13/fakta-daun-semanggi/
Kingdom Plantae
Divisi Pteridophyta
Kelas Pteridopsida
Ordo Marsileales
Famili Marsileaceae
Genus Marsilea
Spesies Marsilea crenata
PENDAHULUAN
Semanggi (Marsilea crenata Presl.) merupakan salah satu tanaman yang banyak terdapat di Indonesia.
Tanaman ini dimanfaatkan sebagai bahan makanan diberbagai negara seperti Filipina, Thailand dan Indonesia. Di
daerah Surabaya semanggi dikonsumsi bersama sayuran lain yang dikenal dengan nama pecel semanggi (Astuti,
2013). Selain dimanfaatkan sebagai sayuran, M. crenata juga mempunyai manfaat lain, seperti peluruh air seni
(Afriastini, 2003). Di Thailand, M. crenata Presl. digunakan sebagai ekspektoran dan analgesik (Nantasomsaran et
al., 2013). Di India, M. crenata dimanfaatkan untuk mengobati kusta, demam dan keracunan pada darah (Astuti,
2013), sedangkan di Bangladesh digunakan pada penyakit hepar (Mollik et al., 2010).
Penelitian ilmiah tentang aktivitas M. crenata dilakukan oleh Putra pada tahun 2010. Dari penelitian tersebut
diketahui bahwa pemberian ekstrak etanol daun semanggi yang dikombinasi dengan latihan fisik pembebanan aksial
terbukti dapat meningkatkan kadar estrogen secara signifikan pada wanita pascamenopause, sehingga memberikan
efek osteogenik yang dapat menunda proses remodelling tulang (Putra, 2011). Pada penelitian lain, fraksi n-heksana
daun M. crenata dilaporkan memiliki aktivitas antiosteoporosis dengan meningkatkan kepadatan tulang trabekular
vertebra dan femur mencit betina (Aemi, 2012; Nindyasari, 2012).
Terlepas dari kegunaan M. crenata tidak banyak dilaporkan penelitian tentang kandungan kimia
M. crenata Skrining fitokimia M. crenata telah dilakukan, dan diketahui bahwa ekstrak metanol daun M.
crenata mengandung senyawa terpenoid, saponin dan polifenol. Ekstrak n-heksana daun M. crenata
juga dilakukan skrining, dan dilaporkan mengandung minyak atsiri, dan steroid tak jenuh bebas,
sedangkan fraksi n-heksana daun M. crenata mengandung senyawa terpenoid dan saponin steroid
(Tiyaningsih, 2007; Aemi, 2012; Nindyasari, 2012). Dengan teknik RIA (radioimmunoassay), diketahui
bahwa ekstrak etanol daun M. crenata mengandung senyawa yang serupa dengan estradiol dalam
jumlah yang cukup tinggi (Putra, 2011).
Sebelumnya telah dilakukan isolasi senyawa terpenoid dari ekstrak n-heksana
daun M. crenata pada fase gerak n-heksana : etil asetat (4:1) noda Rf 0,33 (Ma’arif,
2012) dan noda Rf 0,85 (Satya, 2012). Dari isolasi tersebut dilakukan identifikasi, dan
diketahui bahwa noda Rf 0,33 dengan fase gerak n-heksana : etil asetat (4:1) pada
ekstrak n-heksana daun M. crenata Presl. merupakan senyawa triterpenoid pentasiklik
dengan jumlah atom C 30 (Ma’arif, 2012). Dari penelitian tersebut diketahui bahwa
masih ada noda-noda terpenoid lain yang belum dilakukan isolasi maupun identifikasi.

Dalam penelitian ini dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa terpenoid


dari fraksi n-heksana pada hasil KCV fraksi nomor 2 daun M. crenata sebagai
informasi database kandungan kimia M. Crenata dengan harapan dapat
digunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang M. crenata.
BAHAN DAN METODE

ALAT DAN
BAHAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin penyerbuk, seperangkat alat maserasi,
corong Buchner dan penyedot vakum, oven, pipa kapiler, penyemprot noda, bejana kromatografi,
seperangkat alat kromatografi cair vakum, seperangkat alat kromatografi kolom, seperangkat alat
kromatografi preparatif, rotary evaporator Buchi R-II, vial, corong pisah, spektrofotometer UV-Vis single beam
Hewlett Packard 8452A, spektrometer FT-IR Perkin Elmer, spektrometer 1H NMR Jeol ECS-400 serta alat-
alat gelas (gelas Beaker, gelas ukur, corong, batang pengaduk, erlenmeyer).
Daun M. crenata didapat dari Desa Kendung, Kecamatan Benowo, Surabaya, Jawa Timur dan telah
dilakukan determinasi tanaman di Materia Medika. Semanggi dipanen pada tanggal 2 Maret 2014 saat
tanaman berusia dua minggu.
Bahan kimia yang digunakan adalah n-heksana, etil asetat, etanol 96%, diklorometan, kloroform,
penampak noda anisaldehida H2SO4, serbuk silika gel 60 G, serbuk silika gel 60 (0.040-0063 mm), pelat KLT
silika gel 60 GF254 dan aqua destilata.
Prosedur Penelitian
Daun segar M. crenata dicuci bersih ~ Pengeringan bertujuan untuk
kemudian dikeringkan dengan cara diangin- mendapatkan simplisia yang tidak mudah
anginkan tanpa cahaya matahari. Sampel rusak, sehingga dapat disimpan dalam

kemudian diserbuk dan diekstraksi dengan waktu yang lebih lama. Selain itu

etanol 96% sebanyak 3x5 L masing-masing pengeringan akan mencegah agar

selama 24 jam. Pelarut ekstrak diuapkan simplisia tidak berjamur dan kandungan

dengan rotary evaporator hingga didapatkan kimia yang berkhasiat tidak berubah
karena proses fermentasi.
ekstrak kental.
Ekstrak kental ditambah air suling 200
~ Ekstraksi merupakan suatu proses
mL hingga menjadi suspensi, kemudian
penarikan senyawa metabolit sekunder
dilakukan partisi cair-cair menggunakan n-
dengan bantuan pelarut.
heksana sebanyak 6x 400 mL dengan waktu
pengocokan 3 menit. Fraksi n-heksana
~ etanol 96% digunakan sebagai pelarut
dipekatkan dengan rotary evaporator hingga
karena bersifat polar, universal, dan
didapatkan fraksi kering.
mudah didapat.
Pemisahan dengan kromatografi
dilakukan secara bertahap, dimulai dari
~ Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan
kromatografi cair vakum, kromatografi kolom molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan
lambat dan KLT Preparatif. antara fase gerak dan fase diam untuk
Identifikasi senyawa hasil isolasi memisahkan komponen (berupa molekul) yang

dilakukan dengan spektrofotometri UV-Vis berada pada larutan.

pada λ 200-700 nm. Kemudian dilanjutkan


~ pada panjang gelombang 200 – 700 nm mudah
identifikasi dengan spektrometri FT-IR dan
untuk diukur dengan spektrofometer yang biasa
spektroskopi 1H-NMR pada frekuensi 400 digunakan yaitu spektrofotometri UV-Vis.
MHz.
HASIL DAN
PEMBAHASAN

PROSES
PEMISAHAN
Dari 5 kg daun segar semanggi didapatkan 922 g
simplisia serbuk. Setelah seluruh serbuk simplisia
diekstraksi, didapatkan ekstrak kental sebanyak 209 g.
Fraksi n-heksana yang didapatkan dari hasil partisi
~ Kromatografi cair vakum adalah bentuk
cair-cair 209 g ekstrak adalah 30.7 g.
kromatografi kolom yang khusunya berguna untuk
Dari 3.7 g fraksi n-heksana yang dipisahkan
fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak.
dengan kromatografi cair vakum dengan eluasi gradien
didapatkan 11 Eluen yang digunakan adalah n- ~ eluen adalah cairan pelarut yang menggerakkan
heksana:etil asetat, dimulai dari 100% n-heksana, analit melalui kromatograf.

kemudian n-heksana:etil asetat dengan berbagai


~ masing-masing eluen digunakan sebanyak 400
perbandingan hingga 100% etil asetat. Kenaikan
mL karena menyesuaikan dengan banyaknya
kepolaran eluen dilakukan dengan perbedaan
produk yang akan dilarutkan.
perbandingan n-heksana:etil asetat sebanyak 10%.
Masing-masing eluen yang digunakan sebanyak 400
mL.
Setelah pelarut masing-masing fraksi diuapkan, massa tiap
fraksi ditimbang. Massa tiap fraksi berturut turut adalah sebagai
berikut; fraksi no.1 (0.05 g), fraksi no.2 (2.92 g), fraksi no.3 (1.29 g),
fraksi no.4 (0.48 g) fraksi no.5 (0.29 g), fraksi no.6 (0.25 g), fraksi
no.7 (0.23 g), fraksi no.8 (0.09 g), fraksi no.9 (0.04 g), fraksi no.10
(0.04 g) dan fraksi no.11 (0.05 g). Fraksi no. 2 dipilih untuk
~ Kromatografi kolom lambat ialah metode yang
dipisahkan lebih lanjut karena fraksi no. 2 diduga mengandung
digunakan untuk memurnikan bahan kimia tunggal
senyawa mayor yang ditunjukkan oleh massa fraksi no. 2 yang
dari campurannya yang bekerja secara lambat.
lebih besar daripada fraksi lain.
Sebanyak 1 g fraksi no. 2 hasil KCV dilakukan
~ dilakukan penguapan untuk setiap fraksi bertujuan
kromatografi kolom lambat dengan eluasi gradien untuk
untuk mendapatkan hasil atau massa setiap fraksi
mendapatkan 15 fraksi (fraksi no. 2.1 sampai no. 2.15). Eluen yang
yang mutlak.
digunakan adalah n-heksana: etil asetat dengan berbagai
perbandingan. Pengelompokan fraksi dilakukan berdasarkan
profil noda pada KLT.
Berikut ini adalah massa tiap fraksi; fraksi no. 2.1 (3 mg), fraksi
no. 2.2 (62 mg), fraksi no. 2.3 (327 mg), fraksi no. 2.4 (40 mg),
fraksi no. 2.5 (12 mg), fraksi no. 2.6 (17 mg), fraksi no. 2.7 (29
mg), fraksi no. 2.8 (11 mg), fraksi no. 2.9 (115 mg), fraksi no. 2.10
~ Dilakukannya KLT Preparatif ialah untuk
(120 mg), fraksi no. 2.11 (20 mg), fraksi no. 2.12 (146 mg), fraks
memisahkan bahan dalam jumlah gram ataupun
no. 2.13 (43 mg), fraksi no. 2.15 (3 mg).
miligram.
Fraksi no. 2.9 dipilih karena fraksi tersebut mempunyai
berat yang besar dan terdapat noda terpenoid yang belum
~ KLT bidimensional merupakan suatu teknik
dilakukan isolasi sebelumnya. Sebanyak 100 mg fraksi no. 2.9
kromatografi yang digunakan untuk memisahkan
dilakukan KLT Preparatif dengan eluen kloroform: n-heksana
campuran yang tidak mudah berubah dengan
(4:1) hingga didapatkan satu isolat sebanyak 3 mg.
melalui dua tahap pemisahan yang berbeda
Pada isolat dilakukan uji kemurnian dengan metode KLT
tiga macam eluen dan KLT bidimensional. Dari kedua metode
tersebut, disimpulkan bahwa isolat telah murni.
Identifikasi Senyawa Hasil
Isolasi
Identifikasi dengan spektroskopi infra merah dalam pelet KBr
memberikan informasi bahwa isolat memiliki gugus hidroksi (3436,
1260 dan 1119 cm-1), rantai alkana (1462 dan 1508, 2917 dan 2849 cm-
1), metil (1377 cm-1) dan alkena (1653 cm-1).
Identifikasi isolat dengan spektroskopi 1H-NMR dilakukan
dengan pelarut CDCl3 dan standar internal TMS. Dari identifikasi ~ Mengidentifikasi menggunakan spektroskopi infra
tersebut diketahui bahwa isolat merupakan senyawa terpenoid yang merah bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi
mempunyai gugus alkena terminal [δH 4.70 ppm (1H, br s) dan δH karakteristik dari pelet KBr.
4.65 ppm (1H, br s)], hidroksi metilen [δH 3.63 ppm (2H; t; J= 6.4 Hz)],
hidroksi metin [δH 3.27 ppm (1H, m)], geminal dimetil [δH 1.02 ppm
~ spektroskopi 1H-NMR ialah spektroskopi maknetik
(3H; d; J=5.8 Hz) dan Δh 1.01 ppm (3H; d; J= 6,4 Hz)], alkana rantai
inti proton yang dimana dapat menentukan
panjang [δH 0.95 ppm (6H, s); δH 1.25 ppm (36H, m); δH 0.88 ppm (12
banyaknya jenis lingkungan atom yang berbeda yang
H, m) dan δH 0.79 ppm (3H, s)]. Sinyal-sinyal pada δH 0.8 sampai 1.3
ada dalam molekul.
ppm merupakan petunjuk bahwa isolat merupakan senyawa
terpenoid, karena terpenoid mempunyai gugus alkana rantai panjang.
Selain gugus-gugus tersebut, isolat juga mempunyai gugus
siklopropana [δH 0.54 (1H, d, J= 4.4 Hz) dan δH 0.32 ppm (1H, d, J=
4.4 Hz)].
Perbandingan data 1H-NMR senyawa hasil isolasi dengan data 1H-NMR dari
literatur menunjukkan bahwa isolat mirip dengan senyawa 24-methylenecycloartanol,
terutama pada sinyal-sinyal yang spesifik. Sinyal-sinyal tersebut adalah sinyal gugus
terminal alkena (δH 4.72 dan 4.66 ppm), gugus hidroksi metin (δH 3.29 ppm), serta
gugus siklopropana (δH 0.55 ppm dan 0.33 ppm) (Kolak et al., 2005). Namun terdapat
perbedaan sinyal, yaitu di δH 3.63 ppm pada isolat yang diduga berasal dari gugus
hidroksi metilen, sehingga diduga struktur kimia dari isolat mirip senyawa 24-
methylenecycloartanol dengan tambahan gugus hidroksi metilen.
Spektrum UV-Vis isolat dalam pelarut metanol memiiki serapan pada λmaks
224 nm dan 274 nm yang menunjukkan adanya gugus kromofor dalam isolat.
Serapan ini muncul karena adanya ikatan rangkap dan ikatan C-O dari hidroksi
metilen maupun hidroksi metin.
KESIMPULAN

Pada penelitian ini berhasil dilakukan isolasi satu senyawa


terpenoid dari fraksi n-heksana daun Marsilea crenata Presl pada hasil
KCV fraksi nomor 2. Hasil identifikasi senyawa hasil isolasi dengan
spektoskopi menunjukkan bahwa senyawa terpenoid hasil isolasi
memiliki gugus alkena terminal, hidroksi metilen, hidroksi metin,
geminal dimetil dan siklopropana. Dari hasil perbandingan data 1H-
NMR senyawa hasil isolasi dengan data 1H-NMR dari literatur diduga
struktur kimia dari isolat mirip senyawa 24-methylenecycloartanol
dengan tambahan gugus hidroksi metilen.
THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai