Anda di halaman 1dari 35

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEHAMILAN
KELOMPOK 3
NAMA ANGGOTA :
FAKTOR LINGKUNGAN
• Banyak alasan mengapa ibu hamil mengalami kesulitan untuk menjadi sehat
karena pengaruh kemiskinan, kurangnya pelayanan medis, kurang pendidikan
dan pengetahuan, termasuk pengaruh sosial budaya berupa kepercayaan yang
merugikan atau  membahayakan.
• Seseorang bidan biasanya mencoba bekerja memberikan asuhan kepada ibu
hamil secara pribadi untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. Namun
seringkali masalah-masalah  tersebut merupakan masalah yang terdapat pada
masyarakat yang mudah dipecahkan. Sehingga bidan perlu melibatkan keluarga
dan masyarakat agar memperhatikan kebutuhan dan keselamatan ibu hamil.
• Pada masyarakat yang selalu bepergian dan berpindah-pindah (travelers)
masalah yang sering terjadi adalah kurangnya informasi mengenai kesehatan
karena diakibatkan sulitnya akses kesehatan yang mereka dapatkan karena
kebiasaan mereka hidup berpindah-pindah sehinhgga pelayanan kesehatan
yang berkesinambungan tidak dapat mereka peroleh. Para traveler ini biasanya
tidak mementingkan kesehatan dirinya walaupun pada saat hamil, 6 minggu
postpartum, pelayanan KB, bahkan anak-anak mereka tidak mendapatkan
pemeriksaan rutin tumbuh kembangnya dan imunisasi.
FAKTOR KEBIASAAN DAN ADAT ISTIADAT
• Bidan harus dapat mengkaji apakah ibu hamil menganut atau
mempunyai kepercayaan atau adat kebiasaan tabu setempat
yang berpengaruh terhadap kehamilan. Kemudiaan menilai
apakah hal tersebut bermanfaat, netral ( tidak berpengaruh
pada keamanan atau kesehatan), tidak jelas ( efek tidak
diketahui/ tidak dipahami) atau membahayakan. Terutama
bila faktor budaya tersebut dapat menghambat pemberian
asuhan yang optimal bagi ibu hamil. Bidan harus mampu
mencari jalan untuk menolongnya atau menyakinkan ibu
untuk merubah kebiasaanya dengan memberikan penjelasan
yang benar. Tentu saja hal ini memerlukan dukungan dari
berbagai pihak yang berperan dalam keluarga dan
masyarakat.
• Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil.
Seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu
selalu menghindari asap rokok, kapan dan dimana pun ia
berada. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang
berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang
dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka
sebaiknya tetap dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya. 
• Yang tidak kalah penting adalah personal hygiene. Ibu hamil
harus selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian
dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang
menunjang payudara dan pakaian yang menyerap keringat. Bagi
wanita hamil pada kebanyakan kebudayaan, pemeliharaan
kesehatan selama menantikan  kelahiran termasuk
keseimbangan dan keharmonisan dalam setiap hubungan
wanita dengan keadaan fisiknya, sosial dan lingkungan
prenatal. 
• Kebiasaan budaya adalah faktor lain yang
memperburuk kondisi perempuan. Mitos yang
berkaitan dengan kesehatan, yaitu dipantangnya bagi
perempuan untuk memakan makanan tertentu yang
masih banyak melekat pada sebagian masyarakat di
Indonesia. Dengan melakukan pantangan berbagai
macam makanan karena terikat dengan mitos itu
perempuan kehilangan akses terhadap gizi dan nutrisi
makanan tertentu. Akibat kurang gizi itulah salah
satunya menjadi pemicu perempuan sangat rentan
ketika hamil dan melahirkan.
• Pada masyarakat imigran risiko kesehatan yang terjadi
tergantung pada ras, kepercayaan, kebudayaan dan
Negara asalnya.
• Bidan harus dapat mengkaji apakah ibu hamil menganut
atau mempunyai kepercayaan atau adat kebiasaan tabu
setempat yang berpengaruh terhadap kehamilan.
Kemudian menilai apakah hal tersebut bermanfaat, netral
(tidak berpengaruh pada keamanan atau kesehatan), tidak
jelas (efek tidak diketahui/tidak dipahami) atau
membahayakan. Terutama bila faktor budaya tersebut
dapat menghambat pemberian asuhan yang optimal bagi
ibu hamil. Bidan harus mampu mencari jalan untuk
menolongnya atau meyakinkan ibu untuk merubah
kebiasaanya dengan memberikan penjelasan yang benar.
Tentu saja hal ini memerlukan dukungan dari berbagai
pihak yang berperan dalam keluarga dan masyarakat.
Faktor Lingkungan dan Adat Istiadat ini meliputi berbagai kegiatan yang
dilakukan secara turun temurun sejak dahulu ada dan dijaga baik proses dan tata
caranya hingga sekarang yang tentunya dikhususkan pada ibu hamil. Kegiatan
tersebut diantaranya adalah :
1.   Mitos
Mitos ialah suatu kepercayaan yang melekat pada disuatu lingkungan
masyarakat tetentu pada daerah tertentu. Mitos bersifat local atau hanya pada
daerah tertentu yang memegang teguh kepercayaan tersebut, kadang mitos berupa
larangan atau hal yang harus dihindari karena mereka parcaya bila hal tersebut
dilakukan akan berdampak pada kehidupan mereka atau akan terjadi hal buruk
pada mereka. Di Indonesia, utamanya di pedesaan daerah Jawa berlaku begitu
banyak mitos (larangan) seputar kehamilan yang beredar di masyarakat. Dari segi
makanan, keseharian, tindak tanduk, ataupun semua hal yang berkaitan dengan
keseharian si ibu hamil ataupun si jabang bayi. Tradisi ini amat kuat diterapkan oleh
masyarakat. Beberapa mitos bahkan dipercaya sebagai amanat / pesan dari nenek
moyang yang jika tidak ditaati akan menimbulkan dampak / karma yang tidak
menyenangkan.
Padahal jika dinalar dengan akal sehat, diteliti dari segi medis,
maupun dari segi aqidah, banyak mitos yang tidak
berhubungan. Walaupun maksud dari nenek-nenek moyang
semuanya adalah baik tetapi tidak semua dari nasehat atau
pantangan kehamilan yang diberitahukan itu benar secara
medis maupun ilmiah. Kebanyakan hanya berdasarkan mitos
atau kepercayan saja daripada kenyataannya.
Pada dasarnya tujuan dari orang-orang terdahulu
menciptakan mitos bermacam-macam tentang kehamilan
hanyalah supaya si Ibu hamil maupun suaminya dapat
menjaga kehamilan dengan baik. Tujuannya untuk
menyiapkan kehamilan yang sehat. Sehingga bisa menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan. Terutama yang berkaitan dengan
kebiasaan, konsumsi bahan makanan, dan sebagainya.
Berikut adalah beberapa mitos / adat istiadat Jawa yang berhubungan dengan
kehamilan:
a.       Tradisi masa kehamilan :
1)  Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika itu
dilakukan, bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.
Fakta : Tentu saja tak demikian. Cacat janin disebabkan oleh
kesalahan/kekurangan gizi, penyakit, keturunan atau pengaruh radiasi. Sedangkan
gugurnya janin paling banyak disebabkan karena penyakit, gerakan ekstrem yang
dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan karena psikologis (misalnya shock, stres,
pingsan). Tapi, yang perlu diingat, membunuh atau menganiaya binatang adalah
perbuatan yang tak bisa dibenarkan.

2) Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si Ibu
agar janin terhindar dari marabahaya.
Fakta : Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si Ibu.
3)   Ibu hamil tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan
mengganggu janin.
Fakta : secara psikologis, Ibu hamil mentalnya sensitif dan mudah takut
sehingga pada malam hari tidak dianjurkan bepergian. Secara medis-biologis,
ibu hamil tidak dianjurkan keluar malam terlalu lama, apalagi larut malam.
Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara malam kurang bersahabat
disebabkan banyak mengendapkan karbon dioksida (CO2).

4) Ibu hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara berlebihan, nanti
anaknya jadi mirip seperti orang yang dibenci tersebut.
Fakta: Jelas ini bertujuan supaya Ibu yang sedang hamil dapat menjaga
batinnya agar tidak membenci seseorang berlebihan.

5)   Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi
kembar siam.
Fakta : Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar dempet / kembar siam
tidak dipengaruhi oleh makanan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil.
Jelas ini hanyalah sebuah mitos.
 6)    “Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai "dzikir"-nya orang
hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikkan, mengerikan, mengecewakan dan
sebagainya dengan harapan janin terhindar dari kejadian tersebut.
Fakta : Secara psikologis, perilaku tersebu justru dapat berujung pada ketakutan
yang tidak bermanfaat.

7) Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu,


makanan atau sifat tertentu terutama di awal kehamilannya. Jika tidak dituruti
maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur.
Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam
kandungan gugur.
Fakta : Secara medis-biologis, Getah nanas muda mengandung senyawa yang dapat
melunakkan daging. Tetapi buah nanas yang sudah tua atau disimpan lama akan
semakin berkurang kadar getahnya. Demikian juga nanas olahan. Yang pasti nanas
mengandung vitamin C (asam askorbat) dengan kadar tinggi sehingga baik untuk
kesehatan.
8)   Jangan makan buah stroberi, karena mengakibatkan bercak-
bercak pada kulit bayi.
Fakta : Tak ada kaitan bercak pada kulit bayi dengan buah
stroberi. Yang perlu diingat, jangan makan stroberi terlalu
banyak, karena bisa sakit perut. Mungkin memang bayi
mengalami infeksi saat di dalam rahim atau di jalan lahir,
sehingga timbul bercak-bercak pada kulitnya.

9)        Jangan makan ikan mentah agar bayinya tak bau amis.


Fakta : Bayi yang baru saja dilahirkan dan belum dibersihkan
memang sedikit berbau amis darah. Tapi ini bukan lantaran ikan
yang dikonsumsi ibu hamil, melainkan karena aroma (bau) cairan
ketuban. Yang terbaik, tentu saja makan ikan matang. Karena
kebersihannya jelas terjaga ketimbang ikan mentah.
10)    Jangan minum air es agar bayinya tak besar. Minum es atau
minuman dingin diyakini menyebabkan janin membesar atau
membeku sehingga dikhawatirkan bayi akan sulit keluar.
Fakta : Sebenarnya, yang menyebabkan bayi besar adalah makanan
yang bergizi baik dan faktor keturunan. Minum es tak dilarang, asal tak
berlebihan. Karena jika terlalu banyak, ulu hati akan terasa sesak dan
ini tentu membuat ibu hamil merasa tak nyaman. Lagipula segala
sesuatu yang berlebihan akan selalu berdampak tak baik.

11)    Wanita hamil dianjurkan minum minyak kelapa (satu sendok


makan per hari) menjelang kelahiran. Maksudnya agar proses
persalinan berjalan lancar.
Fakta : Ini jelas tidak berkaitan. Semua unsur makanan akan dipecah
dalam usus halus menjadi asam amino, glukosa, asam lemak, dan lain-
lain agar mudah diserap oleh usus.
2.      Upacara Adat Masa Kehamilan
a.  Upacara Mengandung Empat Bulan
Dulu Masyarakat Jawa Barat apabila seorang perempuan baru
mengandung 2 atau 3 bulan belum disebut hamil, masih disebut
mengidam. Setelah lewat 3 bulan barulah disebut hamil. Upacara
mengandung Tiga Bulan dan Lima Bulan dilakukan sebagai
pemberitahuan kepada tetangga dan kerabat bahwa perempuan
itu sudah betul-betul hamil

Namun sekarang kecenderungan orang-orang melaksanakan


upacara pada saat kehamilan menginjank empat bulan, karena
pada usia kehamilan empat bulan itulah saat ditiupkannya roh
pada jabang bayi oleh Allah SWT. Biasanya pelaksanaan upacara
Mengandung empat Bulan ini mengundang pengajian untuk
membacakan do’a selamat, biasanya doa nurbuat dan doa lainnya
agar bayinya mulus, sempurna, sehat, dan selamat.
b.      Upacara Mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban
• Upacara Tingkeban adalah upacara yang diselenggarakan pada saat
seorang ibu mengandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di
dalam kandungan dan ibu yang melahirkan akan selamat. Tingkeban
berasal dari kata tingkeb artinya tutup, maksudnya si ibu yang sedang
mengandung tujuh bulan tidak boleh bercampur dengan suaminya sampai
empat puluh hari sesudah persalinan, dan jangan bekerja terlalu berat
karena bayi yang dikandung sudah besar, hal ini untuk menghindari dari
sesuatu yang tidak diinginkan. Di dalam upacara ini biasa diadakan
pengajian biasanya membaca ayat-ayat Al-Quran surat Yusuf, surat
Lukman dan surat Maryam.
• Di samping itu dipersiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan
ibu hamil , dan yang utama adalah rujak kanistren yang terdiri dari 7
macam buah-buahan. Ibu yang sedang hamil tadi dimandikan oleh 7
orang keluarga dekat yang dipimpin seorang paraji secara bergantian
dengan menggunakan 7 lembar kain batik yang dipakai bergantian setiap
guyuran dan dimandikan dengan air kembang 7 rupa.
• Pada guyuran ketujuh dimasukan belut sampai mengena pada perut si
ibu hamil, hal ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat
berjalan lancar (licin seperti belut). Bersamaan dengan jatuhnya belut,
kelapa gading yang telah digambari tokoh wayang oleh suaminya
dibelah dengan golok. Hal ini dimaksudkan agar bayi yang dikandung
dan orang tuanya dapat berbuat baik lahir dan batin, seperti keadaan
kelapa gading warnanya elok, bila dibelah airnya bersih dan manis.
Itulah perumpamaan yang diharapkan bagi bayi yang dikandung supaya
mendapatkan keselamatan dunia-akhirat.
• Sesudah selesai dimandikan biasanya ibu hamil didandani dibawa
menuju ke tempat rujak kanistren tadi yang sudah dipersiapkan.
Kemudian sang ibu menjual rujak itu kepada anak-anak dan para tamu
yang hadir dalam upacara itu, dan mereka membelinya dengan
menggunakan talawengkar, yaitu genteng yang sudah dibentuk bundar
seperti koin. Sementara si ibu hamil menjual rujak, suaminya
membuang sisa peralatan mandi seperti air sisa dalam jajambaran,
belut, bunga, dsb. Semuanya itu harus dibuang di jalan simpang empat
atau simpang tiga. Setelah rujak kanistren habis terjual selesailah
serangkaian upacara adat tingkeban.
c.       Upacara Mengandung Sembilan Bulan
Upacara sembilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan
masuk sembilan bulan. Dalam upacara ini diadakan pengajian
dengan maksud agar bayi yang dikandung cepat lahir dengan
selamat karena sudah waktunya lahir. Dalam upacara ini dibuar
bubur lolos, sebagai simbul dari upacara ini yaitu supaya mendapat
kemudahan waktu melahirkan, lolos. Bubur lolos ini biasanya
dibagikan beserta nasi tumpeng atau makanan lainnya.
d.      Upacara Reuneuh Mundingeun
Upacara Reuneuh Mundingeun dilaksanakan apabila perempuan
yang mengandung lebih dari sembilan bulan,bahkan ada yang
sampai 12 bulan tetapi belum melahirkan juga, perempuan yang
hamil itu disebut Reuneuh Mundingeun, seperti munding atau
kerbau yang bunting. Upacara ini diselenggarakan agar perempuan
yang hamil tua itu segera melahirkan jangan seperti kerbau, dan
agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
• Pada pelaksanaannya leher perempuan itu dikalungi kolotok
dan dituntun oleh indung beurang sambil membaca doa
dibawa ke kandang kerbau. Kalau tidak ada kandang kerbau,
cukup dengan mengelilingi rumah sebanyak tujuh kali.
Perempuan yang hamil itu harus berbuat seperti kerbau dan
menirukan bunyi kerbau sambil dituntun dan diiringkan oleh
anak-anak yang memegang cambuk. Setelah mengelilingi
kandang kerbau atau rumah, kemudian oleh indung beurang
dimandikan dan disuruh masuk ke dalam rumah. Di kota
pelaksanaan upacara ini sudah jarang dilaksanakan.
3.      Adat budaya
a.       Masyarakat batak : Bila ada bayi lahir dirumah sendiri, si
ayah akan langsung membelah kayu dengan suara yang sangat
keras dan akan membuka jendela dapur lbar-lebar dengan
tujuan kayu yang tadi dibelah lalu dibakar supaya asapnya
membumbung tinggi. Ini menjadi pertanda bahwa di rumah
tersebut ada sebuah kehidupan baru

b.      Agama lain : Adat atau budaya agama lain hampir sama


atau serupa dengan agama islam tergantung lingkungan
agama tersebut misalnya agama selain islam juga mengadakan
syukuran bila kehamilan telah mencapai usia 4 bulan atau 7
bulan. Hanya saja bila dalam islam acara tasyakuran diisi
dengan bacaat do’a-do’a yang ada dalam al-qur’an, agama lain
dibacakan do’a-do’a menurut kepercayaan mereka
C.    FASILITAS KESEHATAN
• Fasilitas kesehatan berhubungan dengan tempat ibu mendapatkan
pelayanan kesehatan untuk memeriksa kehamilannya sampai ibu dapat
melahirkan dengan aman. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai
dengan jarak yang mudah dan terjangkau akan memberi kemudaahan bagi
ibu hamil untuk sering memeriksakan kehamilannya dan untuk
mendapatkan penanganan dalam keadaan darurat. Bidan dapat
memberikan informasi atau petunjuk kepada ibu dan keluarga tentang
pemanfaatan sarana kesehatan seperti rumah bersalin, polindes, PKM dan
fasilitas kesehatan lainnya yang sangat penting dan aman bagi kehamilan
dan persalinannya.
• Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menguntungkan
kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan
adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih
cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini sangat menentukan atau
berpengaruh terhadap upaya penurunan angka kesehatan ibu (AKI)
• Fasilitas kesehatan berhubungan dengan tempat
ibu mendapatkan pelayanan kesehatan untuk
memeriksakan kehamilannya sampai ibu dapat
melahirkan dengan aman. Tersedianya fasilitas
kesehatan yang memadai dengan jarak yang
mudah terjangkau akan memberi kemudahan bagi
ibu hamil untuk sering memeriksakan
kehamilannya dan untuk mendapatkan
penanganan dalam keadaan darurat. Bidan dapat
memberikan informasi atau petunjuk kepada ibu
dan keluarga tentang pemanfaatan sarana
kesehatan seperti rumah bersalin, polindes, PKM,
dan fasilitas kesehatan lainnya yang sangat penting
dan aman bagi kehamilan dan persalinanya.
Fasilitas kesehatan dikatakan baik atau tidak baik sesuai
dengan (Indrayani. 2011):
1. Jangkauan. Apakah fasilitas kesehatan tersebut dapat dijangkau
dengan mudah atau sulit.
2. Kelengkapan. Demi kelancaran tenaga kesehatan dalam
melaksanakan pelayanan kepada masyarakat diharapkan
kelengkapannya terpenuhi. Minimal dapat menangani
kegawatdaruratan.
3. Tenaga kesehatan. Dalam memberikan pelayanan harus mempunyai
pengetahuan dan keterampilan.
Fasilitas kesehatan yang lengkap akan mendukung dalam target
penurunan AKI dan AKB, Yaitu :
4. Fasilitas kesehatan di tingkat desa PUSTU, pondok bersalin yang
disediakan untuk bidan PTT
5. Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kelurahan biasanya kurang
lengkap sehingga pada pelaksanaannya apabila ada ibu hamil yang
memerlikan tindakan kegawat daruratan
3. Dirujuk ke rumah sakit yang ada di wilayah kabupaten dimana
mempunyai fasilitas perlengkapan alat yang lebih lengkap, dan
tenaga medis, dokter spesialis lebih banyak
4. Untuk itu sebagai bidan harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang luas agar dalam memberikan pelayanan pada
masyarakat setidaknya bisa memberikan pertolongan pertama
pada tindakan kegawat daruratan

Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat


menguntungkan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini
terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga
langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini
sangat menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan
angka kesehatan ibu (AKI).
Pemanfaatan pelayanan antenatal care dan sejumlah ibu hamil di
Indonesia belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang di tetapkan.
Hal ini cenderung menyulitkan tenaga kesehatan dalam melekukan
pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil secara teratur dan
menyeluruh, termasuk deteksi dini terhadap faktor resiko kehamilan yang
penting segera di tangani. Kurangnya pemanfaatan antenatal care oleh ibu
hamil ini berhubungan dengan faktor-faktor:

a.  Predis posisi (predis porsing factors)


Terwujud dalam pendidikan umlah anak, pendidikan suami, sikap, umur,
pekerjaan, pendataan, pengetahuan ibu hamil dan sebagaimnya.
b.  Pemungkin atau pendukung (enabling factors)
Terwujud dalam jarak fisik lokasi, biaya antenatal care, fasilitas pelayanan
antenatal care, waktu tunggu dan sebagainya.
c. Penguat (reinforcing factors )
terwujud dalam perilaku petugas pelayanan antenatal care, sikap petugas
pelayanan antenatal care, sikap tokoh masyarakat.
 
Dampak dari kurangnya pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu
hamil akan menimbulkan kerugian tidak saja pada ibu hamil itu
sendiri tetapi juga pengaruh buruk bagi anak yang akan dilahirkan.
Penyebab kematian ibu di Indonesia antara lain :        
1. Perdarahan
2. Infeksi dan eklamsia  
3. Anemia
4. Terlalu muda atau tua,sering dan banyak
Macam-macam fasilitas kesehatan :
1)      PUSKESMAS
Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat yang bertempat
di kecamatan dimaksudkan sebagai pengganti keberadaan rumah
sakit dan klinik2 kesehatan yang bertanggung jawab atas kesehatan
rakyat.
Sasaran pelayanan di klinik keperawatan adalah kasus-kasus
yang memerlukan asuhan keperawatan yang terdiri dari :
a)      Sasaran prioritas
Sasaran prioritas individu adalah usia lanjut, penderita penyakit
menular (a.l TB Paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah, Diare,
Ispa,/Penumonia), penderita penyakit degeneratif. Sasaran
prioritas ini kemudian akan dilakukan tindak lanjut dengan
kunjungan rumah untuk mengurangi potensi penyebaran
penyakit, ketidak teraturan minum obat, dan meminimalkan
bertambah buruknya kondisi pasien karena faktor lain di
lingkungan tempat tinggal.
b)      Sasaran non prioritas
Adalah sasaran yang perlu mendapatkan asuhan keperawatan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari pelayanan pengobatan ataupun pelayanan
kesehatan ainnya. Antara lain : jahit luka, perawatan luka, ganti balutan,
kontrol pasca operasi, perawatan luka bakar, pembersihan kotoran ditelinga,
circumcisi/kithan, pemasangan kateter, pemeriksaan rekam jantung,
oksigenasi, dan tindakan lain sesuai dengan ketersediaan sarana di masing-
masing Puskesmas.

Masyarakat golongan ekonomi lemah selalu diidentikkan dengan kelompok


orang miskin. Pengidentifikasian ini didasarkan pada rendahnya tingkat
pendidikan dan ketrampilan, rendahnya tingkat kesehatan, rendahnya tingkat
produktivitas dan minimnya permodalan menjadi faktor yang mempengaruhi
rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya daya tabung dan juga rendahnya
posisi tawar dengan pihak luar. Masing-masing seperti mata rantai yang
membentuk lingkaran kemiskinan yang tidak berujung pangkal, yang pada
akhirnya berdampak pada penurunan pendapatan per kapita.
2)      RUMAH SAKIT
Tipe rumah sakit di Indonesia terdiri dari :
a)      Rumah sakit umum
b)      Rumah sakit terspesialisasi
c)      Rumah sakit penelitian atau pendidikan
d)     Rumah sakit lembaga atau perusahaan

Klinik Perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya
kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan Indonesia, melalui
keputusan Dirjen Pelayanan Medik. Sasaran pelayanan / macam-macam pelayanan
yang diberikan :
o   Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis
o   Pelaksanaan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis
o   Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman
o   Melaksanakan pelayanan medis khusus
o   Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan
o   Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi
o   Melaksanakan pelayanan kedokteran social
o   Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan
o   Melaksanakan pelayanan penyuluhan rawat jalan Atau rawat darurat dan rawat
tinggal.
D.    FAKTOR EKONOMI

• Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi  kehamilan ibu karena berhubungan


dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ibu selama kehamilan antara lain
makanan sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-obatan, tenaga kesehatan dan
transportasi/ sarana angkutan. Masalah keuangan sering timbul didalam
kehidupan keluarga. Memang dalam hal ini bidan tidak bertanggung jawab atas
pemecahan masalah keluarga tetapi hendaknya menunjukan empatinya serta
mencoba memberikan pemahaman akan manfat finansial yang tersedia untuk
kepentingan ibu dan bayi. Sehingga bidan harus dapat memperoleh informasi
mengenai kondisi ekonomi klien apakah ibu dan keluarga tidak mengalami
kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya selama kehamilan.
• Tingkat social ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan
fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat social ibu hamil
yang baik otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang
baik pula. Status gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan
berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis mengenai biaya
persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah bayinya lahir.
Ibu akan lebih fokus untuk mempersiapkan fisik dan mentalnya sebagai seorang
ibu. Sementara pada ibu hamil dengan kondisi ibu hamil yang lemah akan
mendapatkan banyak kesulitan terutama masalah pemenuhan kebutuhan primer.
Tingkat social ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan
fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat social ibu hamil yang
baik otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula.
Status gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas, selain
itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis mengenai biaya persalinan dan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah bayinya lahir.
1. Sosial ekonomi menentukan bagaimanakah seseorang dalam memilih fasilitas
dalam pelayanan kesehatan
2. Banyak masyarakat di indonesia yang mempunyai sosial ekonomi di bawah garis
kemiskinan
3. Dalam pengambilan keputusan sering terjadi keterlambatan sehingga
berdampak kefatalan dan kematian
4. Program pemerintah yaitu: adanya ASKES untuk para PNS, JPKM, ASESKIN
5. Diharapkan dapat meringankan beban dari segi pembiayaan masyarakat
6. Ada pula bila ibu tinggal ditempat yang kumuh, dan rumah kontrakan yang
sempit. Keadaan ini sangat tidak nyaman bagi ibu, dan pada akhirnya akan
membuat ibu stress dan tergaggu psikisnya.
Keadaan ibu hamil yang ada pada posisi :
a.              Ekonomi bawah
b.             Ekonomi tengah
c.              Ekonomi atas

Meliputi kondisi kesehatan, frekuensi ANC, tempat periksa,dan asupan nutrisi


selama hamil ialah sebagai berikut :
A. Ibu hamil dari ekonomi bawah
Kondisi kesehatan ibu hamil dari ekonomi bawah biasanya kurang. Ini bisa
disebabkan karena kurangnya fasilitas kesehatan yang tersedia atau karena
kurangnya dana bagi ibu dan bisa juga karena kurangnya pengetahuan si ibu
untuk menjaga kesehatannya. Frekuensi ANC bagi ibu hamil yang berasal dari
ekonomi bawah ini, jarang atau bahkan tidak memeriksakan kehamilannya
karena keterbatasan dana, dan pengetahuan ibu untuk memeriksakan kondisi
kehamilannya. Ibu mungkin akan berkunjung ke rumah bidan untuk
memeriksakan kondisi kehamilanya bila merasakan adanya hal yang tidak
beres pada kehamilannya. Asupan nutrisi ibu hamil ini tentunya kurang
karena janin yang ada di kandungan membutuhkan banyak sekali nutrisi
sdangkan untuk makan pun hanya bisa satu kali sehari.
B. Ibu hamil dari ekonomi menengah

• Kondisi kesehatan ibu hamil dari ekonomi menengah


umumnya cukup. Ini disebabkan karena baik dari fasilitas
kesehatan yang tersedia atau karena dana bagi ibu yang
memadai bgi iu untuk memeriksakan kehamilannya dan bisa
juga karena ibu berpengetahuan untuk menjaga kesehatannya.
Frekuensi ANC bagi ibu hamil yang berasal dari ekonomi
menengah ini, cukup rutin setiap trimesternya untuk
memeriksakan kondisi kehamilannya. Biasanya si ibu akn
memeriksakan kehamilannya di bidan. Asupan nutrisi ibu
hamil ini cukup bagi janin yang ada di kandungan, janin
membutuhkan banyak sekali nutrisi. Ibu akan berusaha untuk
bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bagi janinnya karena dengan
terpenuhinya nutrisi janin, janin akan berkembang maksimal.
C. Ibu hamil dari ekonomi atas

• Kondisi kesehatan ibu hamil dari ekonomi atas umumnya baik. Ini
disebabkan karena baik dari fasilitas kesehatan yang tersedia atau
dana bagi ibu yang memadai bagi ibu untuk memeriksakan
kehamilannya dan karena ibu berpengetahuan untuk menjaga
kesehatannya. Frekuensi ANC bagi ibu hamil yang berasal dari
ekonomi atas ini, rutin setiap trimesternya untuk memeriksakan
kondisi kehamilannya. Ibu akan memeriksakan kondisi
kehamilannya ke bidan atau dokter spesialis kandungan. Asupan
nutrisi ibu hamil ini cukup bagi janin yang ada di kandungan, janin
membutuhkan banyak sekali nutrisi. Ibu akan berusaha untuk bisa
memenuhi kebutuhan nutrisi bagi janinnya karena dengan
terpenuhinya nutrisi janin, janin akan berkembang maksimal.
Selain asupan nutrisi, ibu hamil dari ekonomi atas ini juga
melakukan senam hamil untuk menjaga kehamilannya baik dan
berharap nantinya saat persalinan akan mudah.
Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang
sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan
kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan
melakukan persiapan lainnya dengan baik. (Indrayani. 2011)
Jika seorang wanita termasuk keluarga miskin, maka perempuan terjerat
hidup dengan gizi rendah dan akhirnya menderita anemia dan cenderung
melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sehingga dalam
proses tumbuh kembang selanjutnya mengalami hambatan. Kemiskinan sangat
berpengaruh menentukan tingkat akses dan pelayanan kesehatan bagi
perempuan maupun Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE).(Indrayani. 2011)
Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi kehamilan ibu karena berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ibu selama kehamilan antara lain
makanan sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-obatan, tenaga kesehatan,
dan transportasi/sarana angkutan.
Masalah keuangan sering timbul di dalam kehidupan keluarga. Memang
dalam hal ini bidan tidak bertanggung jawab atas pemecahan masalah keluarga
tetapi hendaknya menunjukan empatinya serta mencoba memberikan
pemahaman akan manfaat finansial yang tersedia unutk kepentingan ibu dan
bayi. Sehingga bidan harus dapat memperoleh informasi mengenai kondisi
ekonomi klien apakah ibu dan keluarga tidak mengalami kesulitan untuk
memenuhi kebutuhannya selama kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai