Anda di halaman 1dari 102

Ketentuan Umum &

Tatacara Perpajakan
(KUP)
Oleh : Mahendra Kusuma
(maheinberg@gmail.com)
@maheinberg
2

PAJAK
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
3

PAJAK
Gabungan dari paling tidak 3 disiplin ilmu :
 Ilmu Akuntansi
 Ilmu Bisnis
 Ilmu Hukum
4

PAJAK
o Pajak Penghasilan (PPh)
o Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PAJAK PUSAT o Pajak atas Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
o Bea Materai
o PBB selain Perkotaan/Pedesaan

Bea Balik Nama


Pajak Dati I
Pajak Kendaraan

PAJAK
DAERAH Pajak Hotel & Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Dati II Pajak Radio
BPHTB
PBB Perkotaan/Pedesaan
MATERIAL & 5

FORMAL
Hukum Pajak Material
a) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.
c) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (kecuali PPB sektor
Pedesaan dan Perkotaan).
d) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai.
e) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000.
MATERIAL & 6

FORMAL
Hukum Pajak Formal
a) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009.
b) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000.
c) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.
7

KUP
Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan

• Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983


• Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1994
• Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000
• Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
• Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2008
• Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
• (Undang-Undang Cipta Kerja)
8

KUP
BAB I KETENTUAN UMUM
BAB II NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK, SURAT
PEMBERITAHUAN, DAN TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK
BAB III PENETAPAN DAN KETETAPAN PAJAK
BAB IV PENAGIHAN PAJAK
BAB V KEBERATAN DAN BANDING
BAB VI PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
BAB VII KETENTUAN KHUSUS
BAB VIII KETENTUAN PIDANA
BAB IX PENYIDIKAN
BAB X KETENTUAN PERALIHAN
BAB XI KETENTUAN PENUTUP
CATATAN MENGENAI KETENTUAN PERALIHAN
9

WAJIB PAJAK

Orang pribadi atau badan, meliputi


pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak,yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
10

WAJIB PAJAK
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha atau tidak, meliputi :
• perseroan terbatas, • persekutuan,
• perseroan komanditer, • perkumpulan,
• perseroan lainnya, • yayasan,
• badan usaha milik negara atau • organisasi massa,
badan usaha milik daerah dengan • organisasi sosial politik,
nama dan dalam bentuk apa pun,
• atau organisasi lainnya,
• firma,
• lembaga dan bentuk badan lainnya
• kongsi, termasuk kontrak investasi
• koperasi, kolektif dan bentuk usaha tetap.
• dana pensiun,
11

WAJIB PAJAK

Sumber Penghasilan Orang Pribadi :

• USAHA : Warung, Salon, Kontraktor, Makelar, dll


• PEKERJAAN BEBAS (penghasilan dari keahlian khusus yang
tidak terikat hubungan kerja) : Dokter, Akuntan, Pengacara,
Notaris, dll
• PEKERJAAN : Karyawan, Buruh, PNS, dll
• LAINNYA (Barang Modal dan Kegiatan) : Sewa, Bunga,
Deviden, Hadiah, Royalti
12

PKP
Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan
jasa dari luar daerah pabean.

Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan


Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

WP yang belum dikukuhkan sebagai PKP tidak bisa melaksanakan mekanisme


PPN.
KEWAJIBAN 13

Supplier
PAJAK
Barang PPN & PPh 22

PPN & PPnBM

PPN, PPh 21, 23,26, 4(2)


Supplier Jasa
Customer
WAJIB
PAJAK PPh 23, 4(2)
PPh 23, 26
Kreditur

Pemegang PPh 23, 26


Saham PPN

PPN KMS
PPh 21, 26
Menjual Aktiva Tetap

Membangun Sendiri Pegawai


14

NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak

adalah Nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak


sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
15

NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak

SEMUA WAJIB PAJAK


Yang telah memenuhi persyaratan Subjektif dan Objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.

Meliputi :
- WP Orang Pribadi
- WP Warisan Belum Terbagi
- WP Badan
- Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut

UU KUP, PP 74 tahun 2011


16

NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak

Subjektif : persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak


dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.

Objektif : persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh


penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan/pemungutan sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.

Termasuk : Wanita menikah yang Hidup Terpisah berdasarkan keputusan hakim


atau pisah harta

Atau bisa memilih untuk mendaftar sendiri agar dapat melaksanakan hak dan
kewajiban terpisah dari suami
17

NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak

WP OP – yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas &


penghasilan di atas PTKP, wajib mendaftar paling lama akhir bulan
berikutnya setelah penghasilannya di suatu bulan jika disetahunkan telah
melewati PTKP.

WP OP - yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas, wajib


mendaftar paling lambat satu bulan setelah saat usaha atau pekerjaan
bebas, nyata-nyata mulai dilakukan.

WP Badan – wajib mendaftar paling lambat satu bulan setelah pendirian.


Jika ada cabang, wajib mendaftar di semua lokasi usaha.

(PMK 147/PMK.03/2017)
18

NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak
Nomor NPWP

Nama Wajib Pajak

Alamat

KPP Terdaftar
19

NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak

Identitas WP Nomor random


- 00 : Pemungut Cek Digit
- 01-03 : Orang Pribadi
- 04-09 : Badan

Kode KPP Status WP


Tempat Mendaftar 20

NPWP

KPP di wilayah :
ORANG PRIBADI Tempat Tinggal/Domisili Tempat Usaha
sesuai KTP

KPP di wilayah :
BADAN Tempat Tempat Usaha / Cabang
Kedudukan/Pendirian
Cara Mendaftar 21

NPWP

1. Datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdekat.


2. Mengirim formulir pendaftaran beserta dokumen yang
disyaratkan ke KPP terdekat melalui pos, jasa ekspedisi, atau
jasa kurir.
3. Daftar online melalui https://ereg.pajak.go.id/
22

Penghapusan NPWP
a. Diajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak oleh Wajib
Pajak dan/atau ahli warisnya apabila Wajib Pajak sudah tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan;
b. Wajib Pajak badan dilikuidasi karenapenghentian atau penggabungan
usaha;
c. Wajib Pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di
Indonesia; atau
d. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan Nomor
Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
23

PTKP
Tambahan Utk
Tambahan Untuk
Seorang Istri (yg
Tambahan Utk Keluarga
Dasar Hukum Untuk Diri WP penghasilannya Mulai Berlaku
WP Kawin Sedarah dan
digabung dengan
Semenda
suami)

UU No. 8 Tahun 1983 960,000 480,000 960,000 480,000 1 Januari 1984

928/KMK.04/1993 1,728,000 864,000 1,728,000 864,000 1 Januari 1994

UU No.10 Tahun 1994 1,728,000 864,000 1,728,000 864,000 1 Januari 1995

361/KMK.04/1998 2,880,000 1,440,000 2,880,000 1,440,000 1 Januari 1999

UU No.17 Tahun 2000 2,880,000 1,440,000 2,880,000 1,440,000 1 Januari 2001

564/KMK.03/2004 12,000,000 1,200,000 12,000,000 1,200,000 1 Januari 2005

137/PMK.03/2005 13,200,000 1,200,000 13,200,000 1,200,000 1 Januari 2006

UU No.36 Tahun 2008 15,840,000 1,320,000 15,840,000 1,320,000 1 Januari 2009

162/PMK.011/2012 24,300,000 2,025,000 24,300,000 2,025,000 1 Januari 2013

122/PMK.010/2015 36,000,000 3,000,000 36,000,000 3,000,000 Tahun 2015

101/PMK.010/2016 54,000,000 4,500,000 54,000,000 4,500,000 Tahun 2016


24

PTKP

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dibedakan antara Wajib Pajak Kawin dan yang
tidak kawin. Sesuai dengan aturan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
101/PMK.010/2016 besaran PTKP untuk tahun 2016 adalah sebagai berikut.
• Rp54.000.000,-  untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi
• Rp4.500.000,- untuk tambahan Wajib Pajak yang kawin
• Rp54.000.000,- tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) UU
PPh.
• Rp4.500.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
25

PTKP

  0 1 2 3

TK 54,000,000 58,500,000 63,000,000 67,500,000

K 58,500,000 63,000,000 67,500,000 72,000,000

K/I 112,500,000 117,000,000 121,500,000 126,000,000


CONTOH PENGHITUNGAN 26

PTKP
1. Herman adalah seorang yang belum menikah, dan hidup sendiri. Maka statusnya adalah TK/0, dan PTKP nya
setahun adalah = Rp 54.000.000

2. Pak Merhan adalah seorang pekerja yang memiliki satu istri dan belum memiliki anak. Maka status PTKP nya
adalah K/0, dengan PTKP sebesar :
- Untuk Pak Merhan = Rp 54.000.000
- Untuk Bu Merhan = Rp 4.500.000
- JUMLAH = Rp 58.500.000

3. Pak Nahrem adalah seorang pengusaha yang memiliki dua istri yang tidak bekerja dan 5 anak kandung. Maka
status PTKP nya adalah K/3, dengan PTKP sebesar :
- Untuk Pak Nahrem = Rp 54.000.000
- Untuk Bu Nahrem = Rp 4.500.000
- Tanggungan 3 anak = Rp 13.500.000
- JUMLAH = Rp 72.000.000
CONTOH PENGHITUNGAN 27

PTKP

4. Pak Rheman dan Bu Mhenar adalah sepasang suami istri dengan 2 anak. Bu Mhenar memilih untuk memiliki
NPWP sendiri dan menjalankan kewajiban perpajakannya terpisah dari suami. Apakah status Pak Rheman
dan Bu Mhenar dalam SPT masing-masing? Berapa PTKP nya?

Untuk Pak Rheman :


Status = K/2
PTKP = 67.500.000

Untuk Bu Mhenar :
Status = TK/0
PTKP = 54.000.000
28

SPT
Surat Pemberitahuan

adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan


penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau
bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
29

Benar,
Lengkap,
Jelas. Bahasa
Indonesia,
Huruf latin.

Melampirkan Surat

SPT
Kuasa jika dikuasakan.
Dilampiri Laporan
Keuangan bagi yang
menyelenggarakan
pembukuan

Angka arab,
TTD
Mata uang
(pengurus/direksi) Rupiah
dan disampaikan
ke KPP
30

Jenis-jenis SPT
SPT Tahunan : adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
Contoh : SPT Tahunan PPh Badan / Orang Pribadi

SPT Masa : adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.


Contoh :
- SPT Masa PPh Pasal 21/26
- SPT Masa PPh Pasal 22
- SPT Masa PPh Pasal 23/26
- SPT Masa PPh Pasal 25
- SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)
- SPT Masa PPh Pasal 15
- SPT Masa PPN
31

Contoh SPT PPh Badan


32

Contoh SPT PPh Badan


33

Contoh SPT PPN


34

Contoh SPT PPN


35

Batas Waktu Penyampaian SPT

SPT Tahunan : Orang Pribadi paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
Badan paling lambat 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

SPT Masa : PPh paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak.
PPN paling lama akhir bulan berikutnya.
36

Cara Penyampaian SPT


Disampaikan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak atau secara elektronik
(WP menerima tanda bukti dan tanggal penerimaan)

Disampaikan melalui Kantor Pos secara tercatat


(Tanda bukti dan tanggal pengiriman dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal
pelaporan)

Atau melalui jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk oleh Ditjen Pajak

Pasal 6 UU KUP jo. KEP-518/PJ./2000


37

Batas Waktu Pembayaran


- PPh Pasal 21/26 : tanggal 10 bulan
berikutnya
- PPh Pasal 22 : hari berikut setelah pajak dipungut
- PPh Pasal 23/26 : tanggal 10 bulan
berikutnya
- PPh Pasal 25 : tanggal 15 bulan berikutnya
- PPh Pasal 4 ayat (2) : tanggal 15 bulan
berikutnya
- PPh Pasal 15 : tanggal 10 bulan berikutnya
- PPh Final PP 46 (PP 23) : tanggal 15 bulan
berikutnya
- PPN : akhir bulan berikutnya, sebelum lapor SPT
38

Cara Membayar Pajak

1. Online Banking
2. Menyetor lewat teller Bank / Kantor Pos
3. Layanan Pihak Ketiga

Menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana


administrasi lain yang ditentukan Ditjen Pajak
39

Pembetulan SPT
• Pembetulan SPT dapat dilakukan selama belum dilakukan pemeriksaan.
• Jika Pembetulan SPT menyatakan rugi atau lebih bayar, maka pembetulan tersebut
harus disampaikan paling lama dua tahun sebelum daluwarsa penetapan.
• Daluwarsa penetapan pajak adalah 5 tahun.
• Jika pembetulan tersebut mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, maka
dikenakan sanksi bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, dikenakan paling lama 24 bulan.
• Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan tersebut dihitung
berdasarkan suku bunga acuan ditambah 5% (lima persen) dan dibagi 12 (dua belas)
yang berlaku pada tanggal dimulainya penghitungan sanksi.

Pasal 8 UU KUP, UU Cipta Kerja


40
Pengungkapan Ketidakbenaran
SPT
(Sebelum UU Cipta Kerja)

Jika WP telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan


penyidikan, WP dapat melakukan pengungkapan ketidakbenaran disertai pelunasannya,
dan tidak akan dilakukan penyidikan. (Pasal 8 ayat (3) UU KUP)

Walaupun DJP telah melakukan pemeriksaan, tapi belum diterbitkan SKP, WP dapat
mengungkapkan ketidakbenaran sesuai keadaan yang sebenar-benarnya. (Pasal 8 ayat (4)
UU KUP)
Pengungkapan Ketidakbenaran 41

SPT
(Sesuai UU Cipta Kerja)
Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan bukti permulaan, Wajib Pajak dengan
kemauan sendiri dapat mengungkapkan dengan pernyataan tertulis mengenai
ketidakbenaran perbuatannya, yaitu sebagai berikut :
a.tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b.menyampaikan Surat Pemberitahuan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 atau Pasal 39 ayat (1) huruf c dan huruf d
sepanjang mulainya Penyidikan belum diberitahukan kepada Penuntut Umum melalui
penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan tersebut disertai pelunasan kekurangan


pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa
denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.
Pasal 8 ayat 3 KUP
Pengungkapan Ketidakbenaran 42

SPT
(Sesuai UU Cipta Kerja)
Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan syarat Direktur
Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan kesadaran
sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian
Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,
yang dapat mengakibatkan:
a.pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil;
b.rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar;
c.jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau
d.jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecildan proses pemeriksaan tetap
dilanjutkan.
Pengungkapan Ketidakbenaran 43

SPT
(Sesuai UU Cipta Kerja)
Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ketidakbenaran pengisian
Surat Pemberitahuan tersebut harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri disampaikan
beserta sanksi administrasi berupa bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan dari pajak yang kurang dibayar, yang dihitung sejak :
a. batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan berakhir sampai dengan tanggal
pembayaran, untuk pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan; atau
b. jatuh tempo pembayaran berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, untuk pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan Masa
dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, serta bagian dari bulan dihitung penuh 1
(satu) bulan.

Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri tersebut dihitung berdasarkan suku bunga acuan
ditambah 10% (sepuluh persen) dan dibagi 12 (dua belas) yang berlaku pada tanggal dimulainya
penghitungan sanksi.
Pembukuan & 44

Pencatatan
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan.

Kecuali WP OP dengan omzet di bawah 4,8M. Tidak wajib pembukuan,


tapi tetap wajib melakukan pencatatan.
45

Pembukuan
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur untuk mengumpulkan DATA dan INFORMASI
KEUANGAN yang meliputi :
 harta,
 kewajiban,
 modal,
 penghasilan dan biaya,
 serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau
jasa,
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa
neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak
tersebut.
46

Pembukuan
1. Harus diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
2. Harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia
atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
3. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel
kas.
4. Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.
5. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta,
kewajiban,modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
6. Penggunaan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan.
(PMK-123/PMK.03/2019)
7. Dokumen fisik dan elektronik wajib disimpan selama 10 tahun.
47

Pencatatan
Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan
secara teratur tentang :
 peredaran atau penerimaan bruto dan/atau
 penghasilan bruto
sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang,
(termasuk penghasilan yang bukan objek pajak
dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.)
48

WAKIL & KUASA


Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal:
a. badan oleh pengurus;
b. badan yang dinyatakan pailit oleh kurator;
c. badan dalam pembubaran oleh orang atau badan yang ditugasi untuk
melakukan pemberesan;
d. badan dalam likuidasi oleh likuidator;
e. suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya,
pelaksana wasiatnya atau yang mengurus harta peninggalannya; atau
f. anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan oleh
wali atau pengampunya
49

Wakil & Kuasa


Dalam melaksanakan hak dan/atau memenuhi kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
Wajib Pajak dapat menunjuk seorang kuasa, dengan persyaratan sbb :
• memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
• telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Tahun Pajak terakhir;
• menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
dan
• memiliki Surat Kuasa Khusus dari Wajib Pajak yang memberi
kuasa dengan format sesuai peraturan yang berlaku.

PMK-22/PMK.03/2008
50

Kuasa
Jika kuasa bukan konsultan pajak, persyaratan “menguasai ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan” dibuktikan dengan kepemilikan
sertifikat brevet atau ijazah pendidikan formal di bidang perpajakan
yang diterbitkan oleh Perguruan tinggi negeri atau swasta dengan status
terakreditasi A, sekurang-kurangnya tingkat Diploma III yang dibuktikan
dengan menyerahkan fotokopi sertifikat brevet atau ijazah.

Jika kuasa adalah konsultan pajak, persyaratan “menguasai ketentuan


peraturan perundang-undangan perpajakan” dibuktikan dengan kepemilikan
Surat Izin Praktek Konsultan Pajak yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal
Pajak atas nama Menteri Keuangan dan menyerahkan fotokopi Surat Izin
Praktek Konsultan Pajak yang dilengkapi dengan Surat Pernyataan Sebagai
Konsultan Pajak dengan format sebagaimana peraturan yang berlaku.

PMK-22/PMK.03/2008
KEWAJIBAN MEMBAYAR 51

PAJAK
 Wajib Pajak WAJIB membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan
perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada
adanya surat ketetapan pajak.

 Jumlah terutang pada SPT = jumlah terutang menurut Undang-Undang

 Jika DJP mendapatkan bukti bahwa jumlah tersebut tidak benar, maka
DJP menetapkan jumlah Pajak Terutang.
52

SURAT KETETAPAN PAJAK


(SKP)

 SKPKB (SKP Kurang Bayar)


 SKPKBT (SKP Kurang Bayar
Tambahan)
 SKPLB (SKP Lebih Bayar)
 SKPN (SKP Nihil)
53

SKPKB
diterbitkan dalam hal terdapat pajak yang tidak atau kurang dibayar berdasarkan hasil PEMERIKSAAN terhadap:

1. SPT;
2. kewajiban perpajakan wajib pajak karena wajib pajak tidak menyampaikan SPT dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) UU KUP dan setelah ditegur secara tertulis wajib pajak tidak
menyampaikan SPT pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran;
3. putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap terhadap wajib pajak yang dipidana karena
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara; atau
4. keterangan lain yang berupa data konkret sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) UU KUP di antaranya
berupa:
 hasil klarifikasi/konfirmasi faktur pajak;
 bukti pemotongan pajak penghasilan; atau
 bukti transaksi atau data perpajakan yang dapat digunakan untuk menghitung kewajiban perpajakan wajib
pajak.
 SKPKB juga dapat diterbitkan berdasarkan hasil pemeriksaan bukti permulaan (Bukper) terhadap wajib
pajak yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A UU KUP.

PMK-183/PMK.03/2015
54

SKPKBT
diterbitkan dalam hal terdapat pajak yang tidak atau kurang dibayar berdasarkan hasil PEMERIKSAAN ULANG yang
dilakukan karena adanya :

1. keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) UU
KUP;
2. data baru yang merupakan keterangan lain berupa data konkret;
3. data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang termasuk data yang semula belum
terungkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) UU KUP; atau
4. data baru dalam putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap terhadap wajib pajak yang
dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

PMK-183/PMK.03/2015
55

SKPN

diterbitkan berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap SPT apabila jumlah kredit pajak atau jumlah
pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak
ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

Pasal 17A ayat (1) UU KUP


56

SKPLB
diterbitkan berdasarkan dua hal berikut:

1. hasil penelitian kebenaran pembayaran pajak terhadap permohonan pengembalian kelebihan pajak
yang seharusnya tidak terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang KUP
terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang; atau
2. hasil pemeriksaan terhadap:
• SPT terdapat jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak
yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) UU KUP; atau
• permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B
UU KUP terdapat jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah
pajak yang terutang.

PMK-183/PMK.03/2015
57

STP (Surat Tagihan Pajak)


Kurang Sanksi PKP tidak PKP
PPh tahun membuat PKP tidak melaporkan
bayar Administrasi
berjalan faktur pajak mengisi faktur faktur pajak
karena salah berupa
tidak/kurang atau pajak secara tidak sesuai
tulis/salah denda dan
dibayar membuat lengkap dengan masa
hitung atau bunga
faktur pajak penerbitan
Pasal 14(1)a tetapi tidak Pasal 14(1)e faktur pajak
Pasal 14(1)b Pasal 14(1)c
tepat waktu
Pasal 14(1)f
PKP gagal produksi yang sudah Pasal 14(1)d
dikembalikan PM nya

Pasal 14(1)g

Bunga tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Denda 1% DPP
Keuangan sebulan paling lama 24 bulan Pasal 14(4)
Pasal 14(3)
CATATAN : - Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dihitung
berdasarkan suku bunga acuan ditambah 5% (lima persen) dan dibagi 12 (dua belas) yang berlaku pada tanggal
dimulainya penghitungan sanksi.
- STP memiliki kekuatan hukum yang sama dengan SKP (Pasal 14(2))
58

PENAGIHAN PAJAK
Dasar Penagihan Pajak :
 Surat Tagihan Pajak
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
 Surat Keputusan Pembetulan
 Surat Keputusan Keberatan
 Putusan Banding
yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah

Pasal 18 ayat (1) UU KUP


59

ALUR PENAGIHAN

21 hari 14 hari

Surat
Surat Surat
Penagihan Sita Lelang
Teguran Paksa
Pajak

1 bulan + 7 hari 2 x 24 jam


60

BUNGA PENAGIHAN
2% Per Bulan dikenakan terhadap :

1. Pajak yg terutang menurut 2. Pajak yg terutang dlm 3. Kekurangan pajak yg


SKPKB, SKPKBT, SK hal WP diperbolehkan belum dilunasi, apabila
Pembetulan, SK Keberatan mengangsur / diberikan penundaan
atau Putusan Banding yang menunda pembayaran penyampaian SPT
menyebabkan pajak yang Tahunan PPh
harus dibayar bertambah,
apabila pada saat jatuh
tempo pemba-yaran tidak/
kurang dibayar

Bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan


61

Pengangsuran dan Penundaan


DJP dapat memberikan persetujuan atas permohonan WP untuk
MENGANGSUR / MENUNDA pembayaran pajak terutang atas :

 STP  SK Pembetulan
 SKPKB  SK Keberatan
 SKPKBT  Putusan Banding
 PPh Pasal 29
Yang mengakibatkan pajak yg harus dibayar
bertambah

Dikenakan sanksi bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebulan, paling lama 24
bulan.
Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan tersebut dihitung berdasarkan suku bunga acuan dibagi 12
(dua belas) yang berlaku pada tanggal dimulainya penghitungan sanksi.
62

Penagihan Seketika dan Sekaligus


adalah tindakan Penagihan Pajak yang dilaksanakan oleh juru sita pajak kepada
penanggung pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang
meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak dan Tahun
Pajak
Dilakukan dalam hal :
 Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau
berniat untuk itu;
 Penanggung pajak memindahtangankan barang yg dimiliki atau dikuasai dalam
rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaannya
di Indonesia;
 Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung pajak akan membubarkan Badan
usahanya, atau menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau
memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya, atau
melakukan berubahan bentuk lainnya;
 Badan usaha akan dibubarkan oleh negara;
 Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat
tanda-tanda kepailitan. Pasal 20 UU KUP
63

HAK MENDAHULU

Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas barang-barang milik
Penanggung Pajak, meliputi :
 pokok pajak,
 sanksi administrasi (bunga, denda, kenaikan, dan )
 biaya penagihan pajak.

Pasal 20 UU KUP
64

PEMERIKSAAN
adalah serangkaian kegiatan :
 menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti
yang
 dilaksanakan secara objektif dan profesional
 berdasarkan suatu standar pemeriksaan
 untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
65

Sebab Dilakukan Pemeriksaan

1. Klarifikasi data yang


2. Kriteria Seleksi 3. Permohonan WP
tidak direspon WP

Diseleksi oleh DJP SPT LB, Pencabutan


berdasarkan data yang PKP, Penghapusan
ada NPWP, dll
66
Tujuan Pemeriksaan

1. Menguji Kepatuhan 2. Tujuan Lain

Melaksanakan ketentuan
Menerbitkan SKP peraturan perundang-
undangan perpajakan
67

Menguji Kepatuhan

 WP mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (Pasal 17B


UU KUP)
 Terdapat keterangan lain berupa data konkret
 SPT Rugi tidak Lebih Bayar
 SPT LB selain Pasal 17B
 WP telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
 penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau
akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;
 Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau karena
dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap
 Tidak menyampaikan atau menyampaikan SPT melampaui jangka waktu dalam
Surat Teguran yang terpilih untuk dilakukan pemeriksaan berdasarkan analisis risiko
 Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang terpilih untuk dilakukan
pemeriksaan berdasarkan analisis risiko
68

Tujuan Lain

 pemberian NPWP secara jabatan


 penghapusan NPWP
 pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
 Wajib Pajak mengajukan keberatan;
 pengumpulan bahan guna menyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto;
 pencocokan data dan/atau alat keterangan;
 penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
 penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN;
 pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
 penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi
kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan;
 memenuhi permintaan informasi dari negara mitra P3B
69

Hak Wajib Pajak Dalam Pemeriksaan

1. meminta Pemeriksa Pajak untuk :


• memperlihatkan tanda pengenal dan Surat Perintah Pemeriksaan;
• memberikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan;
• memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim pemeriksa apabila susunan
keanggotaan mengalami perubahan;
• memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan pemeriksaan;

2. menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;


3. menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan bersama dengan pemeriksa
pada waktu yang telah ditentukan;
4. mengajukan permohonan Quality Assurance Pemeriksaan dalam hal belum
disepakati dasar hukum koreksi pemeriksaan; dan
5. mengisi kuesioner terkait pelaksanaan pemeriksaan.
70

Kewajiban Wajib Pajak Dalam


Pemeriksaan
1. memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan tepat waktu;
2. memperlihatkan dan/atau meminjamkan dokumen yang menjadi dasar penghitungan penghasilan;
3. memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;
4. memberikan kesempatan tim pemeriksa untuk memasuki dan memeriksa ruangan yang menjadi
tempat penyimpanan dokumen serta meminjamkannya;
5. memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, yang dapat berupa:
• menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak apabila dalam
mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau
keahlian khusus;
• memberikan bantuan kepada tim pemeriksa untuk membuka barang bergerak
dan/atau tidak bergerak; dan/atau
6. •
meminjamkan Kertas
menyediakan Kerja Pemeriksaan
ruangan khusus dalamyang dibuat oleh akuntan
hal pemeriksaan publik;
dilakukan di tempat Wajib
Pajak;
7. menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; dan
8. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
71

Penolakan Pemeriksaan

1. Penyegelan
2. Penetapan PKP Secara Jabatan
3. Penetapan NPWP/Pengukuhan PKP Secara
Jabatan
4. Bukti Permulaan/Penyidikan
72

Tahapan Pemeriksaan

1. Penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan, bisa dengan diantar langsung, melalui pos tercatat,
atau melalui fax. Ketika Surat Perintah Pemeriksaan sudah disampaikan, maka Pemeriksaan dimulai,
Wajib Pajak tidak bisa melakukan pembetulan SPT.
2. Pemeriksaan berjalan sesuai peraturan yang berlaku, termasuk peminjaman dokumen dan pemberian
keterangan.
3. Dilakukan pengujian sesuai kaidah dan peraturan yang berlaku.
4. Hasil Pemeriksaan disampaikan melalui Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP), disertai
penjelasan dan dasar hukumnya.
5. Wajib Pajak memiliki hak untuk memberikan tanggapan atas hasil pemeriksaan, baik setuju maupun
tidak.
6. • SKP
Pada Kurang
tahap akhir,Bayar
akan (SKPKB)
terbit produk hukum berupa Surat Ketetapan Pajak (SKP). SKP yang terbit
dapat
• SKP berupa : Bayar Tambahan (SKPKBT)
Kurang
• SKP Nihil (SKPN)
• SKP Lebih Bayar (SKPLB)
73

Post-Pemeriksaan

1. SKPKB wajib dibayar paling lambat satu bulan sejak SKPKB diterbitkan.
2. Wajib Pajak memiliki hak untuk mengajukan keberatan dalam jangka waktu maksimal 3 bulan sejak
SKP diterbitkan.
3. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak
yang terutang, jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, ataujumlah rugi menurut
penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan yang menjadi dasar penghitungan.
4. Sebelum mengajukan keberatan, WP harus melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit
sebesar jumlah yang disetujui dalam Pemeriksaan.
5. Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan
keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
6. DJP harus memberi keputusan atas permohonan keberatan paling lama 12 bulan sejak tanggal surat
keberatan diterima. Jika tidak ada keputusan, maka keberatan dianggap dikabulkan.
7. Untuk tahap selanjutnya, Wajib Pajak bisa mengajukan banding.
74

Keberatan
Diajukan hanya kepada DJP atas suatu :
1. SKPKB
2. SKPKBT
3. SKPLB
4. SKPN
5. Pemotongan atau Pemungutan oleh Pihak Ketiga

Catatan :
 Pengajuan Keberatan menunda pembayaran dan pelaksanaan
penagihan
 Satu Surat Keberatan untuk satu jenis pajak dan satu Tahun Pajak
75

Syarat Pengajuan Keberatan


1. Tertulis dalam Bahasa Indonesia
2. Memuat jumlah Pajak yg terutang atau jumlah pajak yg dipotong
atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan WP disertai
alasan
3. Dalam jangka waktu tiga bulan sejak tanggal dikirim SKP atau
tanggal pemotongan / pemungutan kecuali di luar kekuasaan Wajib
Pajak (force mayeur)
4. Melunasi pajak yang telah disetujui dalam pembahasan akhir

Catatan :
 Jika tidak dipenuhi, tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga
tidak dipertimbangkan
Ketentuan Penting 76

Keberatan
1. Wajib Pajak berhak hadir untuk memberikan penjelasan atau memperoleh
penjelasan mengenai keberatannya. (26A (2))
2. Pengajuan dalam jangka waktu 3 bulan sejak surat ketetapan pajak dikirim.
(25 (3))
3. Data/informasi yang pada saat pemeriksaan masih berada pada pihak ketiga,
dapat dipertimbangkan. (26A (4))
4. Wajib Pajak membayar ketetapan pajak paling sedikit sejumlah pajak yang
disetujui oleh Wajib Pajak dalam pembahasan akhir. (25 (3a))
5. Jangka waktu pelunasan pajak tertangguh sampai dengan keputusan
keberatan. (25 (7))
6. Jumlah pajak yang diajukan keberatan belum merupakan utang pajak. (25
(8))
7. Apabila keberatan Wajib Pajak ditolak dan masih harus membayar
77

Penyelesaian Keberatan
Paling lama 12 bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, Dirjen Pajak harus
memberikan keputusan, dapat berupa :
1. Menerima seluruhnya
2. Menerima sebagian
3. Menolak
4. Menambah jumlah pajak terutang

Bila dalam waktu 12 bulan terlewati, dan tidak diberikan keputusan, maka Surat
Keberatan WP dianggap diterima.
78

Banding
1. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak atas
Surat Keputusan Keberatan.
2. Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan pengadilan khusus di lingkungan peradilan tata usaha
negara.
3. Permohonan Banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling
lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri dengan salinan Surat
Keputusan Keberatan.
4. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan banding, jangka waktu pelunasan pajak, atas jumlah pajak
yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak
tanggal penerbitan Putusan Banding.
5. Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan banding belum merupakan
pajak yang terutang sampai dengan Putusan Banding diterbitkan.
6. Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan Putusan
Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
7. Untuk tahap selanjutnya, Wajib Pajak bisa mengajukan Permohonan Peninjauan Kembali.
79

PIDANA PAJAK
80

Ketentuan Pidana
Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar;
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, didenda paling
sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar,
atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu)
tahun.
81

Ketentuan Pidana
Setiap orang yang dengan sengaja :
a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau
tidakmelaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
c. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
d. menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau
tidak lengkap;
e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29;
f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
g. ...
82

Ketentuan Pidana
Setiap orang yang dengan sengaja :
f. ...
g. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain;
h. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahandata dari pembukuan yang
dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line di
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11); atau
i. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut

sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak
4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
83

SANKSI-SANKSI
84

SANKSI
Tidak/ terlambat lapor SPT :
SPT Tahunan PPh Badan denda 1.000.000 rupiah
SPT Tahunan PPh OP denda 100.000 rupiah
SPT Masa PPh denda 100.000 rupiah
SPT Masa PPN denda 500.000 rupiah

Bunga kekurangan dan keterlambatan pembayaran :


Sebelum UU Cipta Kerja : bunga 2% per bulan, paling lama 24 bulan
Setelah UU Cipta Kerja :
bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
dikenakan paling lama 24 bulan
(Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan tersebut
dihitung berdasarkan suku bunga acuan ditambah 5% (lima persen) dan
dibagi 12 (dua belas) yang berlaku pada tanggal dimulainya penghitungan
sanksi.)
85

SANKSI
Sanksi SKPKB hasil pemeriksaan pajak terutang kurang dibayar :

Sebelum UU Cipta Kerja : bunga 2% per bulan, paling lama 24 bulan


Setelah UU Cipta Kerja :
bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
dikenakan paling lama 24 bulan
(Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan tersebut
dihitung berdasarkan suku bunga acuan ditambah 15% (lima belas persen)
dan dibagi 12 (dua belas) yang berlaku pada tanggal dimulainya
penghitungan sanksi.)
86

SANKSI
Sanksi STP atas PPh tidak/kurang diabayar, dan STP kekurangan
pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis/hitung :

Sebelum UU Cipta Kerja : bunga 2% per bulan, paling lama 24 bulan


Setelah UU Cipta Kerja :
bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
dikenakan paling lama 24 bulan
(Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan tersebut
dihitung berdasarkan suku bunga acuan ditambah 5% (lima persen) dan
dibagi 12 (dua belas) yang berlaku pada tanggal dimulainya penghitungan
sanksi.)
87

SANKSI
Sanksi PKP tidak/terlambat membuat faktur, atau tidak mengisi faktur
pajak secara lengkap :

Sebelum UU Cipta Kerja : denda 2% dari DPP


Setelah UU Cipta Kerja : denda 1% dari DPP
88

SANKSI-SANKSI
Sesuai Pasal dalam Undang-
Undang
89

SANKSI
Tidak/ terlambat lapor SPT (Pasal 7):
SPT Tahunan PPh Badan denda 1.000.000 rupiah
SPT Tahunan PPh OP denda 100.000 rupiah
SPT Masa PPh denda 100.000 rupiah
SPT Masa PPN denda 500.000 rupiah
90

SANKSI
• Bunga dalam proses penagihan (19 (1))
• Bunga karena mengangsur atau menunda pembayaran pajak (19(2))
• Bunga karena penundaan penyampaian SPT (19(3))

- Tarif :
- suku bunga acuan dibagi 12 (dua belas)
91

Contoh Penghitungan

- PT Suka Jual menerima SKPKB dengan nilai tagihan Rp 100.000.000


tanggal 10 Januari 2021. Pada tanggal 15 Juni 2021, Wajib Pajak
menerima Surat Penagihan Pajak, karena PT Suka Jual belum melakukan
pembayaran sama sekali. Hitunglah jumlah pajak yang harus dibayar
pada tanggal penerbitan Surat Penagihan Pajak tersebut.

- Jawab :
- SKPKB = 100.000.000
- Seharusnya dibayar paling lambat tanggal 09 Februari 2021, maka pada
tanggal 15 Juni 2021 sudah terlambat 5 bulan.
- Sanksi Bunga Penagihan = 0,54% x 5 bulan x 100.000.000 = 2.700.000
92

Contoh Penghitungan

- PT Suka Jual menerima SKPKB dengan nilai tagihan Rp 100.000.000


tanggal 10 Januari 2021. Karena mengalami kesulitan keuangan, PT
Suka Jual mengajukan permohonan untuk melakukan angsuran. DJP
menyetujui cicilan atas pembayaran tersebut, sebanyak 4 kali dalam 4
bulan, sejak 10 Februari 2021. Hitunglah berapa yang harus dibayar oleh
PT Suka Jual di setiap cicilannya.

- Jawab :
- SKPKB = 100.000.000
- Cicilan 1 (10-2-21) = 25.000.000 + (0,54% x 1 x 100.000.000) =
25.540.000
- Cicilan 2 (10-3-21) = 25.000.000 + (0,54% x 2 x 75.000.000) =
25.810.000
- Cicilan 3 (10-4-21) = 25.000.000 + (0,54% x 3 x 50.000.000) =
25.810.000
93

SANKSI
• Pembetulan SPT sendiri (8 (2) & 8 (2a))
• Terlambat bayar pajak masa dan tahunan (9 (2a) & 9 (2b))
• Bunga STP (14 (3))

- Tarif :
- suku bunga acuan ditambah 5% dibagi 12 (dua belas)
94

Contoh Penghitungan

- PT Antetokounbros Sejati melakukan pembayaran atas PPh terutang pada


SPT Tahunan PPh tahun 2020 pada tanggal 9 Juli 2021. Hitunglah sanksi
yang bisa tertagih, apabila nilai Kurang Bayar pada SPT tersebut sebesar
Rp 250.000.000.

- Jawab :
- KB = 250.000.000
- Sanksi = 0,95% x 3 x 250.000.000 = 7.125.000
95

SANKSI
• Pengungkapan ketidakbenaran SPT, belum terbit SKP (8 (5))

- Tarif :
- suku bunga acuan ditambah 10% dibagi 12 (dua belas)
96

Contoh Penghitungan

- PT First Draft sedang diperiksa atas SPT PPh Tahun 2019. Dalam proses
pemeriksaan, PT First Draft mengakui bahwa terdapat kesalahan yang
mengakibatkan masih ada PPh yang belum terbayar sebesar Rp
80.000.000. Atas kekurangan ini, Wajib Pajak berniat melakukan
pengungkapan ketidakbenaran SPT di bulan Juni 2021. Hitung berapa
yang harus dibayarkan oleh PT First Draft sebelum mengajukan
pengungkapan ketidakbenaran SPT.

- Jawab :
- KB = 80.000.000
- Sanksi = 1,37% x 14 x 80.000.000 = 15.344.000
97

SANKSI
• Bunga SKP (13 (2) & 13 (2a))

- Tarif :
- suku bunga acuan ditambah 15% dibagi 12 (dua belas)
98

Contoh Penghitungan

- PT First Draft sedang diperiksa atas SPT PPh Tahun 2019. Dalam proses
pemeriksaan, disimpulkan bahwa ada PPh yang masih harus dibayar
sebesar Rp 80.000.000. Hitung berapa yang harus dibayarkan oleh PT
First Draft dalam SKPKB yang terbit bulan Juni 2021.

- Jawab :
- KB = 80.000.000
- Sanksi = 1,79% x 14 x 80.000.000 = 20.048.000
99

SANKSI
Sanksi PKP tidak/terlambat membuat faktur, atau tidak mengisi faktur
pajak secara lengkap (14 (4)) :

Sebelum UU Cipta Kerja : denda 2% dari DPP


Setelah UU Cipta Kerja : denda 1% dari DPP
100

Contoh Penghitungan

- PT First Draft sedang diperiksa atas SPT Masa PPN bulan Maret 2020.
Dalam proses pemeriksaan, disimpulkan bahwa ada Penjualan yang
belum dilaporkan PPN nya sebesar Rp 80.000.000. Hitung berapa yang
harus dibayarkan oleh PT First Draft dalam SKPKB dan STP yang
diterbitkan bulan Juni 2021.

- Jawab :
- DPP = 80.000.000
- PPN belum dibayar = 8.000.000
- Sanksi Ps 13 = 1,79% x 14 x 8.000.000 = 2.004.800 (SKPKB)

- Sanksi Ps 14(4) = 1% x 80.000.000 = 800.000 (STP)


101

SANKSI
Sanksi atas KB dari hasil Keberatan (25 (9)):
50% dari KB

Sanksi atas KB dari hasil Banding (27 (5d)) :


100% dari KB
102

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai