Anda di halaman 1dari 28

Audit Tahap 1

Wulan Suci Rachmadani, S.E., M.Si


Tujuan auditor adalah mengidentifikasi dan menilai
risiko salah saji yang material, yang disebabkan oleh
kecurangan maupun kesalahan. Pada tingkat laporan
keuangan dan pada tingkat asersi, dengan memahami
entitas dan lingkupnya, termasuk pengendalian
internal entitas itu, yang menjadi dasar untuk
merancang dan mengimplementasikan tanggapan
terhadap risiko salah saji yang material yang dinilai.
Ada tiga tahap audit, yaitu risk assessment, risk
response dan reporting
Langkah-langkah utama dalam tahap audit pertama yang dipayungi oleh kendali mutu (quality
controls) yang mengacu kepada kode etik akuntan publik, independensi auditor, dan ketentuan yang
ditetapkan ISAs terdiri atas berikut :

Memutuskan untuk menerima (jika ini merupakan penugasan atau


perikatan audit yang pertama), melanjutkan (jika ini merupakan
penugasan atau perikatan audit ulangan), atau menolak penugasan
atau perikatan audit.
Merencanakan audit. Langkah kedua ini dapat dirinci lebih lanjut
dalam : menentukan materialitas; melakukan pertemuan dengan tim
audit dalam rangka perencanaan; dan merumuskan strategi audit yang
menyeluruh.
 Melaksanakan prosedur penilaian risiko, yang bertujuan untuk menilai
risiko salah saji di tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi.
Langkah ketiga ini dirinci lebih lanjut dalam: menentukan dan menilai
risiko bawaan; menentukan dan menilai risiko pengendalian; dan
mengomunikasikan kelemahan dan kekurangan yang ditemukan,
sebagai hasil pelaksanaaan prosedur penilaian risiko.
Dokumentasikan temuan dan segala perubahan atas rencana audit
semula.
MENERIMA DAN MELANJUTKAN PENUGASAN
Salah satu keputusan terpenting yang dapat KAP ialah
memutuskan untuk menerima/melanjtkan penugasan
atau klien dan memutuskan penugasan atau klien
mana yang harus ditolak. Keputusan yang buruk
mengenai hal ini, akan menyebabkan masalah seperti
waktu produktif yang tidak bisa dibebankan pada klien
(unbillable time), fee atau imbalan yang tidak dibayar
oleh klien (unpaid fees), beban psikologis tambahan
bagi partner dan staf, rusak atau hilangnya reputasi,
dan yang terburuk kemungkinan KAP/partner/staf
mengalami tuntutan hukum
Sebelum KAP memutuskan untuk menerima atau
mempertahankan suatu penugasan, auditor harus :
Memutuskan dapat diterimanya kerangka pelaporan
keuangan (financial reporting framework, disingkat
FRF) yang diusulkan atau digunakan entitas;
Menilai apakah KAP dapat mentaati ketentuan etika
yang relevan;
Dapatkan persetujuan manajemen bahwa ia memahami spenuhnya
tanggung jawabnya berkenaan dengan :
Penyusunan laporan keuangan entitas sesuai dengan FRF yang diterapkan;
Pengendalian internal sabagaimana dianggap perlu oleh manajemen
untuk menyusun laporan keuangan yang bebas dari salah saji yang
material, apakah yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan;
Memberikan kepada auditor akses kepada semua informasi yang relevan
dan memberikan informasi tambahan yang dapat diminta auditor, serta
akses tanpa batas kepada orang-orang di dalam entitas yang menurut
pendapat auditor diperlukan untuk mendapatkan bukti audit; dan
Prosedur menerima dan melanjutkan penugasan. Jika penugasan ini
diterima, hasil atau temuan prosedur ini dapat digunakan sebagai bagian
dari prosedur penilaian resiko.
Penilaian atas risiko penugasan di tahun pertama dan bertahun – tahun
selanjutnya membantu memastikan bahwa KAP :

Independen dan tidak mempunyai benturan


kepentingan;
Kompeten untuk melaksanakan tugasnya dengan
sumber daya yan diperlukan dan dalam batas waktu
yang tersedia;
Bersedia menerima dan menanggung risiko audit.
Tidak tahu atau tidak mempunyai informasi baru
mengenai klien (existing client) yang dapat
menyebabkan KAp menolak penugasan.
Sesudah diputuskan untuk menerima atau melanjutkan
penugasan , maka langkah selanjutnya ialah :

Memastikan apakah persyaratan awal atau prakondisi


bagi suatu audit , memang ada di bawah akan
dijelaskan kondisi-kondisi (preconditions) yang harus
ada; dan
Menegaskan pemahaman Bersama antara auditor dan
manajemen (di mana perlu, TCWG) mengenai syarat-
syarat perikatan audit (term of the audit engagement).
Perubahan Syarat Penugasan

Jika manajemen meminta perubahan dalam syarat-syarat perikatan


audit, auditor perlu mempertimbangkan apakah permintaan
mempunyai dasar, dan apa implikasinya terhadap lingkup
penugasan. Permintaan untuk mengubah syarat perikatan audit,
layak dipertimbangkan misalnya karena perubahan dalam situasi
yang dihadapi klien, atau kesalahpahaman mengenai sifat dari jasa
yang diminta sebelumnya. Permintaan untuk mengubah syarat
penugasan, tidak layak dipertimbangkan jika dilatarbelakangi
temuan atau issues yang timbul dalam audit.
Misalnya, temuan audit tidak mendukung pernyataan manajemen
(management representations), ketidaksanggupan memperoleh
informasi audit tertentu (yang secara efektif membatasi lingkup
audit), atau bukti audit tidak memuaskan.
Jika permintaan untuk mengubah syarat penugasan memang
layak, surat penugasan baru (revised engagement later) dapat
dibuat atau perjanjian tertulis lainnya diperoleh KAP.
Sebaliknya, jika uditor tidak dapat menyetujui perubahan syarat
penugasan dan tidak diizinkan manajemen untuk melanjutkan
audit dengan syarat semula, auditor wajib:
Mengundurkan diri (withdraw frm the audit engagement), jika
memang dimungkinkan oleh hukum atau ketentuan perundang-
undangan; dan
Memastikan apakah ada kewajiban berdasarkan kontrak atau
kewajiban lain, untuk melaporkan pengunduran diri KAP
kepada pihak lain, seperti TCWG, pemilik, atau regulator.
STRATEGI AUDIT MENYELURUH
Dalam menyusun strategi audit secara menyeluruh, auditor wajib:

mengidentifikasi ciri-ciri penugasan yang menjadi acuan bagi


lingkup auditnya;
memastikan tujuan pelaporan dalam penugasan ini untuk
merencanakan pengaturan waktu audit dan sifat komunikasi yang
harus dilakukan;
memperhitungkan faktor-faktor yang dalam kearifan profesionalnya
(judgment auditor), penting untuk mengarahkan upaya-upaya tim;
memperhitungkan hasil dari kegiatan-kegiatan pra-penugasan ini,
termasuk menentukan apakah pemahaman yang diperoleh partner
penugasan dari penugasan lain, memang relavan bagi entitas ini;
memastikan sifat, waktu dan luasnya sumber daya yang diperlukan
untuk melaksanakan penugasan ini.
Langkah - langkah dalam menyusun rencana audit
dan strategi audit secara menyeluruh acuannya adalah
ISA 300. Menyusun rencana dan strategi audit adalah
bagian dari tahap pertama dalam proses audit, yaitu
tahap penilaian risiko (risk assessment).
Auditor wajib mengembangkan rencana audit
yang akan memasukan penjelasan mengenai;

sifat, waktu dan luasnya prosedur penilaian risiko


yang direncanakan, sebagaimana ditetapkan dalam
ISA 315;
sifat, waktu dan luasnya prosedur audit selanjutnya
yang direncanakan, sebagaimana ditetapkan dalam
ISA 330;
prosedur audit lainnya yang direncanakan yang
diwajibkan agar penugasan audit ini sesuai dengan
ISAs.
Alinea 15
Auditor wajib merencanakan dan melaksanakan audit
dengan skeptisisme profesional dengan menyadari
bahwa mungkin ada situasi dimana laporan keuangan
dapat di salahsajikan secara material.
Sebagai proses yang berkesinambungan, perencanaan
dilaksanakan pada ketiga tahap audit:
Menilai risiko
Menanggapi risiko
Pelaporan
Manfaat perencanaan audit:
Anggota tim dapat belajar dari partner dan tim inti
yang berpengalaman
Penugasan di organisasi, dilengkapi dengan sifat
audit, dan dikelola secara baik
Pengalaman yang diperoleh dari audit terdahulu dan
dari penugasan lain dimanfaatkan secara optimal
Area penting atau rawan dalam audit itu mendapat
perhatian yang tepat
Masalah yang mungkin terjadi, diantisipasi dan
diselesaikan tepat pada waktunya
Dokumentasi audit di reviu secara tepat waktu
Pekerjaan oleh orang lain dapat dikoordinasikan
Perencanaan dilakukan pada dua tingkat, tingakt
pertama adalah strategi audit secara menyeluruh
(overall audit strategy).
Tingkat kedua adalah rencana audit terinci (detailed
audit plan).
Penyusunan strategi audit secara menyeluruh dimulai pada awal
penugasan, kemudian diselesaikan dan dimutakhirkan sesuai
informasi yang diperoleh dari:
Pengalaman di masa lalu dengan entitas tersebut
Penugasan lain yang dilakukan untuk klien tersebut dalam
periode itu
Pertemuan dan pembahasan dengan tim audit
Sumber eksternal lain seperti artikel koran, majalah, dan internet
Informasi baru, prosedur audit yang gagal, atau situasi baru yang
dihadapi selama audit yang akan mengubah srategi yang
direncanakan sebelumnya
Rencana Audit Terinci
Rencana audit terinci dimulai sedikit lebih
belakangan, ketika penilaian risiko spesifik
direncanakan dan ketika ada cukup informasi
mengenai risiko yang dinilai untuk memberikan
tanggapan audit yang tepat
tim audit menjadi sangat mudah dan pembuatan
strategi audit secara menyeluruh sangat
sederhana.Dokumentasinya dapat dilakukan
dengan memo singkat yang berisi:
Sifat dan penetapan waktu penugasan
Masalah dalam audit terdahulu
Perubahan keadaan dalam tahun berjalan
Revisi dalam strategi audit menyeluruh atau rencana
terinci
Tanggung jawab yang spesifik dari anggota tim audit.
Menilai risiko & memberi tanggapan
Tentukan materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan &performance materiality
Tentukan sifat dan luasnya prosedur penilaian risiko yang
harus dilakukan dan siapa yang akan melaksanakannya
Sesudah risiko dinilai pada tingkat laporan keuangan,
buat tanggapan secara keseluruhan yang tepat
Komunikasikan garis besar lingkup dan waktu yang
direncanakan untuk audit itu kepada TCWG
Mutakhirkan dan ubah strategi dan rencana audit
jika ada perubahan situasi
Hal-hal yang dapat dipertimbangkan auditor untuk dikomunikasikan adalah:
Bagaimana saran auditor dalam menghadapi salah saji
yang material, karena kecurangan atau kesalahan
Pendekatan auditor terhadap pengendalian internal,
dan bagaimana ia memanfaatkan pengendalian yang
relevan dalam prosedur auditnya
Penerapan materialitas dalam konteks audit

Anda mungkin juga menyukai