Anda di halaman 1dari 31

 Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.


 Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh
alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
 Remote Puerperium adalah waktu yang diuperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna membutuhkan waktu
berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan. (Rustam
Muchtar, 1998)
 Bayi lahir : Tinggi fundus uteri setinggi
pusat
 Plasenta lahir : 2 jari bawah pusat
 1 minggu : pertengahan pusat simfisis
 2 minggu : Tidak teraba di atas simfisis
 6 minggu : Bertambah kecil
 8 minggu : Sebesar normal
Setelah plasenta dilahirkan penurunan
produksi hormone dan organ tersebut terjadi
dengan cepat. Hormon hipofise anterior yaitu
prolaktin yang tadinya dihambat oleh
estrogen dan progesteron yang tinggi di
dalam darah kini dilepaskan. Prolaktin akan
mengaktifkan sel-sel kelenjar payudara untuk
memproduksi ASI.
Selama proses persalinan, kandung kemih
mengalami trauma yang dapat mengakibatkan
odema dan menurunnya sensitifitas terhadap
tekanan cairan, perubahan ini menyebabkan,
tekanan yang berlebihan dan kekosongan
kandung kemih yang tidak tuntas, hal ini bisa
mengakibatkan terjadinya infeksi. Biasanya
ibu mengalami kesulitan BAK sampai 2 hari
post partum.
▪ Menjaga kesehatan ibu, bayinya baik fisik maupun psikologik
▪ Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya.
▪ Mencegah terjadinya infeksi
▪ Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, pemberian imunisasi
kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat.
▪ Untuk mempercepat pemulihan kembali alat-alat kandungan
seperti pada keadaan sebelum hamil
▪ Untuk memperbanyak produksi ASI
 Sectio caesarea adalah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu
histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam
rahim.
 SC klasik atau corporal (dengan insisi
memanjang pada corpus uteri)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang
pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
 SC ismika atau profundal (low servical dengan
insisi pada segmen bawah rahim)
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang
konkat pada segmen bawah rahim (low servical
transversal) kira-kira 10 cm
 Fetal distress - His lemah / melemah
 Janin posisi melintang - Bayi besar (BBL  4,2
kg)
 Plasenta previa - Kalainan letak
 Disproporsi cevalo-pelvik
 Rupture uteri mengancam - Hydrocephalus
 Primi muda atau tua - Partus dengan komplikasi
 Panggul sempit - Problema plasenta
Infeksi puerperal ( Nifas )
 Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
 Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan
dehidrasi dan perut sedikit kembung
 Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

Perdarahan
 Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
 Perdarahan pada plasenta bed
 Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung
kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi
 Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan
berikutnya
 
FASE TAKING IN (Fase mengambil)
 Dapat terjadi pada hari 1-2 post pertum
 Ibu sangat bergantung pada orang lain
 adanya tuntutan akan kebutuhan makan dan
tidur
 Mengenang saat melahirkan
FASE TAKING HOLD
 Terjadi pada hari 3-10 post pertum
 Secara bertahap tenaga ibu mulai meningkat
dan terasa nyaman
 Ibu sudah mulai mandiri namun masih
memerlukan bantuan
 Mulai memperlihatkan perawatan diri dan
keinginan untuk belajar merawat bayinya
FASE LETTING GO

 Terjadi setelah 10 hari post pertum


 Ibu mampu merawat diri sendiri
 Ibu sibuk dengan tanggung jawabnya
IDENTITAS KLIEN

Ny. N , 29 tahun, dengan G3P2A0 hamil 37


minggu. Dengan bayi letak melintang
Kehamilan Persalinan Anak
Anak Kmpks
ke

Umur Pen Jenis Penolong Penyulit Jenis BB PB KU Skr


kehamilan sulit

1 +9 bulan - Spontan Bidan - - ♂ 4,1 51 Baik

2 +9 bulan - Spontan Bidan - - ♀ 2,6 45 Baik


Data Subjektif Data Objektif
 Klien mengatakan nyeri pada Ekspresi wajah klien tampak meringis
daerah abdomen  Pada area abdomen terdapat luka bekas operasi
 klien mengatakan nyeri bila tampak ada verband pada daerah bekas operasi
bergerak/beraktivitas  wajah klien nampak cemas ketika di singgung tentang
 Klien mengatakan trauma masalah operasinya
dengan kejadian operasi  Klien tampak lebih sering berbaring dan jarang
 Klien takut terjadi apa 2 apa melakukan aktivitas
pada luka dalam perutnya  Pos-Op Hari II
 Klien mengatakan takut untuk TTV :
hamil lagi karena takut diTD : 110/80 mmHg
operasi lagi N : 89 x/i
S : 22 x/i
P : 36 oC
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Tindakan operasi Sectio Caesaria Nyeri
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen ↓
Klien mengatakan nyeri bila Terputusnya kontinuitas jaringan
bergerak/beraktivitas ↓
DO : Merangsang serabut saraf efferent
Ekspresi wajah klien nampak meringis mengeluarkan mediator kimia (histamin,
Pada daerah abdomen terdapat luka bekas bradikinin, prostaglandin)
operasi ↓
Tampak ada verband pada daerah bekas Nociceptor
operasi ↓
TTV Kortex serebri
TD : 110/80 mmHg ↓
N : 89 x/i Nyeri dipersepsikan
S : 22 x/i ↓
P : 36 oC Nyeri

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


NO. DATA ETIOLOGI MASALAH

2 DS : Tindakan operasi dan kurangnya Ansietas


Klien mengatakan trauma dengan informasi
pembedahan ↓
Klien mengatakan takut terjadi apa – Mengganggu psikologis klien
apa pada luka di dalam perutnya ↓
DO : Cemas
Wajah klien Nampak cemas dan
berusaha mengalihkan perhatian ketika
di Tanya masalah operasi.
Klien Nampak antusias bertanya
tentang perkembangan kondisinya
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
3 DS : - Post-Op Sectio Caesaria Risiko infeksi
DO : ↓
Pada area abdomenterdapat luka bekas Luka pada daerah abdomen
operasi ↓
Tampak ada verband pada abdomen Port de entry mikroorganisme
(daerah Post-Op). ↓
Klien tampak sering berbaring dan Invasi mikroorganisme ke dalam tubuh/
jarang beraktivitas jaringan
Post-Op Hari II ↓
TTV Mikroorganisme berkembang dalam
TD : 110/80 mmHg jaringan
N : 89 x/i ↓
S : 22 x/i Risiko infeksi
P : 36 oC
1. Nyeri b/d terputusnya kontinuitas
jaringan akibat Sectio Caesaria

2. Ansietas b.d pengalaman pembedahan


dan hasil tidak dapat diperkirakan

3. Resiko terjadinya infeksi b/d adanya


luka post-operasi Sectio Caesaria
Masalah “ nyeri “
1. Melakukan pengkajian nyeri
2. Melakukan Management nyeri
3. Monitoring luka insisi operasi
4. Ajarkan mobilisasi bertahap
Masalahan “ ansietas “
1. Lakukan pendekatan diri pada pasien supaya
pasien merasa nyaman
2. Berikan penkes tentang operasi dan
permasalahannya
3. Yakinkan bahwa pembedahan merupakan
jalan terbaik yang harus ditempuh untuk
menyelamatkan bayi
Masalah “ resiko infeksi luka op “
 Pantau tanda-tanda vital, terutama pada
peningkatan suhu
 Kaji adanya tanda-tanda infeksi
 Lakukan mobilisasi pada klien secara bertahap
 Anjurkan kepada klien untuk menjaga
personal hygiene (kebersihan badan)
 Penatalaksanaan pemberian obat
12 mei 2011
Masalah nyeri : belum teratasi
Masalah ansietas : teratasi sebagian
Masalah infeksi : tidak terjadi
13 mei 2011
Masalah teratasi dan membuat discharge
planning karena pasien sudah di ijinkan
pulang oleh dokter

Anda mungkin juga menyukai