ENGENDALIAN KORUPSI
Kelompok 4
1.Deviyanti Agustin
2.Dwi Kristianti
3.Febriyanti Shoolihah
4.Siska Nurul
2
Peraturan yang Mengatur Gratifikasi
3
Didenda dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara pal
ing singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana dend
1 a paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar:
3 SUAP
penyuapan adalah bentuk pemberian yang dilakukan oleh k
orporasi atau pihak swasta berupa pemberian barang, uan
g, janji dan bentuk lainnya yang bertujuan untuk mempeng
aruhi pengambilan keputusan dari pihak penerima suap
4 PEMERASAN
pegawai negri dan penyelenggaraan negara (berperan aktif) melakukan
pemerasan kepada orang atau korporasi tertentu yang memerlukan pel
ayanan. Pasal 12 E Undang-Undang tipikor : Pegawai negara yang denga
n maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseor
ang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran den
gan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya. 6
PRINSIP-PRINSIP DALAM GRATIFIKASI
KEMANFAATAN
INDENPENDENSI
7
SEJARAH GRATIFIKASI
Gratifikasi merupakan pemberian dalam arti luas. Pengaturan dan penyebutan gratifikasi secara
spesifik dikenal sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan a
tas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU
Tipikor). Undang-undang memberikan kewajiban bagi pegawai negeri atau penyelenggara negar
a untuk melaporkan pada KPK setiap penerimaan gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan
dan berlawanan dengan tugas atau kewajiban penerima. Jika gratifikasi yang dianggap pemberia
n suap tersebut tidak dilaporkan pada KPK, maka terdapat resiko pelanggaran hukum baik pada
ranah administratif ataupun pidana.
Berikut sejumlah argumentasi hukum yang menegaskan bahwa delik
gratifikasi bukanlah suap, yaitu:
Gratifikasi merupakan jenis tindak pidana baru. Hal ini ditegaskan pada sambutan
pemerintah atas persetujuan RUU tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam Rapat Paripurna
Terbuka DPR-RI tanggal 23 Oktober 2001
“Dalam rancangan undang-undang ini diatur ketentuan mengenai gratifikasi sebagai tindak
pidana baru. Gratifikasi tersebut dianggap suap apabila berhubungan dengan jabatan dan
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya sebagai pegawai negeri ataU
penyelenggara Negara. Namun gratifikasi tersebut tidak dianggap suap apabila penerima
gratifikasi melapokan pada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu yang
ditentukan dan apabila tidak melaporkan dianggap suap. Dalam sistem pelaporan ini,
untuk menentukan ada atau tidaknya tindak pidana suap tersebut, penerima gratifikasi yang
nilainya Rp10.000.000,00 atau lebih, pembuktian bahwa pemberian bukan suap dilakukan
oleh penerima Gratifikasi, tetapi yang nilainya kurang dari Rp10.000.000,00 pembuktian
bahwa gratifikasi sebagai suap dilakukan oleh penuntut umum ”
The Power of PowerPoint | thepopp.com 9
Penolakan atas penerimaan gratifikasi tersebut, pe
rlu dilaporkan oleh pegawai negeri/penyelenggara
negara ke instansinya atau KPK. Pencatatan atau p
sebagai ungkapan terima kasih sebelum, selama atau setelah proses pengadaan barang dan jasa.
dalam pelaksanaan pekerjaan yang terkait dengan jabatan dan bertentangan dengan kewajiban/tugasnya
Karakteristik gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan secar
a umum adalah:
yaitu suatu kondisi pemberi Tidak bertentangan Dipandang sebagai wujud Merupakan bentuk pemberi
an yang diberlakukan sama dengan peraturan p ekspresi, keramah-tamaha an yang berada dalam ranah
dalam hal jenis, bentuk, per n, penghormatan dalam h
erundang-undanga adat istiadat, kebiasaan, dan
syaratan atau nilai, untuk se ubungan sosial antar sesa
mua peserta dan memenuhi
n yang berlaku. ma dalam batasan nilai ya
norma yang hidup di masyar
prinsip kewajaran atau kepa ng wajar. akat dalam batasan nilai yan
tutan g wajar.
13
Bentuk-bentuk gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan, meliputi:
2. hadiah (tanda kasih) dalam bentuk uang atau barang yang memiliki nilai jual dalam penyelenggaraan pesta pernikaha
n, kelahiran, aqiqah, baptis, khitanan, dll
3. pemberian terkait dengan Musibah atau Bencana yang dialami oleh penerima, bapak/ibu/mertua, suami/istri, atau an
ak penerima gratifikasi paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
4. pemberian sesama pegawai dalam rangka pisah sambut, pensiun, promosi jabatan, dan ulang tahun dll
5. pemberian sesama rekan kerja tidak dalam bentuk uang atau tidak berbentuk setara uang (cek, bilyet gori, saham, dep
osito, voucher, pulsa, dan lain-lain) paling banyak Rp200.000,00
6. prestasi akademis atau non akademis yang diikuti dengan menggunakan biaya sendiri seperti kejuaraan, perlombaan a
tau kompetisi tidak terkait kedinasan.
7. keuntungan atau bunga dari penempatan dana, investasi atau kepemilikan saham pribadi yang berlaku umum.
8. seminar kit yang berbentuk seperangkat modul dan alat tulis serta sertifikat yang diperoleh dari kegiatan resmi kedinas
an seperti rapat, seminar, workshop, konferensi, pelatihan, atau kegiatan lain sejenis yang berlaku umum.
9. penerimaan hadiah atau tunjangan baik berupa uang atau barang yang ada kaitannya dengan peningkatan prestasi ker
ja yang diberikan oleh Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PERLINDUNGAN TERHADAP PELAPOR GRATIFIKASI
Pelapor gratifikasi mempunyai hak untuk diberikan perlindungan secara hukum. Menurut Pasal 15 UU
KPK, KPK wajib memberikan perlindungan terhadap Saksi atau Pelapor yang telah menyampaikan
laporan atau memberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana korupsi. Selain itu,
berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Lembaga
Perlindungan Saksi Korban (LPSK) mempunyai tanggung jawab untuk memberikan perlindungan dan
bantuan kepada saksi dan korban. Dalam konteks ini, pelapor gratifikasi dapat akan dibutuhkan
keterangannya sebagai saksi tentang adanya dugaan tindak pidana korupsi.
15
Bentuk nyata peran masyarakat
3 columns