Anda di halaman 1dari 18

PSIKOLOGI KESEHATAN

H . M U H A M M A D A S I KI N
Defenisi

Ilmu atau cabang ilmu psikologi yang mempelajari


bagaimana berbagai faktor psikologi mempengaruhi
manusia untuk memahami penyebab, pencegahan
dan perlakuan penyakit fisik.
Memelihara kondisi sehat

Informasi di media massa yang setiap hari membombardir kita


setiap, sering membuat bingung kita.
Laporan dari british medical journal menyebutkan bahwa
minum 3 atau 5 gelas anggur per hari menunjukkan angka
kematian yang lebih rendah dibanding minum bir, liquor atau
bahkan minuman tak beralkohol. Pengaruh anggur
membangkitkan tingkat HDL kolesterol ke tingkat “good”
sehingga mengurangi resiko kematian sebagai akibat penyakit
cardiovasculair.
Di sisi lain banyak korban kecelakaan yang mati karena
mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. Sulitnya mengubah
kebiasaan mesti tahu bahwa kebiasaan tersebut membawa
resiko kematian. Contohnya berhenti merokok. Mengapa?
Karena:
1. Informasi yang banyak diberitakan tidak setinggi yang
diperkirakan. Ketika mendapat informasi tentang AIDS, TBC,
bakteri pemakan daging hingga SARS perkiraan banyak yang
meninggal namun kenyataannya usia harapan hidup bertambah,
di AS kematian per tahun kurang lebih 0,5% Di Indonesia
bagaimana? Adakah ada kemiripan dengan yang terjadi di AS?
2.  Kerangka pesan
Menurut Rothman dkk (1993)
Untuk memfasilitasi perilaku pencegahan adalah dengan
menggunakan pesan positif. Misal: makanlah makanan berserat
tinggi agar mencapai badan yang sehat dan mencegah sakit.
Untuk memfasilitasi deteksi dini dengan pesan negative. Misal:
lakukanlah papsmear secara teratur untuk menghindari
terserang penyakit kanker.
3. Pengalaman atau kebiasaan itu sendiri
Seperti eksperimen Liberman dan  Chaiken pada
sekelompok orang yang mengkonsumsi kopi tinggi
dan mengkonsumsi kopi rendah terhadap
kepercayaan bahwa dengan mengkonsumsi kopi
yang tinggi dapat menyebabkan kematian. Pada
sekelompok orang yang mengkonsumsi kopi tinggi
tidak mempercayainya.
4. Defens mekanisme yang dilakukan individu yang
bersangkutan.
Repressing, yaitu dengan mencoba menghindari dan
menyangkal informasi kesehatan untuk mengurangi
kecemasan.
Sensitisasi, yaitu dengan mencoba berpikir dan
mencari informasi yang relevan dengan pesan yang
mengancam kesehatan untuk mengurangi
kecemasan.
Coping terhadap  ketergantungan merokok

Pesan kesehatan tergantung pada isi pesan,


defens mekanisme dan perhatian terfokus ke mana.
Perilaku merokok:
Di Amerika 1200 orang meninggal karena rokok.
Ibu perokok akan berakibat pada anak sehingga
dapat lahir secara prematur dan berat badan
dibawah rata- rata. Merokok merupakan perilaku
sulit yang berkelanjutan.
Perokok pasif pun dapat ikut teracuni.
 Mengapa orang- orang tetap merokok?
a. Iklan. Pangsa pasar yang berbeda beda,
menimbulkan efek modelling.
b. Menimbulkan rasa nyaman
c. Pengaruh sosial
Norma sosial, Perilaku orang- orang yang relevan 
d. Tekanan- tekanan interpersonal
Sikap dan kepercayaan tentang konsekuensi
merokok, Keberhasilan diri, menolak atau menerima
Langkah- langkah pencegahan untuk tidak merokok:
1. Sadarkan bahwa tidak merokok adalah norma umum
2. Jelaskan bahwa efek-efek modelling pada model- model
penderita akibat merokok dapat terjadi
3. Sadarkan bahwa tekanan- tekanan untuk merokok dapat
berasal dari kelompok sebaya, keluarga dan media
4. Jelaskan secara teliti dampak dari merokok
5. Tunjukkan bukti- bukti dari keberhasilan diri untuk
menolak berbagai tekanan atau bujukan untuk merokok.
Pengatasan terhadap kondisi sakit

Ada beberapa langkah untuk memahami sesuatu merasa sakit atau


tidak
1.  Perhatian terhadap gejala
Ada sebagian yang membuat sedikit perhatian terhadap gejala- gejala
sakit yang dia rasakan ada pula yang sedikit- sedikit merasa sakit atau
Hypo Condriac. Hal ini dipengaruhi oleh:

Kejadian-kejadian eksternal yang menjadi perhatian pertama misalnya


Aksperimen Skelton& Strohmez (1990) Pada sekelompok orang yang
diberi perlakuan dengan kata- kata sakit dan pil sebagai masukan
pertama lebih sering melaporkan gejala- gejala yang mereka rasakan
daripada kelompok lain. Kini kita sering mendengar gejala dan
penyakit SARS maka kita lebih memperhatikan jika kita mengalami
gejala- gejala seperti demam, batuk terus dan sesak napas. Jika
pemberitaan SARS berkurang maka perhatian kita berkurang.
2. Suasana hati
Menurut Croyle& Uretsky (1987) sekelompok mahasiswa setelah
menonton film sedih dan depresi lebih bersedia melaporkan kondisi
persoalan kesehatan mereka bila dibanding sekelompok mahasiswa
setelah menonton film yang menyenangkan.
a. Tipe kepribadian pola A (Pola kepribadian yang berlebihan dalam
mengontrol hubungan interpersonal)
 Dominan
 Berlagak “Ngeboss”
 Pengambilan keputusan sepihak
 Sering mengeluh soal gejala fisik dan distress afeksi bila
dibandingkan
b. Tipe B (Basso, Schefft& Freedman, 1994)
 Pandangan Subyek yangbersangkutan tentang kesehatan dia pada
 umumnya di masa lalu dan yang akan datang (Idler, 1993)
3. Mengartikan gejala- gejala yang dialami
Biasanya yang dilakukan adalah atribusi diri atau
labeling. Badan panas 3 hari belum ke belakang
menimbulkan pemikiran “Ah paling- paling belum
kebelakang” namun jika salah dapat berbahaya bahkan bisa
berakibat fatal (Mislabelling)
Mislabelling terjadi:
Anggapan gitu saja kok harus ke dokter
Gejala hilang sehingga berhenti meminum obat yang
diberikan dokter. Contoh: Hipertensi yang tak bergejala
tahu- tahu resiko jantung koroner bertambah ( Meyer,
Leventhal& Guttman, 1985)
3. Kapan menghubungi dokter?
a. Meskipun pengobatan sendiri juga berbahaya, tetapi
untuk pengesahan dan pengobatan ringan tak perlu
bantuan professional(dokter). Menurut Bisshop
(1987) ada 4 hal seseorang pergi ke dokter atau tidak.
b. Diagnosis diri          
Penyebab virus atau bukan dan menyerang lebih
sebagian atau hanya separuh badan. Jika
penyebabnya virus dan menyerang separuh badan
maka menghindari dokter. Namun sebaliknya jika
penyebabnya non virus dan kurang dari separuh
badan yang terserang maka ke dokter.
c. Disposisi kepribadian
Monitoring, orang yang memiliki monitor yang tinggi secara
ajeg terhadap segala hal yang mengancam termasuk kesehatan
sehingga ke dokter. (Miller, Broody& Summerton, 1998)
d. Kecemasan terhadap interaksi sosial dan perhatian
terhadap kesehatan fisik yang kurang. Misalnya para ibu-ibu
seperti ini jarang pergi ke dokter kandungan dan melakukan
Paptes ( Kowalski& Brown, 1994)
e. Ketergantungan
Baik mahasiswa pria maupin wanita dengan sifat
ketergantungan yang tinggi lebih sering mengunjungi pusat
kesehatan universitas.
 
Penanganan dengan pengobatan
1.     Interaksi antara pasien dan dokter
Dipengaruhi antara lain:
 Kemampuan komunikasi verbal dokter untuk mengkomunikasikan
atau menjawab pertanyaan pasien
 Mendiskusikan diagnosa dengan pasien. Dia lebih baik dipersepsikan
kompeten. (Rall dkk, 1994)
Komunikasi non verbal
Di Mario dkk. (1986) jika seorang dokter yang keluar masuk ruang
prakteknya untuk menghubungi seorang spesialis atau mengatur rawat
inap dia (Bryne)
Sensitif
Seorang dokter harus sensitif dalam memilih kata-kata yang tepat untuk
menggambarkan kondisi pasien. Misal: mengkomunikasikan keadaan
kehamilan seorang ibu pada pasangan bahwa 50% kemungkinan
normatif, 50% kemungkinan abnormal. Kesempatan sama tetapi
kerangka inf negatif pada pernyataan kedua  gugurkan.
2.  Persiapan menghadapi terhadap diagnosis dan treatment
Mengalihkan suasana hati seperti dengan menonton film
 Memperhatikan dengan seksama terhadap tubuh kita yang ditangani
dokter. Misalnya melihat lengan kita ditusuk jarum infus.
Peran kontrol persepsi dalam menangani treatment
Ketika ditreatment orang biasanya stress dan untuk mengurangi hal ini ada
beberapa cara yakni:
· Orang yang percaya bahwa dia mampu mengontrol persepsi terhadap gejala
penyakit seperti kanker memiliki penyesuaian yang baik.
·  Ikut terlibat memutuskan dioperasi atau tidak
·  Informasi yang akurat diberikan kepada pasien
·  Pengetahuan tentang proses terapi yang harus dialami pasien
Misal: pasien diminta memberikan datakesehatan atau penyakit pada
komputer, meminta informasi tentang terapi obat. Setelah pasiesn tahu baik
buruk hasilnya dia mengambil keputusan operasi atau tidak (Freudenheim,
1992)
Cara lain:
Jay dkk (1983) memberikan informasi yang memadai dan teliti
tentang apa yang sedang dialami dan akan dialami pasien.
Suls & Wan (1989) memberikan pengetahuan tentang prosedur
yang tak menyenangkan
Mengurangi stress
Kulik & Mahler (1987) menemukan bahwa pasien yang sekamar
dengan pasien lain yang telah operasi mengakibatkan:
Sedikit berkurangnya kecemasan
Sedikit membangun pengobatan untuk rasa sakit
Lebih cepat masa rawat inapnya
Pengetahuan membangun kemampuan pasien untuk mengatasi
rasa takut
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai