bagaimana berbagai faktor psikologi mempengaruhi manusia untuk memahami penyebab, pencegahan dan perlakuan penyakit fisik. Memelihara kondisi sehat
Informasi di media massa yang setiap hari membombardir kita
setiap, sering membuat bingung kita. Laporan dari british medical journal menyebutkan bahwa minum 3 atau 5 gelas anggur per hari menunjukkan angka kematian yang lebih rendah dibanding minum bir, liquor atau bahkan minuman tak beralkohol. Pengaruh anggur membangkitkan tingkat HDL kolesterol ke tingkat “good” sehingga mengurangi resiko kematian sebagai akibat penyakit cardiovasculair. Di sisi lain banyak korban kecelakaan yang mati karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. Sulitnya mengubah kebiasaan mesti tahu bahwa kebiasaan tersebut membawa resiko kematian. Contohnya berhenti merokok. Mengapa? Karena: 1. Informasi yang banyak diberitakan tidak setinggi yang diperkirakan. Ketika mendapat informasi tentang AIDS, TBC, bakteri pemakan daging hingga SARS perkiraan banyak yang meninggal namun kenyataannya usia harapan hidup bertambah, di AS kematian per tahun kurang lebih 0,5% Di Indonesia bagaimana? Adakah ada kemiripan dengan yang terjadi di AS? 2. Kerangka pesan Menurut Rothman dkk (1993) Untuk memfasilitasi perilaku pencegahan adalah dengan menggunakan pesan positif. Misal: makanlah makanan berserat tinggi agar mencapai badan yang sehat dan mencegah sakit. Untuk memfasilitasi deteksi dini dengan pesan negative. Misal: lakukanlah papsmear secara teratur untuk menghindari terserang penyakit kanker. 3. Pengalaman atau kebiasaan itu sendiri Seperti eksperimen Liberman dan Chaiken pada sekelompok orang yang mengkonsumsi kopi tinggi dan mengkonsumsi kopi rendah terhadap kepercayaan bahwa dengan mengkonsumsi kopi yang tinggi dapat menyebabkan kematian. Pada sekelompok orang yang mengkonsumsi kopi tinggi tidak mempercayainya. 4. Defens mekanisme yang dilakukan individu yang bersangkutan. Repressing, yaitu dengan mencoba menghindari dan menyangkal informasi kesehatan untuk mengurangi kecemasan. Sensitisasi, yaitu dengan mencoba berpikir dan mencari informasi yang relevan dengan pesan yang mengancam kesehatan untuk mengurangi kecemasan. Coping terhadap ketergantungan merokok
Pesan kesehatan tergantung pada isi pesan,
defens mekanisme dan perhatian terfokus ke mana. Perilaku merokok: Di Amerika 1200 orang meninggal karena rokok. Ibu perokok akan berakibat pada anak sehingga dapat lahir secara prematur dan berat badan dibawah rata- rata. Merokok merupakan perilaku sulit yang berkelanjutan. Perokok pasif pun dapat ikut teracuni. Mengapa orang- orang tetap merokok? a. Iklan. Pangsa pasar yang berbeda beda, menimbulkan efek modelling. b. Menimbulkan rasa nyaman c. Pengaruh sosial Norma sosial, Perilaku orang- orang yang relevan d. Tekanan- tekanan interpersonal Sikap dan kepercayaan tentang konsekuensi merokok, Keberhasilan diri, menolak atau menerima Langkah- langkah pencegahan untuk tidak merokok: 1. Sadarkan bahwa tidak merokok adalah norma umum 2. Jelaskan bahwa efek-efek modelling pada model- model penderita akibat merokok dapat terjadi 3. Sadarkan bahwa tekanan- tekanan untuk merokok dapat berasal dari kelompok sebaya, keluarga dan media 4. Jelaskan secara teliti dampak dari merokok 5. Tunjukkan bukti- bukti dari keberhasilan diri untuk menolak berbagai tekanan atau bujukan untuk merokok. Pengatasan terhadap kondisi sakit
Ada beberapa langkah untuk memahami sesuatu merasa sakit atau
tidak 1. Perhatian terhadap gejala Ada sebagian yang membuat sedikit perhatian terhadap gejala- gejala sakit yang dia rasakan ada pula yang sedikit- sedikit merasa sakit atau Hypo Condriac. Hal ini dipengaruhi oleh:
Kejadian-kejadian eksternal yang menjadi perhatian pertama misalnya
Aksperimen Skelton& Strohmez (1990) Pada sekelompok orang yang diberi perlakuan dengan kata- kata sakit dan pil sebagai masukan pertama lebih sering melaporkan gejala- gejala yang mereka rasakan daripada kelompok lain. Kini kita sering mendengar gejala dan penyakit SARS maka kita lebih memperhatikan jika kita mengalami gejala- gejala seperti demam, batuk terus dan sesak napas. Jika pemberitaan SARS berkurang maka perhatian kita berkurang. 2. Suasana hati Menurut Croyle& Uretsky (1987) sekelompok mahasiswa setelah menonton film sedih dan depresi lebih bersedia melaporkan kondisi persoalan kesehatan mereka bila dibanding sekelompok mahasiswa setelah menonton film yang menyenangkan. a. Tipe kepribadian pola A (Pola kepribadian yang berlebihan dalam mengontrol hubungan interpersonal) Dominan Berlagak “Ngeboss” Pengambilan keputusan sepihak Sering mengeluh soal gejala fisik dan distress afeksi bila dibandingkan b. Tipe B (Basso, Schefft& Freedman, 1994) Pandangan Subyek yangbersangkutan tentang kesehatan dia pada umumnya di masa lalu dan yang akan datang (Idler, 1993) 3. Mengartikan gejala- gejala yang dialami Biasanya yang dilakukan adalah atribusi diri atau labeling. Badan panas 3 hari belum ke belakang menimbulkan pemikiran “Ah paling- paling belum kebelakang” namun jika salah dapat berbahaya bahkan bisa berakibat fatal (Mislabelling) Mislabelling terjadi: Anggapan gitu saja kok harus ke dokter Gejala hilang sehingga berhenti meminum obat yang diberikan dokter. Contoh: Hipertensi yang tak bergejala tahu- tahu resiko jantung koroner bertambah ( Meyer, Leventhal& Guttman, 1985) 3. Kapan menghubungi dokter? a. Meskipun pengobatan sendiri juga berbahaya, tetapi untuk pengesahan dan pengobatan ringan tak perlu bantuan professional(dokter). Menurut Bisshop (1987) ada 4 hal seseorang pergi ke dokter atau tidak. b. Diagnosis diri Penyebab virus atau bukan dan menyerang lebih sebagian atau hanya separuh badan. Jika penyebabnya virus dan menyerang separuh badan maka menghindari dokter. Namun sebaliknya jika penyebabnya non virus dan kurang dari separuh badan yang terserang maka ke dokter. c. Disposisi kepribadian Monitoring, orang yang memiliki monitor yang tinggi secara ajeg terhadap segala hal yang mengancam termasuk kesehatan sehingga ke dokter. (Miller, Broody& Summerton, 1998) d. Kecemasan terhadap interaksi sosial dan perhatian terhadap kesehatan fisik yang kurang. Misalnya para ibu-ibu seperti ini jarang pergi ke dokter kandungan dan melakukan Paptes ( Kowalski& Brown, 1994) e. Ketergantungan Baik mahasiswa pria maupin wanita dengan sifat ketergantungan yang tinggi lebih sering mengunjungi pusat kesehatan universitas.
Penanganan dengan pengobatan 1. Interaksi antara pasien dan dokter Dipengaruhi antara lain: Kemampuan komunikasi verbal dokter untuk mengkomunikasikan atau menjawab pertanyaan pasien Mendiskusikan diagnosa dengan pasien. Dia lebih baik dipersepsikan kompeten. (Rall dkk, 1994) Komunikasi non verbal Di Mario dkk. (1986) jika seorang dokter yang keluar masuk ruang prakteknya untuk menghubungi seorang spesialis atau mengatur rawat inap dia (Bryne) Sensitif Seorang dokter harus sensitif dalam memilih kata-kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi pasien. Misal: mengkomunikasikan keadaan kehamilan seorang ibu pada pasangan bahwa 50% kemungkinan normatif, 50% kemungkinan abnormal. Kesempatan sama tetapi kerangka inf negatif pada pernyataan kedua gugurkan. 2. Persiapan menghadapi terhadap diagnosis dan treatment Mengalihkan suasana hati seperti dengan menonton film Memperhatikan dengan seksama terhadap tubuh kita yang ditangani dokter. Misalnya melihat lengan kita ditusuk jarum infus. Peran kontrol persepsi dalam menangani treatment Ketika ditreatment orang biasanya stress dan untuk mengurangi hal ini ada beberapa cara yakni: · Orang yang percaya bahwa dia mampu mengontrol persepsi terhadap gejala penyakit seperti kanker memiliki penyesuaian yang baik. · Ikut terlibat memutuskan dioperasi atau tidak · Informasi yang akurat diberikan kepada pasien · Pengetahuan tentang proses terapi yang harus dialami pasien Misal: pasien diminta memberikan datakesehatan atau penyakit pada komputer, meminta informasi tentang terapi obat. Setelah pasiesn tahu baik buruk hasilnya dia mengambil keputusan operasi atau tidak (Freudenheim, 1992) Cara lain: Jay dkk (1983) memberikan informasi yang memadai dan teliti tentang apa yang sedang dialami dan akan dialami pasien. Suls & Wan (1989) memberikan pengetahuan tentang prosedur yang tak menyenangkan Mengurangi stress Kulik & Mahler (1987) menemukan bahwa pasien yang sekamar dengan pasien lain yang telah operasi mengakibatkan: Sedikit berkurangnya kecemasan Sedikit membangun pengobatan untuk rasa sakit Lebih cepat masa rawat inapnya Pengetahuan membangun kemampuan pasien untuk mengatasi rasa takut TERIMA KASIH