Anda di halaman 1dari 14

Ilmu sosial

Kelompok 1:

ERIK (F1091201005)
RIZKA VIANTI (F1091201014)
WINDY GLORIA SINYOR (F1091201015)
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial. Tentunya, sebagai makhluk sosial, manusia selalu dihadapkan pada berbagai masalah sosial.
Masalah sosial pada hakikatanya bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena masalah sosial telah
terwujud sebagai hasil kebudayaan manusia itu sendiri, sebagai akibat dari hubungannya dengan sesama manusia lainnya.

Masalah sosial pada setiap masyarakat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut tergantung pada tingkat
perkembangan kebudayaan dan kondisi lingkungan alamnya. Masalah-masalah tersebut dapat terwujud dalam masalah moral,
masalah politik, masalah agama dan masih banyak masalah lainnya.

Dengan adanya permasalahan-permasalahan tersebut timbulah teori-teori sosial, yang pada akhirnya terbentuklah ilmu sosial.
Dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam yang kemajuannya sangat pesat. Ilmu-ilmu sosial tertinggal dibelakang. Hal ini
disebabkan oleh subyek ilmu-ilmu sosial yang adalah manusia sebagai makhluk multidimensional (permasalahan yang lebih
dari satu).
B. Masalah
1.Bagaimana pegertian ilmu-ilmu sosial?
2.Bagaimana sejarah ilmu sosial?
3.Bagaimana motede ilmiah yang digunakan ilmu-ilmu sosial?
4.Bagimana perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial?

C. Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian ilmu-ilmu sosial.
2.Untuk mengetahui gambaran sejarah munculnya ilmu sosial.
3.Untuk mengetahui metode ilmiah yang digunakan ilmu-ilmu sosial.
4.Untuk mengetahui perbedaan ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial.
.
D. Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas, makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pendidikan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun manfaatnya yaitu;
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penulisan makalah diharapkan dapat memberikan manfaat agar mengetahui pengertian ilmu-ilmu sosial,
sejarah ilmu-ilmu sosial, metode ilmiah yang digunakan ilmu-ilmu sosial, perbedaan-perbedaan ilmu-ilmu alam dengan
ilmu-ilmu sosial.
2. Manfaat Praktis
a).Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai ilmu-ilmu sosial.
b) Bagi Pembaca
Dapat menambah pengetahuan mengenai ilmu-ilmu sosial
Bab 2 pembahasan
A. PENGERTIAN ILMU SOSIAL
Sementara ilmu-ilmu sosial adalah sekelompok disiplin keilmuan yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan
dengan manusia dan lingkungan sosialnya.
Disiplin keilmuan yang tergolong dalam ilmu sosial telah mempelajari hakekat masyarakat dengan perspektif berbeda-
beda. Karena itu terdapat keanekaragaman dalam melihat dan mempelajarinya atas dasar itulah, sebagaimana ilmu alam,
ilmu sosial juga memiliki cabang-cabang ilmu lainnya diantaranya antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif
waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental ndan kelakuan manusia) ekonomi ( mempelajari manusia
dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya lewat proses pertukaran), sosiologi (mempelajri struktur organisasi sosial
manusia) dan ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara .
B. SEJARAH ILMU SOSIAL

Menurut Plato dan Aristoteles, susunan masyarakat mencerminkan susunan kosmos yang abadi, manusia berkewajiban untuk
menyesuaikan diri dengan susunan itu dan mentaati demi keselamatannya, kalau tidak, ia menghancurkan dirinya. Pada abad
pertengahan masyarakat Eropa masih memperlihatkan pada pola dasar yang sama, hanya sekedar mengoreksi terhadap paham
Plato dan Aristoteles. Paham tentang otonomi kosmos diganti dengan paham heteronominya, yaitu kepercayaan bahwa kosmos
tidak berdiri sendiri, tetapi bergantung pada Kemaha Kuasaan Tuhan, ketertiban kosmos adalah suatu ketertiban yang telah
diciptakan.
Di tandai dengan zaman renaissance, pola pikir masyarakat Eropa juga lambat laun mulai berubah. Manusia pada saat itu sekuat
tenaga berusaha mencari alternatif baru, agar dapat keluar dari kungkungan absolutisme gereja, dan sejak itulah peranan manusia
menjadi besar, manusia menyadari hanya merekalah yang dapat mengatur diri mereka sendiri bukan Tuhannya Gereja.
Revolusi Prancis membawa pengaruh signifikan di dunia barat. Setidaknya kejadian tersebut telah meruntuhkan
susunan masyarakat feodal dan mengawali proses demokratisasi. Tentunya hal tersebut dianggap sebagai sebuah kejutan.
Tidak pernah sebelumnya orang membayangkan bahwa suatu orde sosial yang disangka tidak tergoyahkan dan
selamanya terbekati oleh kehendak Tuhan, telah dirombak dan diganti oleh pikiran usaha manusia sendiri. Gagasan-
gagasan barupun tumbuh pada keyakinan bahwa manusia bebas untuk mengatur dunianya. Dengan demikian struktur
sosial yang berabad-abad tidak dipermasahkan, tiba-tiba menjadi masalah. Dari sinilah ilmu-ilmu sosial mulai timbul
( sosiologi ).

C. METODE ILMIAH ILMU SOSIAL

Metode ilmiah memiliki keterkaitan yang erat dengan filsafat ilmu. Filsafat ilmu memberi landasan bagi ilmu
pengetahuan untuk berkembang lebih cepat melalui metode ilmiah yang shahih. Peran filsafat ilmu dalam hal ini adalah
memeriksa sebab akibat dengan bertitik tolak pada gejala ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari dengan
menggali tentang kebenaran, kepastian, objektivitas, dan abstraksi serta untuk mengetahui dari mana asal dan kemana
arah pengetahuan atau yang sering dipetakan dengan ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Dalam membuat bangunan teori diperlukan sebuah tahapan-tahapan. Lapisan tahapan inilah yang dinamakan dengan
metode ilmiah, yaitu:
1. Tahapan persepsi, adalah tahapan awal mengarah pada observasi dengan berbagai teknis dan metode yang
menghasilkan penalaran.
2. Tahapan hipotesis, merupakan hasil penalaran yang disusun dengan pernyataan (proposisi), yang menyatakan ada
kaitan antara dua konsep observasi. Jika terbukti benar akan menjadi sebuah hukum.
3. Tahapan hukum, yaitu menunjuk pada suatu keteraturan, dimana antara satu dengan yang lain saling menunjang.
4. Tahapan teori, yaitu hasil abstraksi dari suatu keteraturan sehingga menjadi berlaku umum sebagai teori. 

Dalam merangkai metode ilmiah ada 3 paradigma yang sering digunakan dalam ilmu sosial, yakni positivisme,
konvesionalisme, dan realisme. Positivisme berasumsi bahwa panca indera sebagai alat tangkap mendapatkan ilmu
pengetahuan. Asa positivisme meliputi asas emperisme dan logika. Proses ilmiah positivisme meliputi observasi,
generalisasi empiris, penyusunan teori, penyusunan hipotesis, keputusan menerima atau menolak hipotesis dan
penyimpulan logis teori.
Konvensionalisme memandang manusia bebas dan merdeka. Teori dari konvensionalisme bersifat mengerti dan
memahami. Sehingga metodologi konvensionalisme dengan menggunakan pengertian, pemahaman, melalui pendekatan
kualitatif. Penelitiannya lebih bersifat eksploratif dan hipotesisnya pun siap untuk diuji.

Realisme memandang masyarakat seperti bangunan yang terdiri dari struktur-struktur, mulai dari superstruktur sampai
dengan struktur terendah jika dilihat dari aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik. Metode ilmu sosialnya adalah
dengan membuat model dengan modifikasi pertemuan antara pernyataan teori dengan pernyataan empirik, sehingga
dapat menemukan struktur dan mekanisme.
D. STRUKTUR ILMU SOSIAL
1. Fakta
Fakta bahasa latin (factus) ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh manusia atau data keadaan nyata
yang terbukti dan telah menjadi suatu kenyataan. Catatan atas pengumpulan fakta disebut data. Fakta
seringkali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya, baik karena mereka telah
mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena mereka dianggap telah melaporkan
pengalaman orang lain yang sesungguhnya.
2. Konsep
Konsep adalah kesan Indrawi yang mempunyai makna tertentu. Konsep merupakan suatu kesatuan
atribut yang berkaitan dengan simbol tentang objek, peristiwa atau proses. Konsep dapat dipahami
bila dibahas tentang atribut, kelas (golongan), dan simbol.
3. Generalisasi
Generalisasi menghubungkan beberapa konsep sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu pola hubungan yang bermakna
yang menggambarkan hal yang lebih luas. Artinya, dalam pikiran kita terbentuk pola-pola hubungan bermakna yang
lebih luas (Djodjo Suradisastra 1991/1992:39).
Menurut Nursid Sumaatmadja (1980:83), generalisasi adalah hubungan dua konsep atau lebih dalam bentuk kalimat
lengkap, yang merupakan pernyataan deklaratif dan dapat dijadikan suatu prinsip atau ketentuan dalam IPS.
Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan menyusun generalisasi, apabila orang itu menarik dua konsep atau
lebih dengan sedemikian rupa sehingga saling berhubungan satu dengan Iainnya.
4. Teori
Teori adalah sepasang proposisi yang berhubungan, dan menerangkan hubungan antara beberapa generalisasi. Kekuatan
teori terletak pada kemampuannya menerangkan dan meramalkan fenomena.
E. RUANG LINGKUP ILMU SOSIAL

Ilmu sosial dasar terdiri dari 8 (delapan) pokok pembahasan. Dari kedelapan pokok pembahasan tersebut maka ruang
lingkup perkuliahan Ilmu Sosial Dasar diharapkan mempelajari dan memahami adanya :
1. Berbagai masalah kependudukan dalam hubungannya dengan pengembangan masyarakat dan kebudayaan
2. Masalah individu, keluarga dan masyarakat.
3. Masalah pemuda dan sosialisasi
4. Masalah hubungan antara Warga Negara dan Negara
5. Masalah pelapisan sosial dan kesamaan derajat.
6. Masalah masyarakat perkotaan dan masalah pedesaan.
7. Masalah pertentangan-pertentangan sosial dan integrasi.
8. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemakmuran dan keserjahteraan masyarakat.
Bab 3 penutup
A. KESIMPULAN

Ilmu ilmu sosial adalah sekelompok disiplin keilmuan yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan
manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu sosial muncul akibat adanya masalah sosial. Masalah sosial selalu ada
kaitannya dengan nilai-nilai moral dan pranata-pranata sosial.

B. SARAN

Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan ejaan, metodologi penulisan dan pemilihan
kata serta cakupan masalah yang masih kurang adalah diantara kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan
kritik membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai