Anda di halaman 1dari 16

Pengamalan Pancasila dan

UUD 1945 pasca reformasi


Kelompok 6:
1. Khoiriyah Nur Rohmah (2019017151)
2. Putri Intan Oktavyani (2019017152)
3. Cindy Pratiwi (2019017153)
4. Anastasia Dewi Rassi (2019017154)
Pancasila Pasca
Reformasi
Pancasila mengandung makna yang amat penting bagi sejarah
perjalanan Bangsa Indonesia. Karena itulah Pancasila dijadikan
sebagai dasar negara ini. Artinya segala tindak tanduk dari orang-
orang yang termasuk sebagai warga negara dari republik yang
bernama Indonesia, haruslah didasarkan pada nilai-nilai dan
semangat Pancasila. Apakah dia sebagai seorang politisi,
birokrat, aktivis, buruh, mahasiswa dan lain sebagainya.
Pancasila dan UUD 1945 sudah final dan tidak boleh lagi diganggu
gugat sebagai landasan dan falsafah yang mengatur dan mengikat
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila pun terbukti sangat
ampuh sebagai pedoman kehidupan bersama, termasuk kehidupan
dalam berpolitik. Tidak ada yang lain. Ideologi Pancasila dan UUD 1945
tidak perlu lagi diperdebatkan lagi. Itu sudah menjadi kesepakatan
masyarakat Indonesia ketika negara ini didirikan. Bahkan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila tersebut adalah hasil dari penggalian
karakter dan budaya masyarakat Indonesia. Sejarah kesaktian
Pancasila adalah sejarah yang sangat berharga.
Eksistensi Pancasila di era reformasi ini mestinya menjadi
dasar, acuan atau paradigma baru. Pancasila adalah dasar
negara yang sesuai dengan pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam UUD 1945. Tetapi sekarang bangsa ini
sering mengenyampingkan Pancasila. Padahal reformasi
yang benar justru melaksanakan atau mengamalkan
Pancasila untuk kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat.
Di sekolah, siswa selalu diajarkan Pancasila. Tentu setiap warga negara Indonesia harus bisa
menghafalkan kelima sila dari Pancasila.Namun, Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dibuat tidak
sekedar hanya dihafalkan saja. Tetapi paling penting ialah harus diamalkan semua sila yang ada di
Pancasila.Jadi, apakah siswa SD dan SMP sudah mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari?
Apakah sudah paham dengan semua silanya? Melansir akun Instagram Pusat Penguatan Karakter
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, berikut ini penjelasannya.Baca juga: Siswa,
Ini Perjalanan Batik Jadi Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO. Tapi, kira-kira sikap seperti apa ya yang
merupakan contoh penerapan Pancasila?Berikut ini contoh penerapan kelima sila dari Pancasila di
kehidupan sehari-hari:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa Bagi siswa, contoh penerapan pada sila ke satu ialah beribadah dan
berdoa serta menghormati antar pemeluk agama lain. Itu merupakan pengamalan sila ke Satu.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, Contoh: Saling membantu satu sama lain dan tidak memilih
dalam bergaul dan berteman.
3. Persatuan Indonesia, contoh: Mencintai dan memakai produk asli negeri sendiri.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, contoh:
Bermusyawarah dan berdiskusi
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, contoh: Melaksanakan piket kelas dan bekerja sama.
UUD 1945 Pasca
Reformasi
Sebagai dasar negara, Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum yang ada di Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Oleh sebab itu, penerapan nilai-nilai Pancasila terus diupayakan dari waktu ke waktu,
termasuk pada masa reformasi. Pemerintahan Orde Baru yang represif dan dijangktiti oleh korupsi, kolusi,
dan nepotisme menyebabkan kerusakan dalam bidang hukum, politik, dan ekonomi. Penegakan hukum
dan kebijakan ekonomi saat itu dirasakan semakin menjauh dari nilai-nilai kemanusiaan, kerakyatan, dan
keadilan. Selain itu, momen perubahan dari rezim otoriter menjadi demokratis sangat rentan dengan
beragam gejolak. Menurut Gerry Van Klinken, dalam Communal Violence and Democratization in Indonesia:
Small Town Wars, kelompok-kelompok masyarakat memanfaatkan posisi negara yang lemah dengan
melakukan berbagai upaya kekerasan terhadap kelompok lain karena termarjinalisasi selama rezim Orde
Baru. Serangkaian kekerasan komunal yang bernuansa etnis dan agama pun muncul di Kalimantan,
Sulawesi, dan Maluku. Berbekal semangat Pancasila, berbagai upaya pun dilakukan untuk memperbaiki
kondisi bangsa di masa reformasi. Pengamalan sila ketiga Pancasila, yakni Persatuan Indonesia sangat
krusial untuk ketahanan Indonesia yang saat itu berada di jurang perpecahan.
Contoh:
Presiden B.J Habibie menerbitkan Inpres No. 26/1998 yang membatalkan aturan-aturan diskriminatif
terhadap komunitas Tionghoa. Inpres tersebut berisi penghentian penggunaan istilah pribumi dan
nonpribumi dalam penyelenggaraan pemerintahan.Lalu Presiden ke-4, Abdurrahman Wahid
mengembalikan hak warga Indonesia keturunan Tionghoa untuk melaksanakan ritual keagamaan secara
terbuka. Sebelumnya, Presiden Soeharto mengeluarkan Inpres Nomor 16/1967 tentang Larangan Agama,
Kepercayaan, dan Adat Istiadat China. Kini, Imlek dapat dirayakan secara terbuka dan menjadi Hari Libur
Nasional. Hal ini sekaligus menunjukkan pengamalan sila pertama Pancasila, yakni Ketuhanan Yang Maha
Esa yang salah satunya dapat diwujudkan dengan sikap menghormati pemeluk agama lainMeski demikian,
tantangan-tantangan akan selalu ada. Saat ini, dengan adanya media sosial, banyak orang yang
memanfaatkannya untuk menghasut dan menimbulkan konflik. Selain itu, hingga kini kekuatan-kekuatan
besar dunia tetap berusaha memperebutkan pengaruh ke negara-negara lainnya. Maka, kita harus lebih
kritis untuk mencegah penyusupan ideologi lain yang tidak sesuai dengan Pancasila.
Amandemen UUD 1945 adalah salah satu implementasi dari reformasi, sebuah semangat yang muncul
pasca-tumbangnya kekuasaan Orde Baru, yang berkuasa selama tiga dekade lebih. Sejarah mencatat,
sepanjang republik berdiri, proses amandemen UUD 1945 sudah dilaksanakan sebanyak empat kali.
Perubahan pertama terjadi pada 19 Oktober 1999 dan berhasil mengamandemen sembilan pasal.
Beberapa bulan setelahnya, tepatnya 18 Agustus 2000, amandemen kembali dilakukan. Sebanyak 25 pasal
diubah. Kemudian, pada 9 November 2001, 23 pasal diubah dalam amandemen. Terakhir, 10 Agustus
2002, proses amandemen turut mengubah 13 pasal, tiga pasal Aturan Peralihan, serta dua pasal Aturan
Tambahan. Proses amandemen dapat dibagi ke dalam tiga kelompok: amandemen yang menghapus atau
mencabut beberapa ketentuan; amandemen yang menambah ketentuan baru; serta amandemen yang
memodifikasi ketentuan lama.Setiap proses amandemen menghasilkan ketetapan yang berbeda-beda. Di
fase pertama, misalnya, amandemen lebih berfokus untuk membatasi presiden agar tidak berkuasa dalam
jangka waktu yang lama, sebagaimana yang terjadi di era Orde Baru. Di fase kedua, setidaknya ada tiga
fokus yang dikerjakan: memberikan peran lebih kepada daerah melalui desentralisasi kekuasaan,
menguatkan peran DPR sebagai lembaga legislatif, dan memperluas cakupan pasal-pasal yang
berhubungan dengan jaminan HAM. Di fase ketiga, amandemen ditujukan untuk mengatur posisi lembaga
negara. MPR, misalnya, tak lagi memegang peran untuk memilih presiden dan wakil presiden karena
proses pemilihan diubah menjadi pemilihan secara langsung. Selain itu, amandemen juga mengakomodir
kehadiran lembaga baru berwujud Mahkamah Konstitusi. Di fase keempat, proses amandemen hanya
meneruskan pembahasan di fase sebelumnya.
Munculnya reformasi disebabkan oleh krisis ekonomi dan politik di Asia, ketidakpuasan masyarakat
Indonesia terhadap pemerintahan Soeharto, dan adanya para demonstran yang menginginkan
diadakannya reformasi total, peristiwa Trisakti yang menyebabkan presiden Soeharto mengundurkan diri
dari jabatannya. Kemudian untuk menanggapi tuntutan reformasi dari masyarakat tersebut, ada beberapa
hal yang di keluarkan yakni;
• kebijakan dari B.J Habibieyang meliputi:
― kebijakan dalam bidang politik
― kebijakan dalam bidang ekonomi
― kebijakan dalam menyampaikan pendapat dan pers
― kebijakan pemilihan umum
• dikeluarkannya ketetapan MPR dan Tap MPR
• dilaksanakannya Amandemen UUD 1945setelah dilaksanakannya Amandemen, UUD 1945 mengalami
perubahan. Pelaksanaan demokrasi didasari atas nilai-nilai yang terkandumg dalam pancasila. Sistem
pemerintahan pada masa orde reformasi mulai diatur dalam UU dan ataupun UUD 1945.
Pada tahun 1998 bergulir gerakan reformasi di Indonesia,
yang bertujuan untuk melakukan penataan kembali kehidupan
berbangsa dan bernegara. Gerakan reformasi itu merupakan
reaksi terhadap krisis multi dimensi yang melanda kehidupan
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, reformasi diarahkan pada
seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara, baik dalam
aspek hukum, politik, ekonomi, sosial-budaya dan lain-lain.
Berhubung dengan menyeluruhnya aspek yang perlu
direformasi, maka reformasi bangsa Indonesia itu disebut
reformasi total.
Salah satu sasaran reformasi adalah perubahan atau amandemen
terhadap Undang-Undang Dasar 1945, sesuai dengan tuntutan
demokratisasi. Sejak bergulirnya reformasi telah empat kali
dilakukan perubahan terhadap isi beberapa pasal dalam Undang-
Undang Dasar 1945, yaitu pada Sidang Umum Majelis
Permusyawaratan Rakyat tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002.
Beberapa perubahan atau amandemen terhadap isi pasal-pasal
dalam Undang-Undang Dasar 1945
Perbandingan Naskah Undang-Undang Dasar 1945 Antara Sebelum dengan Sesudah Amandemen:
Undang-Undang Dasar 1945 Undang-Undang Dasar 1945
(Naskah Sebelum Amandemen) (Naskah Sesudah Perubahan)
   
Pasal 1 Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Negara (1) tidak mengalami perubahan
Kesatuan, yang berbentuk Republik.  
(2) Kedaulatan adalah di tangan (2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
rakyat , dan dilakukan sepenuhnya dilaksanakan menurut Undang- Undang
oleh Majelis Permusyawaratan Dasar.
Rakyat. (3) Negara Indonesia adalah negara hukum.

Pasal 2 Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri
atas anggota- anggota Dewan atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Perwakilan Rakyat, ditambah dengan dan anggota Dewan Perwakilan Daerah
utusan- utusan dari daerah-daerah dan yang dipilih melalui pemilihan umum dan
golongan-golongan, menurut aturan- diatur lebih lanjut dengan undang- undang.
aturan yang ditetapkan dengan undang-  
undang. (2) tidak mengalami perubahan
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat  
bersidang sekurang- kurangnya  
sekali dalam lima tahun di ibukota (3) tidak mengalami perubahan
negara.
(3) Segala putusan MPR ditetapkan
dengan suara terbanyak.
Pasal 3 Pasal 3
Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah
dan garis-garis besar dari pada haluan negara. dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden
dan/atau Wakil Presiden.
(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat
memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden
dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang
Dasar.
Pasal 5 Pasal 5
(1) Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang (1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan  
undang-undang sebagaimana mestinya. (2) tidak mengalami perubahan.
x Pasal 6 Pasl 6
(1) Presiden ialah orang Indonesia asli (1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara
  Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
  kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah
  mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk
  melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil
  Presiden.
(2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih
dengan suara yang terbanyak. lanjut dengan undang-undang.
 
Pasal 6A
(3) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat.
(4) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum
pelaksanaan pemilihan umum.
(5) Pasangan Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih
dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan
sedikitnya dua puluh persen suara di setiap proviinsi yang tersebar di
lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi
Presiden dan Wakil Presiden.
(6) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara
langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak
dilantik sebagai Wakil Presiden.
(7) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih
lanjut diatur dengan undang-undang.
Pasal 7 Pasal 7
Presiden dan Wakil Presiden Presiden dan Wakil Presiden
memegang jabatannya selama memegang jabatan nya
masa lima tahun, dan sesudahnya selamadan
tahun, limasesudahnya dapat dipilih
dapat dipilih kembali. kembali dalam jabatan yang sama,
hanya untuk satu kali masa jabatan.

Perubahan ketentuan yang menyangkut DPR disajikan pada bahasan


tersendirti. Perubahan yang sangat berarti dilakukan terhadap pasal
28 UUD 1945, dengan menambahkan pasal-pasal 28A sampai dengan
28J yang mengatur tentang hak-hak asasi manusia. Penambahan ini
biasanya disajikan pada pembahasan tentang hak-hak asasi manusia
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai