Anda di halaman 1dari 42

PRESENTASI KASUS

KEJANG DEMAM KOMPLEKS


Dipresentasikan oleh :
dr. Arditia Dwi Putra
DATA PASIEN
• Nama : An. M.N
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : 1 tahun 7 bulan
• Tanggal lahir :29 September 2017
• Agama : Islam
• Pekerjaan orang tua : Pegawai Swasta dan ibu rumah tangga
• Alamat : Cihaur 157c RT 3 RW 8
• BB : 10 kg
Tanggal : 1-5-2019
(Emergency)
Heteroanamnesa
• KELUHAN UTAMA :
Demam dan kejang
CASE REPORT
(Emergency Room)

12 jam SMRS • 10 jam SMRS 3 jam SMRS MRS

• • • Dirumah anak
Os Demam
dirasakan tinggi
Anak kembali • Saat di
kejang di rumah demam
dan mendadak emergency
• Dirumah Kedua sebanyak 1x kembali dan
tangan dan kaki durasi 1 menit anak
disertai kejang
kelojotan dan dan didahului kembali
mata mendelik sebanyak sekali
keatas sebanyak 1 demam kejang
kali durasi 2 menit • Dibawa ke RS durasi 1 menit,
• Dibawa ke RS oleh ibu pasien sebanyak 2x,
Sariningsih dan
Santo Yusup diberi
diberi obat diberi yg pertama
obat penurun
panas dan antikejang dri paracetamol durasi 1
antikejang melalui anus namun supp sebanyak menit dan
anus. tidak rawat
• Pasien tidak 1x yg kedua 1
karena kamar • Lalu anak
dirawat karena menit.
kamar full dan full
diberi obat
dibawa ke RS • Sehari2 anak
penuruna panas advent aktif.
saja.
Tatalaksana awal di Emergency
1. paracetamol 125mg supp
2. stesolid 5 mg supp
3. Infus RL 3cc/kgBB/jam
4. dirawat di PICU
RIWAYAT KELAHIRAN
• Pasien merupakan anak tunggal dari ibu P1A0, lahir
cukup bulan, normal, ditolong oleh bidan di klinik,
bayi lahir langsung menangis, berat badan lahir 2700
gram, panjang badan lahir orang tua tidak ingat.
• Selama hamil ibu penderita rutin kontrol ke dokter
dan bidan untuk memeriksakan kehamilannya.
• Selama hamil ibu sehat, rutin kontrol ke dokter dan
bidan di puskesmas, hanya mengkonsumsi vitamin
dari bidan dan dokter
RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
• Sesuai usia
• Pasien sehari-hari aktif. Dan sudah bisa jalan sendiri.

RIWAYAT IMUNISASI

• Riwayat imunisasi dasar dikatakan ibu lengkap.


RIWAYAT NUTRISI
• Sehari – hari pasien makan nasi, sayur, buah, dan daging.

• Pasien makan >3x sehari dan ngemil makanan

• Pasien sudah berhenti asi sejak usia 7 bulan

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat Kejang (-)
Riwayat trauma fisik (-)
Riwayat operasi (-)

Riwayat kejang pada orangtua (+), yaitu ibu pasien


PEMERIKSAAN UMUM
• KU : CM sedang
• Kesadaran : Compos mentis, GCS (E 4 V 5 M 6)
• Nadi : 92x/menit, isi dan tegangan: cukup, kuat, reguler
• Suhu badan : 39,2 oC
• Pernafasan : 22/min, reguler.
• KEPALA : • Jantung :
- CA -/-,SI -/- Inspeksi: IC di intercostal 4-5 linea

midclavicularis sinistra
Thorax
Palpasi: IC teraba di intercostal 4-5
- Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak linea midclavicularis sinistra
(-)
Perkusi:-
- Palpasi : massa (-)
Auskultasi: S1/S2 normal, bising ( - ),
- Perkusi :- gallop ( - )
- Auskultasi : vesikuler +/+ normal, RBB
-/-,
• Abdomen

Inspeksi : DP//DD, distensi ( - )


Auskultasi : peristaltik (+) N
Perkusi : tympani di ke-4 kuadran
Palpasi : nyeri tekan (-) ,
Hepar : ttb
Lien : tak teraba
 
• EKSTREMITAS :
• Akral hangat +
• Capilarry Refil Time < 2 detik
• Nadi kuat +

Refleks Patologis Refleks Fisiologis


ka ki ka ki
N N

N N
Meningeal sign (-)
Differential Diagnosis
• Kejang demam
• Meningitis
• Ensephalitis
• Meningioensephalistis
• Epilepsi
TERAPI UGD
• Inf RL mikro 20 tpm
• Propiritic 1 x 80 mg
RENCANA PEMERIKSAAN:
• Pemeriksaan Laboratorium:

Darah lengkap
Pemerisaan Laboratorium
Daarah lengkap
• HB : 10,5 (11-17) G% • Diff Limfosit : 28,2 (20-40) %
• AL : 8,2 (4-11) • Diff Monosit : 10,4 (2-8) %
• Diff Eosinofil : 0 (0-3) % • HMT : 33,2 (32-52) %
• Diff Stab : 0 (2-6) % • AT : 272 (150-450)
• Diff Basofil : 0 (0-1) % • AE :4,33 (3,5-5,5)
• Diff Segmen : 61,4 (40-70) % • GDS : 82 (80-120)
Follow Up Bangsal AR Rahman
• 22/1/2014

• S:
demam (+),, mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-), BAB (+) N,
BAK (+) N
O: RR 24x/min, T: 38,7 oC, N: 84x/min
Kep: CA-/-, SI -/-
Thorax: P/Ves +/+, Ronki -/- , Wheezing eks -/-
Abdomen: supel, BU(+)N, DP//DD, NT(-)
Ext: akral hangat, nadi kuat

A: KDS
P: Konsul dr. Sasmito Sp.A Advice:
- Inf. RL 20 tpm mikro
- Syr. Paracetamol 3 x ¾ cth
- Diazepam 2mg 3 x 1/3 tablet
Follow Up
• 23/1/2014 - Syr Paracetamol 3 x ¾ cth
S: demam (-) mual(-) muntah - Diazepam 2 mg 3 x 1/3
(-) tablet
- Sy. Cefadroxil 2x cth I
O: t 36,7C - Cek UR
N: 90 x/min
RR: 20x/min
A: KDS
P: - Inf. Rl 20 tpm mikro
Follow Up
• 24/1/2014 - Syr Paracetamol 3 x ¾ cth
- Diazepam 2 mg 3 x 1/3 tablet
S: Kemaren malam demam
23/1/14(+) 1 x suhu 37,8 C kejang - Sy. Cefadroxil 2x cth I
(-) mual(-) muntah (-) - UR : ?
O: t 36,8 C
N: 90 x/min
RR: 20x/min
A: KDS
P: - Inf. Rl 20 tpm mikro
Follow Up
• 25/1/2014 RR: 20x/min
S: Demam(-) kejang (-) A: KDS
mual(-) muntah (-) P: - BLPL
O: t 36,8 C
N: 90 x/min
Definisi
Kejang demam ialah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 C)
yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.
(Soetomenggolo TS , 1993)
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak
berumur 6 bulan – 5 tahun
Klasifikasi
•1. Kejang demam sederhana
(Simple febrile seizure)
•2. Kejang demam kompleks
(Complex febrile seizure)

(ILAE, 1993)
Kejang Demam Sederhana
• Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang
dari 15 menit dan umumnya berhenti sendiri. Kejang
berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa
gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24
jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di
antara seluruh kejang demam.

(ILAE, 1993)
Kejang

Demam Komplek
Kejang demam komplek adalah kejang demam dengan salah satu ciri berikut :
1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang
parsial
3. Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam

(Nelson, 1978)
Pemeriksaan Penunjang
•Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada
kejang demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis
dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.

(Gerber and Berliner, 1981)


Con’t
•Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan cerebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis
(Baumer, 2004)

EEG (Elektroensefalografi)
Pemeriksaan EEG tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang atau memperkirakan
kemungkinan kejadian epilepsi.
Pencitraan
•Foto x-ray kepala dan pencitraan seperti
Computed Tomography Scan (CT-scan) atau
Magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali
dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi :
- Kelainan neurogenik fokal yang menetap
(hemiparese)
- Paresis Nervus VI
- Papiledema

(Wong V, 2002)
Prognosis
•Kemungkinan Mengalami Kecacatan atau
Kelainan Neurologis

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak


pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis
umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.

(Ellenberg, JH, 1978)


Kemungkinan Mengalami Kematian
•Kemungkinan karena kejang demam tidak pernah
dilaporkan
(Consensus development conference sumary vol 3 no. 2)
Kemungkinan Berulangnya kejang demam
Faktor resiko berulangnya kejang demam :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang saat demam

(Berg, 1992)
Penatalaksanaan saat kejang
• Obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah
diazepam yang diberikan secara intravena.
• Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di
rumah adalah diazepam rectal .
- Dosis diazepam rectal 0,5-0,75 mg/kgBB atau
-Diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang
dari 10 kg dan
-Diazepam10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg.
Con’t
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti dapat diulang
lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan
ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis
0,3-0,5 mg/kgBB
Con’t
•Bila kejang tetap belum berhenti diberikan
fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-
20 mg/kgBB/Kali dengan kecepatan 1
mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila
kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8
mg/kg/hari dimulai 12 jam setelah dosis awal.
•Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti
maka pasien harus dirawat di ICU

(IDAI, 2010)
Pemberian obat pada Saat
• Demam
Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi
resiko terjadi nya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat
bahwa antipiretik tetap dapat diberikan.
Paracetamol 10-15 mg/kg/kali diberikan 4 kali/hari
Ibuprofen 5-10mg/kg/kali 3-4kali/hari

(Kesepakatan saraf anak, 2005)



Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3mg/kg setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30%-60% kasus,
begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5mg/kg setiap 8 jam pada suhu
> 38,5 C.
(Rosman, 1993)

• Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak


berguna untuk mencegah kejang demam.

(Knudsen FU, 2002)


Indikasi obat rumat
• Pengobatan obat rumat hanya diberikan bila kejang demam
menunjukan ciri berikut (salah satu) :
• 1. kejang lama > 15 menit
• 2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang misalnya hemiparese
• 3. Kejang fokal
• 4. pengobatan rumat dipertimbangkan bila :
• kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
• kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
• kejang demam > 4 x pertahun
Jenis antikonvulsan obat rumatan
• Pemberiaan obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari
efektif dalam menurunkan resiko berulangnya kejang.
• Dosis asam valproat 15-40 mg/kgbb/hari dalam 2-3 dosis dan
fenobarbital 3-4 mg/kgbb per hari dalam 1-2 dosis.
• Lama pengobatan obat rumatan diberikan 1 tahun bebas kejang,
kemudian dihentikan secara bertahap 1-2 bulan.

(Knudsen, 2000)
TERIMA KASIH
Daftar Pustaka
1. Berg AT, dkk. Predictors of recurrent febrile seizure: a prospective study of the
circumstances surrounding the initial febrile seizure, NEJM 1992; 327:1122-7
2. Ellenberg JH dan Nelson KB. Febrile seizures and later intellectual
performance. Arch Neurol 1978; 35:17-21
3. Gerber dan Berliner. The child with a simple febrile seizure. Appropriate
diagnostic evaluation. Arch Dis Child 1981; 135:431-3.
4. ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993; 34:592-8.
5. Kesepakatan Saraf Anak, 2005
6. Knudsen FU. Febrile seizures-treatment and outcome. Epilepsia 2000; 41:2-9.
7. Nelson KB, Ellenberg JH. Prognosis in Febrile seizure. Pediatr 1978; 61:720-7.
8. Soetomenggolo TS. Buku Ajar Neurologi Anak 1999.
9. Wong V, dkk. Clinical Guideline on Management of Febrile Convulsion. HK J
Paediatr 2002;7:143-151

Anda mungkin juga menyukai