Anda di halaman 1dari 12

PERAN AKTIF INDONESIA DALAM

PERANG DINGIN
Oleh
Galih Sumekar
Ingat kembali landasan
politik luar negeri Indonesia
yaitu Politik Bebas Aktif
yang dimaksud Poltik Bebas
aktif yaitu Indonesia
“Bebas” melakukan
hubungan luar negeri dengan
negara manapun tanpa
adanya “konflik kepentingan”
dan “Aktif” dalam
mewujudkan perdamaian
dunia internasional.

Presiden Soeharto sebagai Sekjen GNB


(1992-1995) berkunjung ke wilayah Bosnia
Akar Sejarah Gerakan Non Blok berawal dari
Konferensi Asia Afrika
• Konferensi Asia Afrika disponsori oleh lima negara yaitu :
Ali Sastroamidjojo (Perdana Menteri Indonesia) J. Nehru
(Perdana Menteri India), U Nu (Perdana Menteri Burma),
Mohammad Ali (Perdana Menteri Pakistan) dan Sir John
Kotelawala (Perdana Menteri Srilanka).
• Pembahasan dalam KAA yaitu membahas adanya blok
dalam Perang Dingin, Kolonialisme dan Imperialisme di
kawasan Asia dan Afrika yang kemudian disepakti
dengan sebuah perjanjian yang dikenal “Dasasila
Bandung”
Lahirnya Gerakan Non-Blok
• Pada 1-6 September 1961, diadakam Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) di Beogard, Yugoslavia guna
mengaplikasikan hasil dari Konferensi Asia Afrika
yaitu Dasasila Bandung
• Adapun pemrakarsa Gerakan tersebut ialah :
1. Presiden Yugoslavia, Josip Broz Tito
2. Presiden Indonesia, Ir. Soekarno
3. Presiden Mesir, Gamal Abdul Nasser
4. Perdana Menteri India, J Nehru
5. Presiden Ghana, Kwame Nkrumah
Pendiri Gerakan Non Blok dari kiri ke kanan Perdana Menteri India
J. Nehru, Presiden Ghana Kwame N Krumah, Presiden Mesir Gamal
Abdul Nasser, Presiden Indonesia Soekarno dan Presiden Yugoslavia
Josip Broz Tito
Keanggotaan Gerakan Non Blok
• Syarat menjadi anggota Non Blok, antara lain :
1. Menganut politik bebas dan hidup
berdampingan secara damai.
2. Mendukung gerakan-gerakan kemerdekaan
nasional.
3. Tidak menjadi anggota salah satu pakta
militer Amerika Serikat atau USSR
Tujuan didirikannya Gerakan Non Blok
1. Meredakan ketegangan dunia sebagai akibat persaingan dan
permusuhan dua blok adidaya.
2. Mengusahakan terciptanya suasana dunia yang aman dan
damai.
3. Mengusahakan terwujudnya hubungan antarbangsa secara
demokratis.
4. Menentang kolonialisme, politik apartheid, dan rasialisme.
5. Memperjuangkan kebebasan dalam bidang ekonomi dan
kerjasama atas dasar persamaan derajat.
6. Meningkatkan solidaritas di antara negara-negara anggota
Gerakan Non Blok.
7. Menggalang kerja sama antara negara berkembang dan
negara maju menuju terciptanya tatanan ekonomi dunia baru.
Eksistensi GNB pasca Perang Dingin
• Sejak 1990-an, GNB memusatkan perhatian pada
masalah-masalah yang terkait dengan pembangunan
ekonomi negara berkembang, pengentasan
kemiskinan dan lingkungan hidup.
• Sejak awal abad 21, muncul lagi tantangan-tantangan
baru yang harus dihadapi GNB seperti terorisme,
pelucutan senjata pemusnah massal, konflik intra dan
antarnegara serta dampak globalisasi di bidang
ekonomi dan informasi teknologi.
Peran Indonesia dalam GNB
1. Indonesia menjadi tuan rumah KTT GNB, yaitu KTT X
yang berlangsung pada 1-7 September 1992 di Jakarta
dan Bogor, dengan Soeharto sebagai Sekjen GNB.
2. Selama tiga tahun dipimpin Indonesia, GNB dinilai
berhaasil memainkan peranan penting dalam percaturan
politik global melalui Jakarta Message.
3. Selain itu, Indonesia juga dipercaya untuk turut
menyelesaikan berbagai konflik regional, antara lain
Kamboja, gerakan separatis Moro di Filipina dan
sengeta di Laut Tiongkok Selatan.
Presiden Soeharto sebagai Sekjen GNB
Pengertian Kerjasama Kawasan Utara-
Selatan
• Kelompok negara utara disebut sebagai
kelompok negara maju yang memiliki
pendapatan per kapita tinggi.
• Kelompok negara selatan disebut negara-
negara yang sedang berkembang. Negara-
negara ini memiliki pendapatan per kapita
yang rendah dan infrastruktur yang terbatas.
Pola hubungan Kerjasama Utara-Selatan
Negara Utara Negara Selatan
1. Negara Utara menanamkan 1. Terjadi hubungan simbiosis
modalnya ke selatan, seperti mutualisme dengan negara Utara.
dalam bentuk pendirian 2. Negara penerima modal
perusahaan asing. biasanya akan mendapatkan
2. Negara pemberi modal dapat keuntungan dari penerimaan
terpenuhi kebutuhan pajak pembangunan dan
pembagian keuntungan dari hasil
nasionalnya.
produksi
3. Pada umumnya, negara Utara 3. Adapun negara selatan terbatas
maju dalam teknologi, tetapi dalam kemajuan teknologi, tetapi
memiliki keterbatasan pada memiliki SDA yang berlimpah.
SDA.
Bentuk kerjasama lain adalah dalam bentuk
peminjaman modal dari negara utara ke selatan

Anda mungkin juga menyukai